8. Dito yang Misterius

850 108 3
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Atas hak apa kamu panggil saya dengan sebutan begitu?" serobot ku saat kami menunggu go-mobil yang dipesan Dito.

"Ya Allah Miss, nyolot bener. Bercanda doang kok."

"Memang situasinya memungkinkan kamu buat bercanda?"

"Iya deh janji gak gitu lagi, gak mau banget di panggil ibu."

"Dito!"

Lalu Dito menunjuk ke kejauhan. "Kayaknya itu deh mobil pesanannya. Biar saya cocokin dulu plat mobilnya."

Aku menahan kegeraman ku pada bocah dengan mulut ceplas-ceplosnya yang selalu sukses membuatku meradang.

"Ayo Miss." ajak Dito yang tengah membukakan pintu mobil untukku. Aku masuk tanpa banyak protes.

Namun Dito dengan lancangnya menggeserku. "Duduk di depan!" bentak ku.

"Miss emosian banget hari ini. Masih PMS ya?" Dito melirik ekspresi ku yang tak mau di bantah dan buru-buru menyerah daripada terjadi perang, "Oke oke Miss, saya duduk di depan."

"Mas... mas, boleh nyetel lagu gak?" Pertanyaan aneh Dito sukses membuatku mengalihkan perhatian padanya.

"Oh iya, silahkan mas." jawab si supir ramah, yang mungkin sebaya dengan Dito.

Dito mengoprak-aprik ponselnya dengan tekun dan tak berselang lama alunan intro yang sudah kutanam betul di benakku berdenting dengan indah menyelimuti mobil sedan ini. Tapi itu mungkin menjadi salah satu trik supaya aku luluh, tapi maaf itu tidak akan mempan padaku.

"Buat apa kamu putar lagunya Sinatra, anak kekinian kan lebih suka lagu EDM yang bikin telinga sakit."

"Lagunya ear catching Miss, jadi pengen denger lagi."

"Terserah kamu."

Aku bersenandung di dalam hati, mengikuti tiap lirik yang sudah khatam betul dalam pikiranku. Namun belum sempat lagu mencapai bagian reef-nya, sebuah panggilan masuk di ponsel Dito menginterupsi. Tanpa sadar bibirku mengerucut.

"Sebentar Miss. Halo?"

"..."

Aku berusaha abai dengan apa yang diobrolkan Dito dengan seseorang di seberang sana dan memilih melemparkan muka ke luar jendela sambil mengamati pohon-pohon dan bangunan yang kami lewati.

"Oke, kabarin lagi aja."

Dito berniat memutar kembali lagu sebelum aku mencegahnya dengan berkata, "Bentar lagi sampai."

"Oh, benar juga."

Kurogoh isi tasku dan mengambil selembar uang seratus ribu untuk ongkos taksi online-nya. "Berapa?" tanyaku langsung pada supir itu setelah sampai di depan apartemenku.

"Miss! Saya yang pesen, jadi saya yang bayar."

"Gak usah. Saya punya uang." balasku keras kepala dan menyodorkan uang itu pada si supir.

Dito menahan lenganku dan mengambil uang itu lalu mengeluarkan uang dari dompetnya sendiri.

Dengan perasaan dongkol yang semakin menjadi-jadi, aku keluar dari mobil dan membanting pintunya berlebihan.

"Miss!" seru Dito dengan menyambar tasku hingga aku merasakan tarikan yang kuat lalu tanpa sengaja aku membentur dadanya yang lebar.

Mata kami kembali beradu dalam jarak yang membuatku was-was. Hembusan nafas berbau mint serta campuran tembakau membuatku tak berkutik. Aku melepaskan diri dan menjauh dari Dito.

It's Starts From Fortune Cookies [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora