TRIPLET ABDULLAH

892 76 13
                                    


Azka POV

Aku baru saja menyelesaikan tugas kelompokku dan memang berencana untuk langsung pulang setelah ini. Aku tidak terlalu suka berlama-lama di Kampus kalau memang tidak ada kepentingan. Bukan, bukan karena aku anti dengan kampus atau apapunlah sebutan kalian tapi bagiku sangat membuang-buang waktu kalau hanya duduk ngobrol ngalor ngidul gak jelas seperti yang sering dilakukan mahasiswa jaman sekarang.

"Dek... kenapa mukanya ditekuk gitu sih? Abang mana?" tanya ku saat melihat Ina, adik bungsuku masih berdiri didepan perpustakaan dengan wajah tertekuk. Seharusnya jam segini dia sudah pulang dengan Raqi

"Gak tau. Ditungguin daritadi gak muncul-muncul juga. padahal tadi Ina udah bilang kalau pulang jam segini." Kata Ina dengan nada kesal. Aku tersenyum melihat wajah manyun adikku ini, selalu bikin gemas sendiri.

"Udah coba dihubungi? Pasti belum kan?" tanyaku yang sangat hafal sifat adik bungsuku ini yang selalu mendahulukan emosinya. Dan terbukti, Ina hanya menggeleng sambil menggaruk kepala dibalik hijabnya meski tak gatal.

"Nah kan... udah kamu pulang bareng sama mas aja. Kasih tau abang kalau pulang bareng sama mas biar dia nanti gak nyariin kamu. Ntar aja kamu marahnya. Udah mau ujan nih." Kataku yang diangguki oleh Ina.

"Tapi mas ini aku gimana naiknya? Kenapa sih beli motor tinggi banget. Gak bisa naik ini Ina." Kata Ina kesal yang hanya ku sambut dengan kekehan pelan. Dasar bungsu. Selalu begini.

"Dasar mungil. Jangan pakek emosi makanya. Kakimu naik kesini dek buat pijakan. Udah emosi dulu aja sih." Kataku membantu Ina naik ke atas motor.

"Suatu saat mas Azka pasti nyesel beli motor kayak gini." Gumam Ina saat sudah bisa naik. Dan aku masih sangat bisa mendengar gerutuan adikku, hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala. Sudah sering aku mendengar gerutuan ini. Akupun langsung melajukan motorku tanpa memperdulikan pekikan kaget dari Ina. Sangat seru menggoda adik bungsuku ini.

Selama perjalanan pulang, Ina terus menerus ngomel menyalahkan motor besarku ini yang menyulitkan Ina dan rok gamisnya itu. Belum lagi omelan Ina tentang kesalahan Azraqi yang selalu telat menjemputnya. Harusnya memang Ina lebih aman pulang bersama Azraqi yang membawa mobil daripada denganku yang menggunakan motor.

"Udah itu muka jangan ditekuk terus. Gak enak diliatnya dek." Kataku saat kami telah sampai dirumah sambil membuka helmku. Ina hanya mengerucutkan bibirnya lucu.

"Mas... ini Ina gimana turunnya?" tanya Ina takut. Aku refleks menggelengkan kepala dan kembali terkekeh. Ini memang kali pertamanya Ina naik motor lagi setelah entah sekian tahun dia gak pernah mau naik motorku lagi. Ina kapok karena dulu pernah aku boncengin kebut-kebutan bareng Om Kala, adek Bunda.

"Iihh mas Azka bantuin Ina. Ini gimana Ina turunnya?" tanya Ina yang masih duduk di jok motorku.

"Mas....mas Azka mau kemana... aduh-aduh... mas jangan turun... Ina takut." Jerit Ina saat Aku turun dari motor.

"Ya gimana mas bisa bantuin kamu dek kalau mas gak turun. Sini pegangan sama mas. Terus kakinya satu berpijak disini. Gak perlu takut. Gak bakal jatuh. Percaya sama mas." Kata Aku memberi intruksi pada Ina. Ina mengikuti perintahku secara pelan-pelan mulai turun dari jok motor.

"Lain kali aku gak mau bareng mas Azka kalau masih naik motor ini." omel Ina saat sudah turun dari motorku dengan selamat. Aku hanya terkekeh kembali dan mengacak-acak hijab Ina gemas.

"Kemarin-kemarin kamu juga bilang gitu dek."

"Kali ini aku serius. Nakutin tau gak motor mas tuh."

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang