Hal Baru

2K 226 5
                                    

"Kak," Sabiya membuka pintu kamar Rayyan setelah sebelumnya mengetuk terlebih dahulu.

"Sini, Bi."

"Lagi sibuk ya?" Tanya Sabiya menyadari lembaran kertas yang berada di meja belajar Rayyan.

Rayyan yang menyadari tatapan Sabiya, menyingkirkan berkas yang sejak tadi ia baca. Sejak kemarin ia mulai sibuk mempelajari berbagai hal baru di kantor mendiang papahnya yang cukup membuatnya pusing. "Ada apa?"

"Besok, ke Yogya yuk kak?"

Kening Rayyan mengernyit.

Sabiya memperlihatkan laptop yang sejak tadi ia bawa. "Sabiya udah tanya anak BEM untuk pengajuan cuti. Nah, Sabiya mau urus biar semester depan ngga bayar penuh. Tapi ada beberapa berkas yang harus Sabiya urus di kampus, dan minggu ini terakhir sebelum masuk nanti." Sabiya menjelaskan panjang lebar, "Jadi,"

"Besok pagi kita berangkat ya." Rayyan memotong pembicaraan, sudah tahu maksud Sabiya.

"Oh iya kak, Sabiya mau pindah kos. Kemarin udah nemu beberapa tempat, jadi pas di Yogya sekalian ya? Bantuin Sabiya pindahan. Please?" Sabiya membujuk Rayyan.

"Iya, terserah lo." Jawab Rayyan. "Kalau gitu, kita naik mobil aja gimana? Biar pindahannya juga ngga ribet?"

Sabiya mengangguk. "Pokoknya Sabiya ikut aja. Asal ngga naik kuda, nanti tua di jalan."

***

"Sabiya, ibu turut berduka cita ya. Semoga juga, Sabiya betah ditempat yang baru." Bu Aken, ibu kos Sabiya mengusap rambut Sabiya dengan lembut. Ibu kosnya itu terkenal sekali dengan kebaikan hatinya, jadi tidak salah jika banyak orang betah berlama-lama menetap disini.

Sabiya mengangguk, "Makasih banyak ya bu, sudah banyak bantu Sabiya disini."

"Sudah tidak ada yang tertinggal?"

"Oh iya, sebentar bu." Sabiya teringat beberapa bukunya yang sempat ia taruh di atas lemari, ia buru-buru kembali ke kamar untuk mengambilnya, untung saja tidak tertinggal.

"Hampir aja." Sabiya bernafas lega, mengingat buku itu cukup penting untuk kebutuhan perkuliahannya. Tidak lama Sabiya memberhentikan aktivitasnya, ia duduk di kasur kamar sembari menikmati kamar kosnya untuk yang terakhir kali, mengedarkan pandangan ke setiap sudutnya untuk memastikan ia tidak meninggalkan sesuatu, sekaligus melepas kenangan satu semester yang ia lalui disana. Kamar pertamanya di Yogyakarta.

Setelah benar-benar terkunci, Sabiya berhenti pada pintu tepat di samping kamarnya. Kamar Laras, teman yang sejak hari pertama sudah menemaninya. Sabiya pernah dengar, hubungan yang sedekat nadi bisa sejauh matahari, hanya saja ia tidak menyangka itu akan terjadi padanya dan Laras.

"Maaf ya, Ras." Sabiya berbicara sendiri.

"Ini bu, kuncinya." Sabiya menyerahkan kuncinya pada bu Aken. "Oh iya bu, anak anak kos belum pada pulang ya?"

"Biasanya sih paling cepet mba Ainun. Dia kan anak organisasi, jadi ngurus kegiatan kampus. Kalau yang lain, paling h-1 baru pada kesini. Sabiya, cari Laras ya?" Bu Aken menebak. "Memang belum pamitan?"

Sabiya menggelengkan kepala. "Sabiya, boleh minta tolong ya bu. Titip ini buat Laras kalau dia sudah pulang ke kos." Sabiya menyerahkan bingkisan berwarna merah muda kepada bu Aken, warna kesukaan Laras.

"Iya. Nanti ibu berikan."

"Kalau gitu, Sabiya pamit ya bu." Ucap Sabiya, kali ini benar benar pergi.

****

"Kamu, baik-baik aja dek?" Tanya Rayyan ketika menyadari Sabiya yang sejak tadi diam saja, tepatnya setelah ia memindahkan seluruh barangnya ke kos baru.

Lakuna : Aku, Dia dan LakunaWhere stories live. Discover now