PUKULAN LAGI?

1.1K 105 12
                                    


Semalaman aku gak bisa tidur, bagaimana bisa? Bahkan Syila memintaku untuk memeluknya dalam tidurnya. Bagaimana bisa aku tertidur dengan suasana ini? Bahkan Bunda Naira memilih untuk keluar dari ruang rawat Syila. Rasanya gak enak. Terkesan mengusir mertua gak sih? Ah entahlah. Meski tanpa kata aku tau, Syila menyembunyikan ketakutannya. Ah rasanya aneh, melihat gadis ceroboh yang setiap hari selalu terkena marahku tiba-tiba menjadi gadis yang bahkan takut untuk berbicara. Diam dan memilih meringkuk diatas tempat tidur ketika melihat laki-laki selain aku. Bahkan dengan Ayah Ihsan sekalipun.

Sepanjang malam aku hanya bisa mengamati setiap inchi dari wajah gadis yang memang telah menjadi istriku ini. Tuhan begitu sempurna memahat wajahnya. Alis yang tebal alami, bulu mata lentiknya, kulit bersih tanpa ada sedikitpun jerawat atau komedo, hidung mancungnya dan bibir tipis yang berwarna merah alami meskipun tanpa lipstick. Sungguh kenapa aku baru menyadari betapa cantiknya gadis yang selama ini selalu aku marahi.

Bahkan sampai sekarangpun rasanya aku masih belum percaya Syila telah menjadi istriku. Betapa takdir begitu mempermainkanku. Takdir benar-benar sedang mengujiku saat ini. Gadis yang selalu berhasil memancing emosiku kini begitu rapuh dan sangat bergantung padaku. Entah ini berkah atau ujian untukku tapi aku tetap bersyukur gadis ini masih baik-baik saja meskipun keadaan psikologisnya sedang tidak bisa dikatakan baik. Semoga lambat laun aku bisa membantunya mengembalikan semuanya bahkan lebih baik lagi.

"Siapa loe? Berani-beraninya loe meluk-meluk adek gue seenaknya. Siapa yang ijinin loe meluk adek gue?" Teriak seorang laki-laki yang aku tebak pasti Bang Dhia' sembari menarikku menjauh dari Syila paksa. Bahkan Syila yang sedang tertidurpun harus terbangun dan melihatku dipukuli (lagi) oleh kakaknya sendiri. Aku tau Syila sedang ketakutan saat ini. Syila beringsut menjauh dan menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya sembari menutup telinganya. Aku gak bisa apa-apa saat ini, bahkan untuk sekedar menghindar dari pukulan laki-laki ini aku gak bisa. Tenagaku sudah terkuras habis semalam saat berantem dengan Raqi. Dan sekarang lagi-lagi aku mesti menerima pukulan lagi. Nasib-nasib.

"Bang cukup... dia bisa mati loe pukulin gitu." Kata seorang laki-laki asing yang memang tadi masuk bersama Bang Dhia' sembari berusaha menahan Bang Dhia' untuk kembali memukulku.

"Kalian siapa? Kenapa tiba-tiba mukul saya seenaknya?" Tanyaku saat aku berhasil bangkit dan berusaha menghampiri Syila yang masih menyembunyikan wajahnya. Lagi-lagi dia ketakutan seperti ini, seperti pertama kali aku melihatnya digudang kemarin.

"Ssstt... saya gakpapa kok... kamu gak perlu takut ya? Sini liat saya, saya gak papa kan?" Bisikku pelan sembari menggapai wajah Syila untuk melihatku. Aku melihat airmata itu lagi. Airmata yang tidak pernah lagi ingin aku lihat diwajahnya. Airmata sialan!

Perlahan Syila mengusap bekas pukulan abangnya, masih dengan tangis menyebalkan itu. Syila langsung memelukku erat. Mungkin kalau pertahanan kakiku tidak kuat kami berdua bisa terjatuh saat ini.

"Sstt... udah jangan nangis ya, saya baik-baik saja. Kamu jangan takut lagi. Ada saya disini. Ya?" Kataku membalas pelukan Syila. Aku bisa melihat pancaran kemarahan diwajah Bang Dhia' bahkan diwajah temannya itu. Aku mesti menenangkan Syila dulu sebelum menjelaskan semuanya kepada mereka.

"LEPASIN ADEK GUE! GUE BILANG LEPASIN! LOE GAK BERHAK MELUK ADEK GUE!" Teriak Bang Dhia' semakin membuat Syila takut.

"Maaf, tapi saya berhak. Syila istri saya." Kataku sambil terus berusaha menenangkan Syila.

"LOE KURANG AJAR YA! BISA-BISANYA LOE NGAKU-NGAKU!" Kata Bang Dhia' berusaha untuk menggapaiku. Untung saja masih ditahan oleh temannya yang sampai sekarang belum aku tau siapa namanya.

"Ada apa ini? Loh Bang kamu udah dateng? Kapan nyampeknya? Kok ayah sama bunda gak tau?" Tanya Ayah Ihsan, ah kenapa sekarang sok-sokan ikut manggil ayah gini ya? Yak an emang dia mertuamu. Dodol. Ayah Ihsan dan Bunda Naira emang pamit ke kantin tadi.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang