PEMBALASAN🌷

12K 539 27
                                    

Kadang manusia itu aneh. Ketika bersama, dianggap tak berharga. Ketika pergi, dia sendiri yang menyesali.

🌷

spam komen biar cepet up🙌

********

Reza memarkirkan motor sportnya di area parkir pemakaman. Zalikha turun terlebih dahulu. Mereka menyempatkan membeli bunga tabur dan air mawar pada pedagang yang berjejer di depan pagar area pemakaman.

Sesuai janjinya. Pada pulang sekolah ia akan menemani Reza untuk ziarah ke makam Natasya. Saat diperjalanan, mereka menyempatkan mampir ke toko bunga. Reza bilang Natasya tak pernah meminta macam-macam ketika berulang tahun. Ia hanya meminta sebuket bunga kesukaannya. Bunga matahari. Sesuai dengan kepribadiannya. Ceria dan bersemangat.

Reza berjalan sembari menenteng sebuket bunga itu dengan Zalikha yang mengekornya dari belakang. Dirinya berhenti di depan makam yang dipenuhi rerumputan hijau. Makam paling bersih dan indah dibandingkan makam yang lainnya. Banyak bunga bertabur indah diatasnya dan harum air mawar yang menyengat hingga ke indra penciumannya. Terlihat juga sebuket bunga matahari yang selalu menjadi favorit mendiang gadis itu. Pasti El sudah lebih dahulu kesini.

Reza dan Zalikha menaburkan bunga yang sempat mereka beli tadi. Memanjatkan Al-Fatihah untuk mendiang seorang Natasya. Menyiramkan air mawar nya juga. Membuat makam ini semakin harum dan indah. Reza tersenyum. Walau hanya tinggal gundukan tanah, aura Natasya tetap cantik. Reza mengelus batu nisan berkeramik dengan ukiran indah di setiap tepinya.

"Natasya. Selamat ulang tahun. Seperti biasa. Bunga kesukaan kamu. Semoga kamu tenang di sana." Reza meletakan sebuket bunga tersebut. Zalikha yang melihatnya hanya bisa tersenyum haru. Begitu besar cinta Reza untuk seorang Natasya.

Seharusnya, Zalikha bersyukur bisa berada di posisi seorang Natasya. Di cintai dengan seorang laki-laki yang bisa mencintainya dengan tulus dan menerima dia apa ada nya seperti Reza.

"Zal? mau ucapin sesuatu?" Zalikha langsung menatap manik mata Reza. Tersenyum kikuk tak tau harus berbicara apa. Zalikha menggeleng sembari menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Reza terkekeh sejenak lalu menatap kearah makam gadis itu lagi.

"Natasya, sesuai janji aku. Kamu bilang, kalau aku punya gadis yang aku cintai, aku harus ngenalin ke kamu. Aku udah bawa orangnya," Reza melirik sekilas kearah Zalikha lalu kembali memfokuskan diri pada makam didepannya.

"Dia Zalikha, Sya. Sama kayak kamu. Pemberani dan ceria. Dia gadis yang aku cintai. Tapi, dia ngga cinta aku juga Sya, gentayangin dia dong, please." ucapan Reza mampu menghadiahkan tabokan dari Zalikha.

"Reza ih ngomong nya. Kak Natasya, Reza ngga usah di dengar ya. Aku bakal belajar mencintai dia kok. Kakak yang tenang disana. Kalo Reza bandel, biar aku yang omelin." ucap Zalikha sambil terkekeh. Reza memandang tak percaya ke arah Zalikha. Apa yang barusan gadis itu katakan?

Zalikha membalas tatapan itu. Hingga beberapa detik, dirinya memutuskan kontak mata yang sempat terjadi diantara mereka. Terjadi kecanggungan beberapa menit. Hingga akhirnya Reza bangkit. Menepuk pahanya beberapa kali. Diikuti dengan Zalikha.

"Kita pulang ya? udah sore." Zalikha hanya bisa mengangguk. Mengikuti langkah Reza dari belakang.

Diperjalanan, hanya hening yang tercipta. Baik Reza maupun Zalikha belum ada yang mau membuka suara. Akhirnya, deheman dari Reza mengalihkan atensi Zalikha.

UNTUK AZKA [SUDAH DIBUKUKAN]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz