(13) Perihal Perempuan [REVISI]

50.4K 2.8K 28
                                    

“Menyalahkan pengakuan orang lain itu mudah. Mengakui kesalahan sendiri itu yang sulit.”

  -Fiersa Besari-

***

Pagi ini, Garry Cs memutuskan untuk masuk ke dalam kelas, meski awalnya sahabat Garry heran dengan tingkah ketuanya, mereka tetap menuruti perintah Garry. Cari aman saja, pikir mereka.

"Gar, lo lagi ada masalah?" tanyan Steven yang kebetulan satu meja dengan Garry.

Garry menggaruk keningnya yang tak gatal, "Iya. Harusnya Anna masih dirawat, ini malah balik." Cowok itu mengacak rambutnya frustasi.

Steven mengangguk, "Terus kenapa tuh cewek malah balik?" tanya Steven penasaran.

"Dia bilang harus selesain masalahnya sama Om Felix. Makanya dia balik." Garry menjatuhkan kepalanya di atas meja kemudian menutup matanya.

Kemarin, Garry dan Melody sempat berseteru karena keinginan Melody, dan hal itu membuat mereka renggang sampai saat ini.

"Gue harus pulang, Gar!" tekan Anna tak peduli tatapan tajam Garry.

"An, lihat gue!" geram Garry menarik lengan Anna yang tengah membereskan barangnya kemudian menatap lekat mata cantik Anna.

"An. Gue tahu lo pengen selesaikan masalah ini. Tapi, An, ini bukan cara yang benar." Garry mencoba memberi pengertian.

"Gar.. gue harus cepat selesaikan ini, atau.. masalahnya makin besar." Anna membalas tatapan Garry. "Anna mohon, Mars."

Sudah cukup. Jika Anna-nya sudah memanggil namanya seperti itu, Garry sulit menolaknya. Detik selanjutnya, Garry memeluk Anna erat-erat.

"Tapi janji sama gue, Anna. Janji kalo lo akan tetap sehat," bisik Garry mengusap lembut rambut Anna.

"Anna enggak janji, Mars." Anna membalas pelukan Garry tak kalah erat. Sebenarnya Anna menahan sakit yang kembali menyerang bagian tepat pada ginjalnya.

Garry membuka mata cepat saat sesuatu diingatnya. Apa Melody semalem sakit lagi? pikirnya tanpa mementingkan guru yang masih berkoar di depan.

"Pak!" Garry mengangkat tangannya membuat seluruh perhatian terfokus pada cowok beranting di telinga kirinya.

"Ada apa, Garry?" tanya sang guru.

"Gini, Pak. Saya mau minta izin, boleh keluar?" izinnya membuat semua orang melongo.

"Kamu tidak sakit, Tuan Mars?" tanya Pak Gipto, guru matematika sekaligus guru yang pandai menyindir.

Garry menghela napasnya. Jika sudah menyindir begini Garry tidak bisa menggunakan cara lembut. Kemudian, cowok itu membawa beserta tasnya ke depan. Menghadap Pak Gipto.

"Begini Pak Gipto yang terhormat. Saya memiliki satu putri yang harus saya jaga dan perhatikan. Saat ini, putri itu sedang dalam masalah. Jadi.. Saya yakin Anda sudah tahu maksud saya, Pak Gipto."

Tanpa mendengar ucapan Pak Gipto, Garry melangkah keluar kelas dan berjalan santai di koridor menuju parkiran SMA Kencana.

Sementara di kamar Melody, cewek itu tengah membaca ulang hasil DNA yang menyatakan Melody bukan putri Felix. Terus, siapa Bokap kandung gue? pikirnya penasaran.

Tok... tok... tok

Ketukan pintu membuat Melody sedikit terlonjak. Kemudian, segera Melody membereskan kertas-kertas yang menguak kebenaran tentang dirinya.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Where stories live. Discover now