🌺 20 🌺

492 43 13
                                    

Kinan hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Sosok itu semakin lama semakin dekat. Senyumnya mengembang sempurna saat ia mengetahui siapa sosok itu.

"Raaayyyyy!" Kinan melemparkan diri ke arah Ray dan melingkarkan lengannya ke leher pria itu. Ia memeluk Ray dengan sangat erat.

"Apa kabar Kinan? Kau rindu padaku?" Tanya Ray dengan membalas pelukannya.

"Sangat. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Astaga aku ingin menangis," Sahut Kinan bahagia. Ia masih belum melepaskan pelukannya. Sekarang ia menenggelamkan wajahnya di dalam dekapan Ray.

Ray mengusap punggungnya dengan lembut. Ray berkata pelan, "Aku juga merindukanmu."

"Kapan kau tiba di Indonesia? Kenapa tidak mengabariku?" Tanya Kinan. Kini ia melepas pelukannya.

"Terakhir kali kau meneleponku, lusanya aku kembali ke Indonesia. Tapi aku memang sengaja tidak memberitahumu. Untuk memberi kejutan," Jelas Ray sambil mengacak-acak sedikit rambut Kinan dengan gerakan yang lembut.

"Lalu kau kemari untuk menemuiku?" Tanya Kinan dengan mata berbinar-binar.

"Tidak juga." Ray menggelengkan kepalanya.

"Lalu apa?" Tanya Kinan penasaran.

"Aku ingin melihat kampus baruku. Aku akan melanjutkan studiku disini. Ikut denganmu."

Mata Kinan melebar. Ia tidak percaya dengan yang baru saja ia dengar. "Bagaimana kau bisa tahu aku kuliah disini? Aku bahkan tidak memberitahumu."

"Kau pernah berkata padaku kalau ingin sekali satu kampus dengan Naya. Naya pernah memberi tahu kita dia kuliah di Universitas ini. Aku meminta tolong James untuk memastikan kau benar kuliah disini atau tidak. Sangat mudah bagi James menemukanmu. Lalu beberapa minggu ini aku hanya menyiapkan semua syarat pendaftaranku disini. Tapi James yang mengurus."

Kinan memeluk Ray sekali lagi. Melepaskan rindunya. Kemudian ia ingat sesuatu. Teman-temannya.

Kinan melepaskan kembali pelukannya dan menoleh ke belakang. Teman-temannya kini sedang memperhatikannya dengan tatapan tidak percaya. Kinan dan Ray menghampiri mereka.

"Winda, Shana, Metha, kenalkan ini Ray temanku saat di Paris. Naya kau tentu sudah mengenal Ray bukan? Inilah wujud aslinya."

Mereka semua ---Winda, Shana, dan Metha--- diam tak bergeming. Tatapannya tidak berpaling dari sosok pria yang kini ikut duduk bersama mereka.

"Akhirnya aku bertemu langsung denganmu Ray," Kata Naya dengan senyum tersungging di wajahnya. Lalu ia berkata pelan, "Ternyata lebih tampan aslinya."

"Inikah definisi tampan yang sesungguhnya? Oh Tuhan, ini benar-benar penyegaran mata," Ucap Metha tiba-tiba lalu disambut dengan tawa mereka semua.

"Senang berkenalan dengan kalian. Kebetulan aku akan melanjutkan studiku disini."

"Benarkah? Kau mengambil fakultas apa?" Tanya Naya penasaran.

"Perhotelan. Mulai besok aku akan masuk kelas. Hari ini aku kemari untuk melihat-lihat kampus baruku," Jawab Ray.

"Ah iya benar! Saat di Paris kau juga kuliah jurusan perhotelan dan pariwisata. Kalau begitu kau akan satu fakultas dengan Naya," Seru Kinan bersemangat.

"Ya. Dan kurasa aku akan berteman dekat dengannya," Jawab Naya sedikit menggoda.

Mereka melanjutkan obrolan mereka di bawah pohon rindang tersebut. Mereka tertawa dan saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Terutama tentang kehidupan Kinan dan Ray selama di Paris.

Memory Of First Love [Completed] ✓Where stories live. Discover now