The Deal

1.1K 48 5
                                    

"That's not the deal!" Protes Zayn mendorong pundak pria itu menjauh. Tapi tunggu. Hutang ? Hutang apa?

"Then make it as a deal?" Pria itu mengalihkan pandangannya kembali padaku, mengedipkan sebelah matanya lalu pergi begitu saja. "Untuk kali ini aku berharap padamu agar bisa memenangkan balapan kali ini, Zayn. Atau adikmu menjadi milikku. Seutuhnya." Pria itu berjalan mundur sembari menatap Zayn dengan angkuh. Astaga, aku ingin menimpuknya dengan batu sekarang juga!

Zayn menggeram marah, Ia terlihat lebih stress sekarang dan akulah penyebabnya. Diam diam aku merutuki diriku sendiri karena aku tidak mau mendengarkan perkataannya. Padahal itu semua untuk kebaikanku sendiri.

"Zayn, aku tidak ingin ikut dengan pria itu." Ucapku sedih. Aku tidak mengenalnya, bahkan tidak tau asal usulnya tapi dia seenaknya memintaku untuk menjadi miliknya.

"See?! Ini semua karena ulah mu yang tidak pernah mau mendengarkan aku! Kau pikir aku menyuruhmu untuk diam di rumah karena apa?! Karena aku tidak ingin semua ini terjadi! Kau--! Eugh! Selalu merepotkan ku! Sekarang mau tidak mau aku harus mempertahankan mu karena kecerobohan mu sendiri!"

"Maaf.." Bisikku takut. Melihat Zayn marah sepertinya sudah biasa, namun melihatnya meledak ledak seperti ini, baru kali ini aku melihatnya. Terlebih ini semua karena kesalahanku sendiri. Aku yang sudah mencemplungkan diriku sendiri ke dalam jurang kematian ku.

"Sekarang motorku harus berlomba dengan motornya yang memiliki jauh lebih bagus mesin motor. Bersiaplah kau akan di bawa olehnya dan menjadi istri keduanya!"

*

Aku terus di hantui kalimat Zayn yang mengatakan jika pria itu sudah memiliki istri. Jika saja Zayn kalah maka aku akan menjadi simpanan om om? Yang benar saja ? Kenapa harus aku?! Lagi pula berapa uang yang Zayn pinjam dari pria itu ? Kenapa sepertinya banyak sekali hingga aku menjadi jaminannya?

"Kau terlihat cemas. Tenanglah, Harry pria yang baik." Seseorang memberikanku sebuah minuman kaleng yang sudah dibuka, memaksaku untuk menenggaknya.

"Tetap saja dia asing bagiku." Balasku setelah ia menyudahi acara memaksaku untuk meminum minuman kaleng tersebut. "Dan dia juga sudah berkeluarga."

"Hmmm. Dia memang sudah berkeluarga tapi ku dengar--"

"Niall!" Seseorang menginterupsi kami yang tengah berbincang. Kami menoleh pada sosok pria tadi yang menggodaku di ujung jalan.

"Itu Louis. Tangan kanan Harry. Aku Niall, yeah bisa dikatakan hanya teman karena aku tidak begitu akrab dengan mereka. Aku pergi dulu, okay? Bye sweetheart!" Pria yang mengaku dirinya Niall itu kemudian berlalu setelah mengedipkan sebelah matanya padaku. Ia terlihat sama brengseknya.

Aku kembali melirik ke depan tempat dimana Zayn dan pria tua tadi bersiap. Siapa tadi namanya? Harry?

"Berdoa lah semoga aku bisa memenangkan balapan ini." Aku menoleh ke arah kiri dimana Zayn datang dengan helm di tangannya. Sejak kapan ia membawa helm?

"Aku tengah berdoa dengan sungguh-sungguh, Zayn." Balasku menatapnya memelas. Zayn mengangguk dua kali lalu hendak pergi namun aku menahannya. "Jika kau tidak berhasil dan aku dibawa oleh pria itu, ku harap kau mau menebusku Zayn. Hanya kau yang aku miliki sekarang."

"I'll try my best." Zayn menarik sudut bibirnya kecil lalu benar benar pergi setelah seseorang memanggilnya dari jauh. Aku melihat Zayn menunggangi motornya dan satu orang lagi di sebelahnya. Harry. Ia menatapku menyeringai lalu memakai helm dan fokus ke jalanan. Ayo Tuhan, berpihaklah pada Zayn!

'Bersedia? Siap? Mulai!' Aba aba itu terdengar seiring dengan tarikan gas yang melaju begitu cepat membelah dinginnya malam. Dalam satu detik aku sudah tidak melihat motor mereka lagi dan hanya teriakan orang-orang yang membuat suasana semakin ricuh. Aku duduk diam di bagasi mobil seorang wanita yang sedari tadi ingin membantuku. Ia begitu baik sampai sampai membuatku curiga setengah mati. Ada apa dibalik kebaikan semua orang ini huh?

Racing (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang