28

433 32 14
                                    

Angin begitu sejuk membiarkannya menerpa rambut indah nya, mencoba memahami namun sulit, mencoba bersikap biasa aja itu juga sulit, sungguh semakin dewasa semakin kita dilanda maalah, apakah ini salah satu cara agar berfikir dewasa oh tuhan tolong lah hanya karna kejadian sepele membuat Ghali dan Chava menjadi sedikit merenggang.

Chava terus memikirkan mencerna apa maksud gadis kecil itu. Sulit mengartikannya apa mungkin akan ada yg menghancurkan hubungan Chava dengan Ghali? Tapi siapa? Tidak tidak mungkin, mana mungkin ada orang sejahat itu, ayolah Chava berfikir jernih. Kalaupun ada Chava tidak akan membiarkan itu.

Ditempat lain Ghali sedang termenung apakah sebegitu jahat kah Ghali sampai sampai kekasinya marah kepadanya, tidak ia tidak jahat, hanya saja ia tidak ingin miliknya di dekati laki_laki lain ia hanya takut Chava meninggalkan nya.

"Hai" sapa gadis itu menepuk bahu Ghali.

"Tinggalin gue sendiri" ucap Ghali datar tanpa melihat wajah seorang di sampingnya.

"Kakak kenapa sampe kayak gini?" tanya gadis itu yg tak lain adalah Ziah.

"Bukan urusan lo!" ketus Ghali.

"Denger denger tadi kakak mukul Kevin sahabat aku ya" tanya Ziah basa_basi.

Ghali menarahkan kepala nya menghadap gadis itu.

"Jadi bocah tengil itu sahabat lo?" tanya Ghali, Ziah hanya mengangguk.

"Bilangin sama sahabat lo jangan berani berani deketin milik gue!" Nada Ghali sedikit emosi.

Ziah meremas baju nya kuat kuat pertanda ia emosi dan kesal mendengar perkataan Ghali, sungguh hati nya sangat sakit apa Ghali sama sekali tidak mengerti perasaan nya.

'lo gk bakal bisa bareng perempuan sialan itu kak'

"Lo ngapain disini?" Tanya Ghali.

"Eh i_itu kak tadi aku abis dari supermarket beli makanan kebetulan liat kakak disini jadi menyendiri" ucap Ziah.

"Oh" singkat Ghali.

"Oh ya ini kakak mau ini gak?" Tanya Ziah menyodorkan roti kepada Ghali.

Ghali pun tersenyum mengangguk lalu mengambil roti yg berada di tangan gadis itu.

'Yaampun manis banget'

[.]

"Gila gue seneng banget sumpah!" ucap Ziah antusias.

"Kenapa lo?" Heran Kevin.

"Mimpi apa gue tadi liat kak gmGhali senyum sama gue sumpah meleleh gue" ucap Ziah lebay.

Kevin sudah jengah dengan tingkah laku sahabat nya ini, memang tidak ada lelaki lain apa selain Ghali, Kevin contohnya hehe.

Deva yg baru turun dari tangga tak sengaja melihat adiknya yg terlihat senang.

"Kenapa kamu dek?" Tanya Deva.

"Eh gakpp kak" ucap Ziah kaku.

"Yaudah kakak mau kerumah Chava dulu nganterin buku dia kemaren jatoh" ucap Deva.

"Kalian hati hati dirumah ya"

Keduanya hanya mengangguk.

"Zi temenin gue ke luar yuk bosen gue" ajak Kevin.

"Gue mau pergi dulu" ucap Ziah bergegas mengambil jaket lalu membawa mobil nya.

Tok tok tok

Pintu terbuka melihat sosok Chava keluar dengan mata sembab dan sayu, ayolah kenapa chava seperti ini? What! Mengapa Deva memikirkannya? Pikiran itu Deva tepis jauh jauh.

"Eh va ini gue mau balikin bu..."

Belum sempat Deva melanjutkan kalimat nya, Chava memeluk Deva secara tiba tiba, deva pun terkejut apa yg dilakukan gadis ini, sungguh ini diluar dugaan Deva mengapa Chava seperti ini, apakah ia ada masalah.

"Bang el ava kangen" lirih Chava.

"Ava nungguin bang el pulang akhirnya bang el pulang juga, ava seneng bangett" ucap Chava tidak sadar.

"Chav gue bu,,,"

"Bang el diem aja ya ava tau bang el kangen sama ava kan, ava sayang bang el, jangan pergi lagi ya bang el ava takut" lirih Chava lemas kemudian pingsan didalam dekapan Deva.

"Chav lo kenapa?" ucap Deva panik sembari menepuk nepuk pipi Chava namun gadis itu tak kunjung sadar.

"Yaampun ava" pekik kedua orang tua Chava kaget sekaligus khawatir.

"Sshh" Chava memijat kening nya kala sadar.

"Ava dimana?" Tanya Chava pada orang tua Chava.

"Kamu tadi pingsan sayang" ucap Cito.

Chava menundukkan kepala nya dimana memori nya mengingat kejadian tadi saat ia memeluk abang nya sendiri.

"Pah mah, tadi bang el pulang kerumah" lirih Chava lemas.

Kedua orang tua Chava hanya pasrah dengan keadaan putri nya sekarang, putrinya sangat menyayangi abang nya. Kini memori Chava tentang Dael telah kembali, sudah sekian lama Chava melupakan dael namun hasilnya slalu nihil, jika Chava sedang merindukan dael maka Chava akan selalu minum minuman keras.

Dokter menyarankan bahwa Chava tidak boleh banyak fikiran karna itu sangat berpengaruh untuk kesehatan Chava, untuk sekarang Chava harus di rawat dirumah sakit selama 2 hari.

Perasaan Ghali tidak enak sejak tadi, ia berusaha menghubungi kekasihnya namun telpon nya tak kunjung aktiv, ada apa sebenarnya tumben sekali gadis itu tidak aktiv. Seketika sebuah pesan whatsapp muncul membuat Ghali bergegas melihat siapa yg mengirim nya pesan ia berharap kekasihnya, namun nihil nyata nya bukan.

0821xxxxxxxx
Foto

Ghali meremas handphone nya pertanda ia emosi, jadi ini alasan kekasihnya tak kunjung aktiv. sungguh siapa yg mengirimnya pesan itu, ia harap itu bukanlah kekasihnya, ia harap itu hanya hoax.

Ghali bergegas kerumah kekasihnya, namun hasilnya nihil tidak ada siapa siapa disana, hanya ada bi sati dan pak maman. Bi sati bilang bahwa Chava dibawa kerumah sakit. Ada apa sebenarnya dengan kekasihnya itu. Ghali pun pergi kerumah sakit yg sudah diberitau bi Sati. Bergegas dengan nafas emosi dan khawatir.

Ceklek..

Ghali membuka pintu ruangan Chava, disana terdapat om Cito, tante Sasa dan... Deva. Membuat Ghali mengepalkan tangannya, namun ia tahan.

"Ghaga" lirih Chava dengan suara lemas.

"Va, gue kesini cuman mau bilang bahwa...." Ghali mendekatkan bibirnya ke telinga Chava.

"Kita putus!" Ucap Ghali.

"Apa maksud kamu gha!, kamu jahat hikss salah aku apa!" Chava menangis mengapa kekasihnya ini tidak mengerti kondisi Chava, apa yg telah Chava perbuat hingga Ghali memutuskan hubungannya tanpa sebab.

"Maaf" empat kata satu kalimat seribu luka, membuat Chava tak habis fikir dengan apa yg dikatakan Ghali.

"Pergi lo pergi!!!" Teriak Chava emosi membuat kedua orang tua Chava panik.

"Maafkan saya om tan" ucap ghali, keduanya hanya memasang wajah datar tanpa ingin melihat wajah Ghali.

Ghali beranjak pergi sungguh Ghali sangat emosi, Ghali memang sering seenak jidat mengambil keputusan tanpa ingin mendengar penjelasan orang, Ghali termasuk orang yg susah mengerti jika dirinya sedang tersulut emosi, sungguh semoga ucapan Ghali tidak membuat dirinya menyesal.

Gays gays, bodo amatlah mau ceritanya ngawur juga, aku udah kurang semangat, gak ada support sama sekali:(

Ghavali [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang