Sakit

56 4 9
                                    


Jadilah pembaca yang bijak 🥰

****

    Disha, Ihsan, dan Musa masih ada di ruangan khusus tamu. Haisha sedang bermain bersama Ihsan di lapangan badminton. Yang berada tepat disamping ruang tamu. Haisha tentunya memakai cadar. Karen sedang ada diluar, dan pasti banyak sekali pegawai ataupun dosen yang berlalu lalang menuju ke tempat tinggal mereka. Ada sebagian dosen, terutama yang dari timur tengah sana tinggal di area pesantren. Ada seperti perumahan khusus untuk para dosen dari luar negeri.

Haisha tiba-tiba merasakan sakit lagi, kali ini, sekujur tubuhnya merasakan hawa dingin. Kuku-kuku tangannya menjadi pucat, pusing mulai memyerangnya. Gejala seperti ini, sudah dirasakan Haisha saat sebelum ke Darul Muttaqin. Anemianya pun sepertinya kambuh lagi. Sudah tiga hari lamanya tenggorokan Haisha terasa sakit, bahkan hampir susah menelan. Haisha ingat, 3 hari lalu dia memakan makanan yang memiliki kandungan lemak trans
yang tinggi. Dan memakan banyak makanan pedas, karena menu yang disediakan 3 hari lalu itu giliran makanan pedas. Tapi, bukan pedas yang dibawa oleh cabai bubuk semacam boncabe,  melainkan, cabai asli. Haisha juga memiliki riwayat amandel. Makannya, saat ini, dia benar-benar merasakan sakit yang luar biasa.

Selama ini, dia tahan, akhirnya semakin memburuk. Haisha yang tak kuasa lagi menahan sakit pun, akhirnya jatuh pingsan.

Musa yang ingin mengambil Ihsan untuk pulang pun, langsung menghampiri Haisha yang jatuh pingsan.
Ihsan menangis melihat Haisha yang tak sadarkan diri. Musa membopong Haisha dan memasukannya ke dalam mobil.

Disha yang mendengar jeritan tangis Ihsan pun keluar dari ruangan khusus tamu.

"Ican kenapa nangis?" tanya Disha.

"Kakak ... Ma, hiks ...," jawab Ihsan.

"Kakak siapa? Kak Ica apa kak Uca?"

"Kakak Ica, Ma, huaaa kasyian," tangis Ihsan pecah dalam dekapan Disha. Mobil yang terparkir rapi dekat lapangan, Disha mengeceknya. Dia menangis tatkala melihat putri sulungnya tak sadarkan diri.

"Bibi cepet! Kita harus bawa ke rumah sakit! Izinnya di satpam utama aja! Ayo ini Haisha pucat banget," kata Musa panik bercampur khawatir.

Disha menuruti perkataan Musa. Disha duduk dibelakang, karena bagian depan sudah diisi.
Setelah berhasil mendapatkan izin dari pihak Darul Muttaqin, dengan sangat panjang. Akhirnya, Haisha bisa dibawa kerumah sakit.

*****

Musa membopong Haisha masuk ke dalam UGD. Haisha langsung ditangani oleh dokter cantik. Haisha dibawa ke rumah sakit terdekat. Karena melihat Haisha yang memakai cadar, dia diperiksa oleh dokter perempuan.

Disha dan Musa menyaksikan Haisha diperiksa dengan perasaan yang campur aduk.

"Sebelumnya apa pernah ada keluhan dari pasien?" tanya dokter itu pada Disha.

"Gak ada dok, tapi emang dia punya penyakit anemia sama amandel dari kecil," jawab Disha selaku ibunya Haisha yang merawatnya  sejak masih bayi. Cadar Haisha dibuka, menampilkan wajah cantik Haisha yang amat pucat, badannya dingin. Tapi dahinya panas.
Dokter cantik itu kembali memeriksa Haisha. Saat dokter itu memegang leher Haisha, siempunya tersadar.

Haisha mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, dan berhenti pada seorang dokter cantik yang sedang tersenyum padanya.

"Syukurlah sudah sadar, coba buka mulutnya! Dokter mau cek amandelnya," pinta sang dokter dengan lembut. Haisha menurut, dia membuka mulutnya. Sebuah benda seperti senter tapi kecil disorotkan pada mulutnya.

"Wahhh iya ini udah bengkak, sinikan tangannya ya, biar dokter periksa tekanan darahnya."

Haisha mengasongkan tangan kanannya. Padahal, posisi sang dokter berada di sisi kirinya.

"Tangan kirinya kenapa?" tanya sang dokter penuh selidik. Haisha awalnya terdiam.

"E– anu dok, bagian dada kiri saya sakit, dan tangan kiri saya kena imbasnya. Jadi kalo ngangkat tangan atau digeser itu sakit," jawab Haisha jujur.

"Sakit? coba sini dokter cek ya. Itu si kakaknya keluar dulu, Ini khusus perempuan," ujar dokter. Kakak yang dimaksudkannya adalah Musa.
Setelah Musa keluar, dokter itu memerintahkan Haisha untuk bangun, dan menghadap ke arahnya, Disha dibelakangi.

"Kenapa sama anak saya dok?" tanya Disha khawatir.

"Anak ibu mengidap penyakit fam," jelas sang dokter. Terlihat Haisha sudah menaikan resletingnya.

Kening Disha dan Haisha mengerut, tak paham akan penjelasan sang dokter.

"Fam itu kependekan dari fibroadenoma mammae. Ini sejenis tumor jinak, tapi sebaiknya perlu dianggap serius sampai benar-benar dinyatakan bukan kanker. Menurut para ahli, tumor yang umumnya diidap wanita berusia antara 15—35 tahun ini biasanya enggak terasa sakit dan mudah bergeser saat disentuh. Namun yang perlu dipahami, kondisi medis ini berbeda dengan tumor kanker payudara. Perbedaannya, FAM tak menyebar ke organ lain seiring waktu bergulir, tak seperti kanker payudara. Singkatnya, benjolan ini hanya tetap berada dalam jaringan payudara. Untuk mengetahui jenis apa yang diidap oleh anak Ibu, kota bisa melakukan tes laboratorium dengan biopsi, ataupun dengan ultrasonografi," papar sang dokter mengenai penyakit yang diidap oleh Haisha.

"Penyebabnya apa dok?" tanya Disha.

"Bervariasi, ada yang umum disebabkan oleh hormon estrogen yang tidak normal, kurang olahraga, dan bisa jadi faktor keturunan," jawab sang dokter.

"Lakukan ultrasonografi saja dok," putus Disha.

"Baiklah, ayo cantik! Ikuti dokter ya," kata dokternya. Tenang kok, ini rumah sakit syariah, jadi gak usah khawatir. Kamu akan ditangani oleh perempuan kok," ujar dokter, seakan bisa membaca kecemasan Haisha.

Diluar, mereka berpapasan dengan Musa yang sedang duduk berdiri disamping tirai bankar Haisha.

"Mau kemana?" tanya Musa.

"Mau di periksa bang, abang temenin Mama ya, nanti aku balik lagi kok," jawab Haisha.

"Tadi abang udah urus administrasinya," kata Musa.

"Makasih ya bang, maaf bikin repot," ujar Haisha sebelum benar-benar pergi mengikuti pangkah sang dokter yang sudah jauh beberapa meter dari Haisha.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Huftttt akhirnyaaaaa,

Guys hari ini aku update agak banyak nih, dikejar deadline soalnya.

Gimana sama part ini?

Ayoo klik ⭐ dan berikan 💬

Lop yu ♥️

Salam ukhuwah dari author uwu wkwkwk 😂😘

Magnificent Journey [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz