1. Putri Jendela

420 53 26
                                    

Wuss!

Hembusan udara sejuk menerpa wajah cantik Putri Inayah menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai.

"Segarnya" seru Inayah sembari merengangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Inayah lalu duduk didekat jendela seperti biasa bersama buku kecil digenggamannya. Mungkin jika orang lain yang tidak mengenal Inayah akan menganggap ia hanya gadis pemalas yang hanya duduk dibalik jendela setiap pagi dan malam hari.

Hai Mentari...
Aku melihatnya
Dia...
Yang sering aku minta secara langsung pada penciptaNya

Inayah

"Dek" panggil gadis yang barusan masuk ke kamar Inayah

"Iyya, kak" jawab Inayah langsung menutup diarynya

"Kenapa sih dek selama kakak pulang dari luar negeri kakak perhatikan kamu suka sekali duduk di dekat jendela seperti sekarang ini?" tanya Mirna penasaran.

Inayah berbalik memandang sang kakak menampilkan senyum tipisnya "Entahlah kak, Naya juga tidak tau kenapa, tapi di jendela ini Naya bisa melihat yang terjadi di langit maupun di bumi misalnya tuh pada saat ada mentari, hujan, atau matahari yang bersembunyi dibalik awan. Hingga bulan yang malu-malu menampakkan cahayanya. Sini deh kakak" titah Inayah. Mau tak mau Mirna berdiri di samping adiknya menunggu kelanjutan ocehan Inayah
"Kak lihat di sana?" tunjuk Inayah pada suasana taman yang tampak mulai ramai dengan anak-anak.

"Iyya " jawab Mirna seadanya

"Naya dapat menemukan sebuah inspirasi dalam menulis meskipun hanya balik jendela kamar ini" salah satunya Dia sumber inspirasku Batin Inayah

"Putri Jendela"

Kedua orang yang tadinya berbicang berhenti. Mereka mengalihkan pandangannya pada seorang yang menyahuti pembicaraan mereka.

"Papa" panggil Inayah berlari mendekati sosok yang di panggil papa itu mendekapnya erat, Pak Ali langsung membalas pelukan itu"Ini anak papa sudah besar, kok masih manja aja ya? Kan baju papa kusut ini padahal mau ke kantor" goda Pak Ali

Inayah melepas pelukannya, memandang sang ayah intens "Inayah kangen tau" rajuk Inayah mengerucutkan bibirnya lucu

Pak Ali dan Mirna saling pandang lalu tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Inayah.

"Hahaha kamu lucu deh, dek. Gak ketemu 3 hari udah kangen aja sama papa" ejek Mirna pada adiknya itu.

Inayah memandang kesal Mirna menunjukkan tatapan tajamnya seolah berkata "jangan ikut campur" Inayah melepas pelukannya sedikit kasar menghentakkan kakinya,  sengaja menujukkan kekesalannya pada kedua orang yang tak hentinya tersenyum geli. Inayah mendudukkan tubuhnya di kursi santai pura-pura sibuk dengan rutinitasnya. Mode ngambek

"Sudah-sudah sekarang kalian berdua ikut papa ke ruang keluarga, ada yang ingin papa bicarakan" perintah pak Ali menengahi takut terjadi pertengkaran pada kedua putrinya.

Sesampainya di ruang keluarga mereka disambut dengan senyuman hangat dari Ani, ibu dari Mirna dan Inayah yang sudah duduk manis di sofa panjang lengkap dengan majalah fashion di pangkuannya.

"Kamu tahu Mirna, alasan papa menyuruhmu pulang setelah menyelesaikan S2 di Singapura?" tanya pak Ali memulai pembicaraan

Mirna menggeleng tanda tidak tau

"Begini papa sudah berencana untuk menjodohkanmu dengan anak sahabat papa" tegas Ali

"APA?" Mirna terkejut dengan apa yang di sampaikan papanya barusan sedangkan Inayah hanya memilih diam mendengarkan sesekali berpikir siapakah calon kakak iparnya. Sedikit bersyukur beruntung bukan dirinya menjadi korban perjodohan itu. Inayah bisa merasakan kesedihan kakaknya. Meskipun sering bertengkar tapi tak bisa dipungkiri ia sangat menyayangi kakak satu-satunya.

"Papa ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi. Bahkan aku tidak mengenal lelaki itu" sergah Mirna masih dengan keterkejutannya.

"Mirna tenanglah, nak. Biarkan papamu menyelesaikan pembicaraannya dulu" sahut ibu Ani membujuk anaknya dengan suara dibuat sedemikian lembutnya.

"Ini sudah perjanjian kami sejak dulu, nak. Jadi tolong mengertilah. Papa sangat bahagia ketika kamu nantinya menerima perjodohan ini. Dan nanti malam keluarga sahabat papa ingin berkunjung untuk mempererat silaturahmi jadi persiapkan dirimu" pak Ali penuh penekanan di setiap katanya seolah tidak ingin dibantah.

"TERSERAH" bantak Mirna berlalu ke kamarnya.

Sedangkan Inayah meminta izin untuk menyusul kakaknya yang masih diliputi amarah.

Tok..tok..tok

Inayah mengetuk pintu kamar bercat merah jambu terdapat tulisan Mirna Ihda. Nama lengkap kakaknya.

"Kak, aku masuk ya"Izin Inayah memutar knop pintu.

Mirna menangis sesugukan memeluk ponselnya erat.
"Ada apa,kak?" lembut Inayah mengelus dengan teratur punggung kakaknya.

Mirna meredakan tangisnya berbalik melihat Inayah"Dek, apa kakak salah kalau menolak perjodohan ini. Kakak sudah memiliki pilihan sendiri. Lihatlah ini dia pacar kakak namanya Ilham kami sudah berpacaran selama kakak di negeri singa" curhat Mirna menunjukkan foto Ilham di ponselnya.

Inayah tersenyum memaklumi pantas Mirna membantah perjodohan itu, karna ini alasannya.
"Kakak, aku punya usulan. Bagaimana kalau kakak mengikuti dulu kemauan papa dan mama. Setelah kakak mengenal lelaki itu, kakak bisa berbicara baik-baik dengannya"

Mirna berpikir sejenak membenarkan perkataan Adiknya
"Kamu memang adik kakak yang paling pintar" puji Mirna memeluk adiknya erat

"Kak..lepaskan..aku susah bernafas" cicit Inayah

Mirna melonggarkan pelukannya menyengir tanpa bersalah.
"Dek, doakan ya"

"Doa sendiri" pura-pura Inayah cuek

Mirna menggeplak kelapa Inayah membuat sang empu meringis
"Berdosa" kesal Mirna
***

Ini baru tahap pengenalan...
Semoga kalian suka ceritaku...
Part 2 menyusul
Jangan lupa tinggalkan jejak yah...
Kalau ada typo komenta aja nanti diperbaiki kok.
Soalnya ngetiknya di hp 😅

Putri Jendela [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang