Dihukum

453 71 195
                                    

Assalamu'alaikum ....

Wah gimana sahurnya temen-temen?
Seperti yang kemarin pas perkenalan, hari ini tepat di tanggal 24 April 2020. Aku update chapter 1. Dan buat chapter 2 nya, akan di update secepatnya hari ini juga.

Oh iya, sebelum membaca yuk tinggalkan jejak dengan  vote dan comment nya yaa. Biar semangat updatenya.. terima kasih 😉😘

Selamat membaca 😉😉

_____________________________________

      Hari ini adalah hari kamis. Dimana anak MA Al-Fajr memakai baju pramuka. Haisha senang sekali karena dia selalu menyebutnya sebagai baju dinas. Beda dari yang lain, anak pramuka diharuskan memakai baju beratribut lengkap. Memakai boni yang untuk perempuan, dan baret untuk laki-laki.

Haisha melirik jam sudah 06.30. Dia langsung buru-buru memasukan buku yang sudah disusun untuk dibawa sesuai jadwal hari ini. Sampai melupakan sabuknya, dan juga bekal makan siangnya. Haisha pun bersalaman dengan terburu-buru, dia langsung melesat berlari menuju gerbang rumahnya. Dia berjalan sedikit lebih cepat untuk sampai ke jalan raya.

Haisha berlari sampai di depan komplek dengan nafas memburu. Untungnya, begitu sampai, langsung ada angkot yang berhenti. Sesekali Haisha mengatur nafasnya, dia sudah tak peduli lagi dengan tatapan penumpang lain. Mobil yang ditumpanginya sampai  di sekolah tepat sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Di parkiran, Haisha melihat teman sekelasnya, dengan gesit Haisha menyeimbangkan langkahnya agar Haisha ada teman.

"Eh, Haisha, lo abis lari ya?" tanya perempuan cantik berwajah arab kental. Haisha hanya mengangguk sebagai jawabannya. Sebab dia masih belum bisa menstabilkan deru nafasnya.

"Abishnyah tahkut telhat heheh." Haisha berusaha menjawab sebisanya.

"Santai kali, jauhan rumah gue lah Sha," jawab temannya lagi.

Mereka tidak berbicara lagi, karena sudah bel dan berada di dalam kelas. Haisha jurusan MIPA. Dan sudah dipastikan dia akan berturut-turut selama tiga tahun berada di kelas MIPA 3, sebab peraturan di sekolahnya ini sampai 3 tahun tidak akan merombak kelas.

Begitu di dalam kelas, Haisha langsung duduk di bangku kedua dekat jendela. Ternyata teman sebangkunya belum datang. Dia kira dirinyaa sudah hampir kesiangan, rupanya, Riska teman sebangkunya juga belum datang.

Saat Haisha mengeluarkan buku pelajaran pertama, tiba-tiba dia dikagetkan dengan suara cempreng yang khas. Siapa lagi kalau bukan Riska.

"Caaaa! ya ampun! bau gak sih gue? ck! bete sih kenapa macet parah hari ini, adahal bukan hari senin. Heraan, sama jalanan kota. Kan gue yang kena imbasnya. Jadi telat, terus disuruh buang sampah sama guru piket, eeh betewe, tugas lo Kimia udah belom? liat dong ... takut salah nih gue," cerocos Riska dengan panjang sambil heboh sendiri. Haisha sudah terbiasa dengan itu. Dan, seisi kelas pun cuek saja. Karena memang sebagian ada yang sedang menyalin tugas yang belum dikerjakan dari rumah. Lain dari itu, mereka pasti sudah mulai tahu tabiat Riska yang seperti itu.

"Gak bau kok, santai dulu, duduk dulu. Tadi juga aku juga kejebak macet hehhe ... tapi gak parah banget sih. Eh, aku juga gak yakin kalo ini bener. Eum ... Coba tanya Resa. Dia kan sering ikut olimpiade atau ke Deya aja noh," jawab Haisha. Riska menuruti ucapannya, dia mulai duduk di samping Haisha. Tapi tidak untuk menanyakan tugas pada Rasa dan Deya.

"Iyaa gak bau heheh, tadi gue kan ke kamar mandi dulu nyemprotin minyak wangi. Apaan sih? Males ah, pada pelit! mending sama lo aja. Jangan belaga sok ngerendah gitu ya hahaha. Lo juga pinter tau Ca, gue bukan nyontek ya ini ... cuman mau nyamain doang," ucap Riska sambil mengambil buku bersampul coklat muda bertuliskan 'KIMIA' dari tangan Haisha. Melihat itu, Haisha hanya bisa mengerlingkan mata jengah menghadapi sikap Riska. Tanpa Riska sadari, Resa dan Deya mendengar ucapannya dengan jelas. Karena mereka duduk tepat di depan Riska dan Haisha. Atau mungkin, Riska sengaja menyindir mereka. Entahlah.

Magnificent Journey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang