SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA

1.3K 84 8
                                    

Arsyila POV

Semenjak kedatangan kami di rumah sakit Mardi Waluyo tempat mbak Ina dirawat, baik ayah ataupun Kak Azka tak ada satupun yang memberitahuku penyakit apa yang sebenarnya tengah diderita oleh mbak Ina. bahkan, Kak Azka lebih banyak diam sejak tadi. Dia hanya berbicara seperlunya saja.

Seperti saat ini, kami sedang makan dikantin rumah sakit. Tapi sedari tadi makanan yang dipesannya tak ada satupun yang masuk kedalam mulutnya. Aku takut untuk bertanya. Aku takut aku salah berbicara. Tapi kalau terus saja didiamkanpun tidak akan baik untuk kesehatannya.

“Kak… makanannya gak enak ya? kok daritadi aku perhatiin gak ada yang dimakan? Apa perlu aku pesankan makanan yang lain?” tanyaku sambil menggenggam tangannya. Dia tampat terkejut saat aku menggenggam tangannya. Jadi sedari tadi suamiku sedang melamun?

“Ah… apa sayang? tadi kamu ngomong apa? Maaf aku gak denger tadi.” Katanya merasa bersalah. Aku menghela nafas pelan, dan tersenyum padanya.

“Aku tanya kenapa makanannya gak dimakan? Gak enak tah? Atau mau aku pesenin yang lain?” tanyaku lagi.

“Enggak ok. Aku masih kenyang aja kok.”

“Kak… jangan bohong gitu deh. Aku tau dari kemarin kamu belum makan. Nanti kamu sakit gimana?”

“Beneran sayang. aku lagi gak laper kok.”

“Terserah deh… kalau emang kakak gak sayang lagi sama tubuh kakak yaudah. Aku udah selesai makannya. Mau ke masjid sholat.” Kataku kesal. Aku langsung berdiri dan meninggalkannya. Tapi belum selangkah dia sudah menarikku dalam pelukannya.

“Maaf… maaf.” Katanya masih terus memelukku. Aku menangis dalam pelukannya. Aku tumpahkan segala kekesalanku padanya.

“Aku tau kamu khawatir dengan keadaan mbak Ina, aku juga khawatir. Disini gak hanya kamu, aku, ayah, dan yang lainnya juga khawatir sama mbak Ina. tapi jangan karena khawatir kamu jadi ngelupain kewajiban kamu terhadap tubuh kamu kak. menyiksa diri sendiri itu termasuk perbuatan dzholim. Kalau kakak sakit apa ya gak bikin semua orang tambah panik. Jangan egois dong.” Kataku disela-sela tangisnya.

“Maaf sayang… aku memang egois tadi. Hanya mikirin diriku sendiri.” kata Kak Azka masih terus memelukku.

“Sekarang mau kamu gimana? aku mau sholat ini sebentar lagi dhuhur.” Kataku masih kesal mencoba melepaskan pelukannya.

“Makan. Tapi kamu yang nyuapin.” Katanya manja. Aku menghela nafas panjang.

“Yaudah ayo sini aku suapin. Dasar bayi besar.” Kataku mengalah. Kami akhirnya duduk kembali. Aku duduk disampingnya. Menyendokkan satu suapan padanya. dia menerimanya dengan suka cita. Cepet banget moodnya berubah.

“Kak… aku ini istri kamu. kalau kamu tubuh, aku pakaian yang menutupi tubuhmu. Begitu juga sebaliknya. Kita ini satu kesatuan yang gak mungkin terpisahkan. Jangan kamu pikul sendiri beban dalam fikiran kamu. berbagilah padaku. Meskipun aku tidak bisa membantu apapun, tapi setidaknya dengan berbagi beban kakak bisa sedikit berkurang.” Kataku sambil terus menyuapinya.

“Ada kamu yang selalu disamping saja sudah sangat cukup untukku sayang.” katanya disela-sela makannya.

“Kalau memang kakak masih belum mau berbagi sama aku, aku gak akan memaksa kok. tapi jangan pernah mendzolimi diri sendiri lagi kak. aku gak mau kakak sakit. Aku gak yakin akan bisa sesabar dan setabah kakak dulu saat aku sakit.”

“Aku gak akan pernah sakit sayang.”

“Jangan sombong kak.”

“Aku gak sombong. Itu doa sayang. tetaplah bersamaku meskipun aku sedang diam. Karena hanya ada kamu disampingku, aku bisa lebih kuat sayang.” katanya sambil menggenggam tanganku. Airmataku meluncur begitu saja mendengar kata-katanya.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang