7. Makan Malam Perusahaan

956 108 3
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.


Pagi ini cuaca begitu cerah hingga tak sadar membuatku sedikit bersemangat. Ditemani My Beloved Franky yang mengalunkan suara lembutnya membuatku sarapan dengan hati ringan.

"He sang as if he knew me in all my dark despair

and then he looked right through me as if I wasn't there.

But he just came to singing, singing clear and strong."

Alunan lirik Killing Me Softly kusenandungkan dengan mengganti kata gantinya.

Mood-ku benar-benar baik hanya dengan mendengar suara Franky. Gosh... how I love this awesome man!

Setelah mengisi mangkuk makan Lupus, ku kecup sebentar kucing bantet itu yang sepertinya dalam mood yang bagus juga. Ia asik bermain dengan gantungan kunci tasku.

"Pus, teteh mau kerja. Nanti aja main nya ya?"

Lupus sepertinya paham apa kata-kataku, ia bergegas menghampiri tempat makannya dan menikmati sarapan penuh gizi itu dengan tenang.

Mood-ku masih membaik meskipun angkot yang kutumpangi harus ngetem lama. Kubiarkan saja dengan telinga yang disumpal suara merdu Franky-ku. Lalu, sebuah notifikasi di grup chat karyawan GP mengganggu My Way yang tengah mengalun merdu.

Aku mengangkat sebelah alis membaca deretan pesan yang dikirim oleh pak Bima sendiri. Lalu helaan nafasku terdengar hanya dengan membayangkan acara yang biasanya jarang kuhadiri, dengan bermacam dalih akan menyita waktuku bermesraan dengan jurnal internasional.

Tiba di GP, pak Jamal menyambutku cerah di depan pintu masuk, "Selamat pagi mis Ti."

"Pagi pak."

"Tiap hari makin bening aja si mis ini."

Aku tersenyum sopan, "Pak Jamal bisa saja. Saya ke atas dulu pak, selamat bekerja."

"Iya silahkan mis. Semangat buat mis juga."

Bening apa maksudmu pak. Yang ada setiap hari aku dihantui dengan ketakutan munculnya keriput di sana-sini. Aku bercermin sebentar di layar ponselku dan dengan seksama mencari tanda-tanda kemunculan keriput sialan yang mungkin akan bermunculan.

"Udah cantik Miss, gak usah panik gitu ah."

Aku melirik sinis Mira yang berdiri di sampingku menunggu lift terbuka. Namun tak lantas ku balas ledekan nya dan memilih segera masuk ke kotak kecil itu tak lama setelah terbuka.

"Hei... hei! Tolong lift-nya!!"

Mira dengan raut terkejut buru-buru menekan tombol lift sementara aku membantu menahan pintunya.

Pak Bima masuk dengan gesit ke dalam lift dan melemparkan senyuman cerah pada kami.

"Makasih Mir, and also Miss T."

"Sama-sama pak."

Pak Bima berdiri di antara aku dan Mira yang mengapit di kedua sisi. Tiba-tiba Mira pura-pura batuk dan mulai mengoceh.

"Hari ini Miss T nampak seger ya pak?"

Di balik punggung pak Bima, aku menjangkau Mira dan mencubit lengannya kesal. Dia malah menepis tanganku sambil menjulurkan lidahnya.

It's Starts From Fortune Cookies [Completed]Where stories live. Discover now