6. Permintaan Kayla

1K 122 2
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Setelah percakapan berat kemarin, hubungan-ku dengan Dito belum membaik. Dito masih menyiapkan macchiato-ku tanpa tak lupa mengingatkan waktu istirahat dan melakukan tugasnya sebagai asisten-ku.

Namun lama-lama jika aku perhatikan bagaimana ia bersikap dengan pegawai lain, khususnya karyawati-- itu selalu sukses mengundang decakan sebal dari bibir-ku. Bagaimana tidak, kelakuan Dito yang memperlakukan beberapa karyawati lebih intim membuat-ku geleng-geleng kepala. Entah dia itu orangnya ramah atau memang senang tebar pesona, yang jelas dia begitu santai di dekat para wanita. Wanita bakalan mudah nyaman jika dihadapi lelaki modelan Dito begitu.

Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir pemikiran konyol itu. Sulit berkonsentrasi jika pemikiran kita bercabang kemana-mana. Jam 10 aku keluar dari kandang, Dito dengan sigap berdiri di mejanya menyambut-ku.

"Perlu saya antar buat ketemu penulisnya Miss?"

"Nggak usah. Saya bisa naik angkot."

"Tapi naik angkot suka ngetem, nanti ketemu sama penulisnya bakal ngaret." ujar Dito mengingatkan.

"Saya punya aplikasi ojol kalau memang mepet banget."

"Saya bawa motornya lebih lihai daripada Rossi loh Miss." Ia masih bersikukuh.

Aku tertawa getir, "Justru itulah alasan saya tidak mau diantar sama kamu. Saya pengen hidup lebih lama."

Kulihat Dito mengembungkan pipinya dengan gaya kekanak-kanakan. Aku pun berlalu.

.
.
.

Setelah selesai dengan urusan-ku, aku masih enggan beranjak meski waktu telah berlalu selama 15 menit semenjak sang penulis undur diri, takut kalau nanti kembali ke kantor pikiranku akan tertuju pada Dito. Aku mendesah pelan melihat sikap konyolku akhir-akhir ini.

"Tante Tari!!"

Aku menolehkan karena sapaan riang itu dan mendapati Kayla --dengan bibi pengasuhnya-- masih dalam balutan seragam berlari-lari kecil menghampiri-ku.

"Kayla!"

Aku berjongkok mensejajarkan tingginya, "Sedang apa kamu di sini?"

"Kayla baru pulang sekolah pengen beli kue buat ayah."

Bibi pengasuh tersenyum ramah ke arah-ku dan berdiri diam menyaksikan interaksi-ku dengan Kayla. "Ayah gak jemput kamu?"

"Nggak, katanya ayah sibuk."

Mungkin urusan akusisi saham kemarin membuat pak Bima sibuk dengan urusan pekerjaan, sampai-sampai melewatkan jadwal antar-jemput Kayla.

"Ya udah non, biar bibi yang pesenin kuenya."

Aku yang menjawab, "Kayla biar sama saya dulu bi."

"Tante... tante!" panggil Kayla agar menarik kembali perhatianku.

"Iya?"

Aku mendengarkan Kayla yang berceloteh riang tentang harinya di sekolah. Aku mendapati diri mendengarkan dengan antusias.

"Kayla senang punya tante cantik yang nolongin Kayla. Tapi temen-temen gak percaya kalau belum lihat sendiri."

"Eh?"

Kayla menekuk wajahnya, "Mereka gak percaya Kayla punya tante sebaik tante Tari." Dia lalu melanjutkan. "Jadi... tante mau 'kan ke sekolah Kayla?"

"Hm... Kayla harus tanya sama ayah."

It's Starts From Fortune Cookies [Completed]Where stories live. Discover now