Ketakutan

1.6K 225 7
                                    

Pagi hari setelah membersihkan kamar dan membantu bi Tina membersihkan rumah, Sabiya sudah sibuk menyiram tanaman.

Walaupun halaman rumahnya tidak sebesar rumah kedua orangtuanya, tapi masih cukup untuk sebuah taman kecil. Sabiya membawa beberapa tanaman mendiang ibunya, ada juga beberapa tanaman baru yang sengaja ia beli. Berkebun ternyata tidak membosankan seperti yang ia kira, bahkan sekarang ia sudah mantap menambahkan kegiatan itu pada daftar hobinya.

"Bi, gue berangkat dulu ya." Kata Rayyan ketika keluar dari rumah, ia sudah rapih dengan seragam kantoran dan tentunya sangat wangi.

Sabiya mematikan selang air dan segera mengeringkan tangannya, ia menghampiri Rayyan untuk mencium tangan. "Makan siangnya udah dibawa?"

Tidak hendak menjawab, Rayyan hanya mengangkat tas bekal yang sejak tadi ia bawa.

Sabiya mengacungkan jempol sambil tersenyum cerah.

"Udahan si Bi masakin makan siangnya, gue kan mau makan di luar juga." Keluh Rayyan, sudah lebih dari tiga hari Sabiya sengaja membuat bekal makan siang untuk Rayyan, ia sedang belajar memasak. Sebenarnya Rayyan akan sangat senang dengan makan siangnya, tentunya bila itu enak. Jadi sudah tahu kan bagaimana rasa masakan Sabiya.

Senyum dibibir Sabiya perlahan luntur, matanya yang semula berbinar berubah melotot.

"Iya iya, besok bikinin gue lagi ya." Rayyan mengalah, tidak mau bertengkar apalagi di pagi hari. "Tapi gue saran, ini serius. Please masaknya jangan kebanyakan garem, jangan-jangan lo udah pengen nikah ya?"

"Ish," Sabiya mencibir. "Namanya juga gue belajar, nanti nih kalau masakan gue enak, udah bukan buat elo, udah buat pelanggan gue, restoran atau catering. Udah ngga sempet masakin lo."

Rayyan tersenyum miring, "Oh iya, itu masih ada kardus lo di gudang. Buruan diberesin!"

"Iya, maaf. Nanti gue beresin deh."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

***

"Mba Hana?"

"Assalamu'alaikum Sabiya."

"Wa'alaikumussalam mba," Sabiya terlihat terkejut, ia tidak ingat mengabari Hana tentang kedatangannya hari ini ke Yogyakarta, dan sekarang ia sudah melihat Hana di ruang tamu kosnya.

"Pasti kamu belum makan, aku udah bawain masakan dari rumah. Umi yang masak, kita makan bareng ya?" Ajak Hana meggandeng Sabiya untuk duduk.

Sebelum benar-benar duduk Sabiya melirik Rayyan sebentar, lelaki itu hanya tersenyum.

"Mba Hana tau dari mana Sabiya hari ini dateng?" Tanya Sabiya setelah suapan terakhirnya masuk ke mulut.

Hana diam saja, ia hanya sesekali terlihat malu-malu untuk melirik Rayyan. Membuat Sabiya yang kebingungan akhirnya menyadari suatu hal.

"Kalian," Tanya Sabiya sambil menunjuk Rayyan dan Hana bergantian. "Sejak kapan?"

Rayyan berdehem, "Makan lagi Bi, lo masih laper kan." Kata Rayyan tanpa perintah langsung mengambilkan Sabiya nasi dan lauk ke piringnya yang sudah kosong, mengalihkan pembicaraan.

"Tenang aja Bi, Rayyan ngehubungin aku cuma buat minta tolong ngebantu kamu pindahan kos."

Sabiya ber-oh ria, Rayyan yang berada di sampingnya mengangguk merasa mendapatkan pembelaan. "Kalau ngehubunginnya lebih juga gapapa."

*uhuk uhuk

Rayan dan Hana tersedak, mereka berdua sampai harus meminum segelas air setelah mendengar perkataan itu. Sedangkan Sabiya, ia sudah tertawa karena melihat tingkah keduanya.

Lakuna : Aku, Dia dan LakunaWhere stories live. Discover now