UNTUK ISTRIKU

1.4K 156 30
                                    

Aku tersenyum melihat wajah damai didepanku. Dialah istriku. Senyumku tanpa sadar mengembang saat mengingat bagaimana dulu aku bisa bersamanya. Inilah takdir. Meskipun takdir itu berdampak banyak bagi kehidupan kami, terutama dia. Aku bahagia dan tak pernah menyesal menikahinya sekarang, meskipun rasanya aku seakan memanfaatkan keadaan untuk memilikinya. Takdir itu memang menguntungkanku. Dulu awalnya aku berfikir begitu. Tapi nyatanya aku salah, akupun ikut tersiksa sekarang.

Lupakan kenapa aku bisa ikut tersiksa dengan keadaan Syila saat ini. aku bersyukur, sangat bersyukur dengan perkembangan Syila yang menurut mbak Caca sudah sangat baik. dia hanya perlu dilatih untuk menghilangkan rasa takutnya berdekatan dengan orang banyak terutama orang yang berjenis kelamin laki-laki. Dia juga sudah mau bicara meski kata ayah dan bundanya, dia belum kembali cerewet seperti dulu. entahlah. Aku tak pernah tau bagaimana cerewetnya istriku.

Bang Dhia' sebulan terakhir ini terpaksa mengungsi dirumah peninggalan eyang uti dan eyang kakungnya. Eyang uti dan eyang kakung dari ayah Azzam memang telah meninggal 13 tahun lalu karena kecelakaan dalam perjalanan haji mereka. Rumah mereka masih sangat terawat oleh bunda. Bunda mempekerjakan sepasang suami istri untuk mengurusi rumah itu yang kelak akan menjadi rumah abang saat abang sudah menikah. Entah kapan dia akan menikah.

Aku mengusap lembut pipi istriku, sedikit menyibakkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. Dia menggeliat kecil, sepertinya aku mengganggu tidur cantiknya. Benar saja, dia membuka matanya dan tersenyum padaku. Aku mengecup kening, hidung dan bibirnya singkat. Inilah kebiasaan yang selalu aku lakukan saat dia membuka matanya entah sejak kapan.

"Kakak bangun dari kapan?" tanya nya dengan suara serak khas orang baru bangun.

"Baru kok. mau sholat malam masih males tadi. Lebih asyikan liat bidadari syurga yang lagi tidur." Percayakah aku mengucapkan kata-kata seperti itu? Aku sendiripun tak percaya bagaimana bisa aku berbicara seperti itu. Refleks. Dia langsung menyembunyikan pipi merahnya dibalik selimut.

"Mau sholat malam bareng?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Dia hanya mengangguk dibalik selimut. Aku membelai pelan puncak kepalanya sebelum bangkit menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Semenjak menikah dengan Syila, mandi malam dan pagi dengan air dingin telah menjadi hal biasa. Bukan. Jangan salah sangka. Aku dan Syila selama ini hanya sebatas peluk dan cium. Aku tak pernah berani meminta lebih padanya. aku tau peristiwa kemarin memberikan trauma yang sangat berat bagi istriku.

Sholat malam bersamanya bukan hal yang asing bagiku. Kami sering melakukannya. Aku bahagia ketika aku salam melihat wajah damainya tersenyum padaku, seakan hari esok akan sangat indah ketika melihatnya. Setelah menyelesaikan sholat malam kami, biasanya aku dan Syila memilih sambung ayat, selain untuk terus mempertajam hafalan kami inilah cara kami untuk semakin dekat. Bagi yang lupa atau salah akan mendapatkan hukuman. Aku sangat beruntung memiliki istri Syila, bahkan aku baru tau kalau istriku ini seorang hafidzah sejak dia masih SD dulu. 30 jus sudah habis dia hafalkan. Entah dulu bunda Naira memberinya makan apa sehingga dia begitu mudah menghafal ayat demi ayat dalam Al qur'an tak mudah untuk dihafalkan. Bahkan aku sangat ingat dulu betapa ayah dan bunda kesusahan membuat kami, aku dan kedua saudaraku untuk semangat menghafalnya.

"Kakak gak berangkat ke masjid? Bentar lagi subuh." Kata Syila mengagetkanku. Kami memang telah menyelesaikan sambung ayat kami.

"Iya ini juga mau berangkat. Kamu baik-baik dirumah. Assalamualaikum." Kataku sambil mencium keningnya. Semenjak tinggal dirumah mertuaku, ayah Ihsan selalu mengajakku untuk sholat berjamaah di masjid dekat rumah. Meskipun awalnya agak sungkan dengan para tetangga namun lama kelamaan aku pun menjadi terbiasa. Sedangkan Syila dan bundanya akan sholat berjamaah dirumah.

Aku dan ayah mertuaku akan pulang saat matahari sudah muncul. Sebelumnya kami menghabiskan waktu sebelum fajar untuk sekedar sharing dengan jamaah yang lain. Menambah wawasan agama. Aku mendapat banyak ilmu disini. Ternyata benar, ilmu itu didapat bukan hanya dari sekolah aku bisa mendapatkannya dari manapun.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang