🌺 7 🌺

610 87 22
                                    

Sebelum memulai harinya, setidaknya Alvin harus minum kopi terlebih dahulu. Alvin mendengus kesal begitu ia sadar ternyata persediaan kopinya di rumah sudah habis. Yang artinya ia harus beli kopi di kafe pagi ini.

Alvin memanaskan motor sportnya untuk ke kampus hari ini. Ia sedang malas membawa mobilnya, entah kenapa.

Alvin tinggal di rumahnya dengan dua asisten rumah tangga. Sepasang suami dan istri. Mereka sudah mengurus Alvin dari kecil. Orang tuanya Alvin menetap di Australia, karena Ayahnya Alvin adalah pengusaha kaya raya disana. Ayah dan Ibunya pulang hanya di hari-hari besar perayaan saja.

"Den, sudah mau berangkat?"

"Eh. Iya Paman Rusdi. Aku mau minum kopi dulu di kafe seberang kampus. Aku lupa belum beli persediaan kopi," Jawab Alvin sambil tersenyum dan mengenakan jaketnya.

Alvin bergegas mengendarai motornya. Kopi! Ya kopi. Alvin tidak terlalu suka kopi instan. Walaupun sebenarnya rasanya sama saja. Tapi alvin sangat menyukai kopi yang 100% murni kopi hitam. Kalau tidak minum kopi, ia pasti uring-uringan. Kafe di seberang kampus memang sudah menjadi langganannya.

Sesampainya disana, Alvin langsung memesan kopi hitam pekat panas. Kafe ini sudah buka dari pukul 07.00 pagi. Alvin memilih tempat duduk favoritnya yang berada di pojok sebelah dinding kaca yang memperlihatnya suasana diluar. Alvin melirik layar ponselnya. Masih pukul 07.30. Masih pagi sekali.

Sudah pukul 08.30. Sudah 1 jam Alvin duduk di kafe ini. Dan kopinya sudah mau habis. Alvin membuang pandangannya dari para wanita yang mencuri pandang ke arahnya. Berharap ia tersenyum kepada mereka. Layar ponselnya menyala. Ada pesan dari Sarah.

"Alvin, kau dimana? Aku kesana sekarang."

Alvin mendengus kesal setelah melihat pesan itu. Tadi karena kopi, sekarang wanita gila ini! Kalau bukan karena gelar Prince and Princess of the year di kampus ini, Alvin tidak akan mau dekat dengan wanita terkutuk itu. Tapi sementara setidaknya untuk menjaga nama baiknya, Alvin harus rela mau tidak mau selalu terlihat serasi dengan Sarah.

Alvin membuang pandangannya keluar. Menangkap sosok gadis yang sedang berjalan dengan senyum sumringah memasuki kafe ini. Tidakkah ia salah lihat? Bukankah itu... Kinan?

Alvin mengkerutkan keningnya, memperjelas pandangannya. Benar. Itu Kinan. 'Kenapa dia ada disini? Bukankah dia ada di Paris?' Gumamnya dalam hati.

Dia tidak berubah. Persis seperti Kinan 3 tahun yang lalu. Alvin menundukkan sedikit kepalanya saat gadis itu mencari tempat untuk duduk. Ia tidak sadar jika dipojok, sedang duduk seorang pria yang dulu ada dihidupnya. Alvin merasakan sakit yang luar biasa dihatinya sesaat terlintas masa-masa indahnya dulu dengan Kinan. Buru-buru alvin meneguk sisa kopinya dan pergi meninggalkan kafe. Berharap gadis itu tidak melihatnya.

Memory Of First Love [Completed] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora