15. Dipenuhi Dito, lagi

699 81 4
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Pak Bima dan Kayla sudah pulang berjam-jam lalu, sengaja berangkat subuh-subuh supaya Kayla tak rewel saat dibawa pulang paksa karena masih terlelap. Ia berulang kali meminta maaf kepadaku terutama bapak karena tidak bisa mendampingi proses operasi bapak. Dengan penuh ketegasan, bapak meyakinkan kalau beliau akan baik-baik saja dan meminta pak Bima untuk mendoakannya saja.

Sekarang ini kami sekeluarga tengah duduk cemas di depan pintu ruangan operasi yang masih belum menunjukan tanda-tanda pintu akan terbuka meski orang-orang di dalam sudah menghabiskan waktu dua jam lebih untuk mengoperasi bapak.

Aku merangkul bahu ibu yang bergerak tak beraturan. Bibirnya tak berhenti berkomat-kamit dengan tasbih yang tak lepas dari tangannya. Sementara Bang Dzul dan teh Imas beserta anak-anaknya tengah keluar membeli makanan untuk makan siang kami. Ramdan seperti setrika yang mondar-mandir kesana kemari dengan gelisah. Kalau saja aku dalam mood mengomel sudah kumarahi dia supaya duduk diam agar kepalaku tak sakit melihatnya. Sayangnya aku sedang tak berselera untuk membuka mulut.

Bang Dzul dan keluarga kecilnya kembali. Ia duduk di samping ibu dan membukakan botol air mineral dan mengulurkannya pada ibu. Namun ibu membandel dan malah tetap menatap pintu ruangan operasi dengan lekat.

"Bu, diminum dulu atuh." bujukku.

Ibu menggeleng, "Kamu saja neng."

Kali ini bang Dzul yang bertindak, "Bu, seteguk aja. Ibu tadi oge gak sarapan dulu."

"Ibu ga lapar."

Dan kami serempak terperanjat saat melihat pintu yang kami tunggui sejak tadi terbuka. Bang Dzul bergegas menghampiri dokter yang keluar.

"Gimana operasinya, dok?"

Dokter paruh baya berkacamata segi empat itu tersenyum singkat dan melihatnya saja membuatku mengucap hamdalah dalam hati meski belum mendengar dengan jelas pernyataan dokter itu.

"Alhamdulilah operasinya lancar, sekarang bapak sedang bersiap untuk pindah ke ruang inap."

Terdengar seruan hamdalah bersama-sama. Bang Dzul berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada dokter Iman itu. Aku memeluk ibu yang terisak dan membisikan kata-kata penuh syukur agar ibu menjadi tenang.

.
.
.

Pak Bima
Gimana operasinya? Lancar?

Aku tersenyum singkat melihat pesan itu.

Alhamdulillah lancar

Pak Bima
Syukurlah kalau begitu, saya sneng dengernya

Iya pak

Oh iya, bapak sampe jkt jam berpa?

Pak Bima
Sekitar jam 8an kalo ga salah, kayla juga ngamuk pas di jalan😣

Masa? Trus gmna dong pak?

Pak Bima
Ya saya iming-imingin dia mainan baru

Beneran? Bapak tadi ga marahin Kayla kan?

Pak Bima
Gak dong T

Saya cuman bilang 'kalo kayla nangis trus tante mama ga bakalan jadi mama kayla'

Astaga! Ah, duda sialan. Berani-beraninya membuat perasaanku dag-dig-dug begini.

It's Starts From Fortune Cookies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang