Cat Calling

115 27 52
                                    

Sebelum membaca yuk tinggalkan jejak dengan  vote dan comment nya yaa. Biar semangat updatenya.. terima kasih 😉😘

_____________________________________

    Haisha pulang sendiri, karena tak ada yang pulang ke komplek A. Waktu menunjukan pukul 21.00 waktu Indonesia bagian barat. Penerangan disepanjang jalan memadai, hanya saja Haisha takut jika harus melewati belokan menuju komplek C. Disana, ada sebuah tempat seperti base camp , yang dulunya itu adalah sebuah toko grosir. Dimana isinya adalag orang-orang brandalan, suka mabuk, dan berjudi berkumpul disana. Mana Harris dan Fahrul sudah melesat pergi dari pandangannya dengan motor tadi.

Dan benar saja, Haisha dicegat oleh seseorang yang dandanannya amburadul, serta bau alkohol menghampirinya, "kiiiww ... ada Haisha nih, tumben lewat base camp kita ... mau main sama abang ya? Oh atau udah mau jadi pacar abang?"

Haisha memasang wajah datar, tapi jauh dari lubuk hati yang paling dalam dia sangat takut.

"Maaf saya mau lewat," tukas Haisha mencoba tenang. Seorang lelaki berbau alkohol didepannya malah menyeringai menganggapi ucapan Haisha. Dia ingin menghampiri Haisha lebih dekat, tapi dengan cepat Haisha mundur. Pada jam sembilanan memang komplek C rada kurang ramai, seperti sekarang ini. Hanya sebagian saja yang masih berada diluar.

"Ronald dia gak mau juga hahah, selera lo cewek alim ya?"

Ya, orang yang menghalangi jalan Haisha adalah Ronald. Kakak kelas Haisha saat SMP dulu. Dia beberapa kali pernah menyatakan perasaan pada Haisha. Sudah ditolak beberapa kali dengan alasan Haisha ingin fokus belajar. Ronald sempat menghilang, pergi ke luar negeri. Tapi sejak Haisha masuk sekolah menengah Ronald kembali. Bahkan Ronald sekolah SMA pun tidak tamat, karena kelakuannya yang membuat dia dikeluarkan pada saatkelas 2 SMA tahun kemarin.

Haisha tak tahu bahwa Ronald masih bersikukuh padanya. Haisha terus berdo'a didalam hatinya.

"Cih! Sombong banget lu! Sok alim cuih! Ustadzah bukan!" Makinya sambil meludah dihadapan Haisha.

Ya Allah tolong hambamu ini –batin Haisha

Sedari tadi Haisha terus menunduk, tidak berani memandangi Ronald. Tapi jika sudah begini, Haisha memberanikan untuk mengangkat kepalanya.

"Aamiin semoga suatu hari saya bisa menjadi  ustadzah, terimakasih atas komentarnya," balas Haisha.

"Wahhh sekarang Haisha sudah berani ya ... hahaha lucu banget ya lu! Padahal dulu pas SMP penampilan lo kayak pelacur hahahah," tawa Ronald sambil membicarakan perihal masa lalu Haisha yang kelam. Tangannya mengepal menahan amarah dan tangisan.

"Terserah apa yang anda bicarakan, itu dulu, sekarang saya sudah berubah ... maaf saya mau pulang. Dan ini juga bukan komplek milik anda," kata Haisha dengan sedikit tegas.

"Sayangnya, lu gak bisa lolos gitu aja ... lu mau gak mau harus nerima," ujar Ronald sambil berusaha meraih tangan Haisha. Dengan gesit Haisha menghindar, saat lengah, Haisha mengambil kesempagan untuk berlari sekencang mungkin.

"SH*T!!" Umpat Ronald saat akan mengejar Haisha tapi dirinya malah tersungkur mencium aspal. Teman-temannya malah menertawakannya.

"Awas aja lu Haisha ... gua bakal bikin lo menderita. Cih! Emang hebatnya lu apa sih? Bisa-bisa masih nolak gua ... lihat aja nanti," ucap Ronald sambil berusaha bangkit dengan badan yang masih sempoyongan, akibat terlalu banyak minum alkohol.

***

"ASSALAMUALAIKUM!!" Kata Haisha tanpa menyalami orangtuanya terlebih dulu, karena dia sudah tak tahan ingin menangis. Dan dia tidak mau membuat orangtuanya khawatir.

Magnificent Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang