🌺 32 🌺

315 23 18
                                    

Kelas kuliah telah usai. Alvin dan teman-temannya seperti biasa akan menuju ke kafe kopi. Bara mengeluarkan ponsel dari sakunya, karena ponselnya bergetar. Ia membaca pesan dari Metha.

Bantu aku. Cepat datang ke lorong menuju ruang kesehatan. Kinan sakit.

Bara mengerutkan kening saat melihat pesan dari Metha. "Vin, Metha mengirim pesan padaku. Bacalah." Bara memberikan ponselnya pada Alvin.

Alvin membaca pesannya. Matanya terbelalak. Alvin begitu terkejut, dan langsung berlari begitu saja, membuat teman-temannya saling berpandangan bingung.

"Kalian bertiga langsung ke kafe kopi saja, aku menemani Alvin dulu." Setelah mengatakan hal itu kepada ketiga temannya, Bara langsung berlari menyusul Alvin.

Pikiran Alvin sangat kalut sekarang. Ia ingin segera mengetahui keadaan gadis itu. Ia tidak menghiraukan teriakan Bara yang memanggilnya agar berlari lebih pelan.

Dunianya seperti runtuh seketika saat melihat Kinan tergeletak tak sadarkan diri. Ia berlari menghampiri Metha yang sedang mencoba membangunkan Kinan sambil menangis. Sementara Sarah dan teman-temannya masih terpaku terdiam melihat kejadian itu.

Alvin melihat wajah dan sebagian rambut Kinan yang basah. "Ini kenapa bisa basah seperti ini?" Tanya Alvin.

"Kau tanya saja pada Sarah!" Seru Metha menatap tajam ke arah Sarah.

Alvin mengambil alih Kinan dari Metha dan langsung menggendongnya. Ia menatap Sarah dengan tatapan penuh marah dan berkata, "urusan kita belum selesai."

Alvin meninggalkan Sarah yang sepertinya ketakutan karena ancaman Alvin. Ia juga tidak menyangka Kinan akan pingsan dan tiba-tiba Alvin muncul dihadapannya.

Alvin, Bara dan Metha segera menuju ke parkiran. Mereka akan mengantarkan Kinan ke rumah sakit menggunakan mobil Alvin.

"Bar, kemudikan mobilnya. Ambil kuncinya di tas bagian depan."

Bara dengan sigap mengambil kunci di tas Alvin. Membukakan pintu mobil, dan Alvin memilih duduk dibelakang bersama Kinan. Ia meletakkan kepala Kinan di pahanya. Bara langsung menancapkan gas mobil, menuju ke rumah sakit.

Alvin mengelus kepala gadis itu. Berharap setidaknya ia sadar dulu. Hati Alvin seperti teriris melihat wajah pucat Kinan.

"Masih panas sekali suhu badannya," gumam Alvin sambil memegang kening Kinan.

"Sudah dari awal dia memang sakit. Tapi dia memaksa masuk karena ada presentasi," sahut Metha dari kursi depan.

Alvin mengusap wajahnya dengan kasar. "Dan Sarah. Untuk apa...? Arrgh. Aku tidak percaya bahkan dia setega itu."

Begitu sampai di rumah sakit, Kinan langsung mendapat pertolongan pertama di Unit Gawat Darurat. Alvin meminta ponsel Kinan di tas yang sedang dipegang Metha. Beruntung ponsel Kinan tidak memakai kode keamanan. Jadi ia dengan mudah menghubungi ibunya Kinan.

"Halo Tante, ini aku Alvin," kata Alvin begitu teleponnya diangkat. Ia melanjutkan bicaranya, "Kinan pingsan, aku sudah membawanya ke rumah sakit, sekarang sedang ditangani dokter...., aku membawanya ke Rumah Sakit yang dekat dari rumah Tante...., iya benar rumah sakit yang ini..., baik sama-sama."

Metha sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Mengabari semua teman-temannya dengan tangan gemetar. Bara juga menghubungi teman-temannya agar tidak menunggu ia dan Alvin di kafe kopi. Ia selalu menemani Metha untuk menenangkannya.

Selang beberapa waktu, ibunya Kinan sudah tiba di rumah sakit, dan langsung bertemu dengan dokter. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan darah dan sebagainya, dijelaskan bahwa Kinan mengalami demam Tifoid (tipes) dan radang lambung. Kondisi ini mengharuskan Kinan dirawat di rumah sakit.

Memory Of First Love [Completed] ✓Where stories live. Discover now