Cerita Lama

1.7K 236 21
                                    

Sabiya mempercepat langkahnya menuju gedung utama fakultas ekonomi. Ia memantapkan dirinya sendiri untuk apa yang ia kehendaki hari ini.

Setidaknya ia sudah berusaha, entah respon seperti apa yang akan ia dapatkan nanti, Sabiya tidak berharap banyak.

"Selamat ya!"

"Ayo foto yuk."

Suara ucapan selamat dan perayaan kecil, semakin dekat di telinga Sabiya. Membuat detak jantungnya semakin cepat. Hari ini adalah hari sidang Laras. Ia akan menemui teman pertamanya di Yogyakarta, memberi ucapan selamat sekaligus berharap keadaan bisa membaik. Setidaknya sebelum mereka benar-benar terpisah.

"Ras, selamat ya." Ucap Sabiya, ketika Laras selesai berfoto. Tangan Sabiya terulur, tidak lupa juga ia tersenyum.

Lengang beberapa menit, orang-orang di sekitar Laras juga diam. Memberikan waktu untuk Laras dan Sabiya.

Tidak menerima uluran tangan itu, Laras memilih memeluk Sabiya. Membuat Sabiya terkejut, sekaligus terharu.

"Maafin aku ya Sabiya." Ucap Laras. "Maaf sudah berlebihan sampai kita jauh seperti ini."

Sabiya mengusap air matanya yang jatuh, andai saja keberaniaannya muncul lebih cepat. Mungkin waktunya dengan Laras akan lebih banyak.

"Maaf juga ya, Ras. Baru datang hari ini, baru memperbaiki hari ini."

Laras melepas pelukan lebih dulu, ia tersenyum sambil mengangguk. "Makasih udah datang ya."

"Iya." Jawab Sabiya, memberikan kado dan bouquet makanan yang sudah ia siapkan.

"Kita harus makan bareng, jalan-jalan, dan banyak lagi sebelum aku wisuda dan pulang ke Bali. Aku kangen, Biya!"

"Iya, aku juga!" Angguk Sabiya bersemangat.

Sabiya dan Laras foto beberapa kali, sudah tidak ada canggung apalagi benci. Sampai tidak lama, mata Sabiya beralih pada kehadiran seseorang yang tidak asing. Kejutan kedua untuk Sabiya.

****

"Jadi, kenal Laras juga?" Tanya Sabiya ketika keduanya menjauh dari kerumunan, lebih tepatnya Calvin mengajak Sabiya berbicara.

Calvin hanya mengangguk.

"Dari mana?"

"Teman SD, dia sempat sekolah di Yogyakarta lalu pindah ke Bali. Terus ketemu lagi pas reuni, ternyata satu kampus."

Sabiya ber-oh ria. Lalu lengang beberapa menit.

"Kenapa juga aku harus cerita, kan terserah aku mau berteman dengan siapa aja."

"Iya juga sih." Ucap Sabiya, sudah kebal dengan sikap dingin Calvin. "Yaudah, gue duluan deh."

"Eh, Bi." Tahan Calvin, mengembalikan tujuannya mengajak Sabiya berbicara.

"Hm?"

"Selamat ulang tahun, kemarin." Calvin memberikan tas kertas.

Sabiya menatap bingkisan itu, belum mengambilnya.

"Aku udah yakin bakal ketemu kamu di sini."

"Makasih, Cal." Kata Sabiya sambil tersenyum.

"Itu dari Altan."

Mata Sabiya membesar, ia menoleh tidak percaya. Lama sekali ia tidak mendengar nama itu. "Altan?"

Calvin mengangguk.

"Kamu-"

"Dia titip itu sebelum pamit. Tapi ngga bilang untuk ulang tahun ke berapa, jadi kalau dikasih tahun ini ngga masalah kan?"

Lakuna : Aku, Dia dan LakunaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz