KELUARGA ARSYILA

1.1K 120 8
                                    


Sejak aku dan Syila menemui bang Dhia', Bang Dhia' memang langsung kembali ke rumah. Dan sejak saat itu aku melihat sorot kebahagiaan dimata Syila semakin terpancar meskipun dia belum bisa sepenuhnya berani dekat dengan Bang Dhia. Tetap harus ada aku didekatnya.

"Bang... gak kerja? Udah seminggu bunda perhatiin abang dirumah terus? Emang kerjaaan abang di Bengkulu udah selesai?" Tanya bunda Naira saat kami sedang menonton bersama.

"Bunda nih gak suka banget abang lama dirumah."

"Ya bukannya bunda gak suka, cuma kan jarang-jarang abang dirumah lama gini. Biasanya kan abang dirumah paling lama cuma tiga hari."

"Abang ambil cuti bun."

"Kok cuti?" Tanya ayah Ihsan ikut penasaran.

"Ya mumpung adek belum dibawa Azka abang mau puas-puasin dulu deketan. Kalau udah dibawa kan makin susah abang. Sekarang aja nih liat, mereka tuh udah kayak amplop sama perangko. Gak bisa pisah bener." Kata Bang Dhia'.

"Bilang aja kalau abang iri. Makanya cari istri." Kata ayah Ihsan disetujui bunda dengan anggukan.

"Mulai deh ayah... Abang masih belum pengen nikah. Lagian abang juga masih muda."

"Azka lebih muda dari abang." Kata bunda Naira semakin memojokkan Bang Dhia'

"Bunda... jangan samain abang sama Azka dong. Kan beda kasusnya. Lagian ayah emang lupa dulu pas nikah sama bunda umur berapa?" Kata Bang Dhia' yang langsung disambut jitakan oleh ayah. Keluarga ini benar-benar membuatku kangen dengan keluargaku.

"Kenapa jadi bawa-bawa ayah sih?"

"Ya ayah ngapain mojokin abang terus. Kalau sudah waktunya abang pun pasti akan menikah. Sekarang belum aja."

"Iya deh iya... emang paling bisa ngeles."

"Ka maklum ya, kita kalau lagi kumpul ya gini nih." Kata Bunda. Aku hanya tersenyum.

"Iya gak papa kok bun... dirumah juga gini kalau pas kumpul."

"Bunda sama ayahmu gimana kabarnya Ka?"

"Baik kok bun, Alhamdulillah. Sebenarnya ayah sama bunda pengen banget kesini ketemu sama keluarga disini, cuma kan keadaan Syila belum sepenuhnya baik. Jadi mereka cuma titip salam maaf aja."

"Iya gakpapa kok Ka, insyaAllah nanti kalau bunda sama ayah pas lagi ke Blitar nengokin neneknya Syila kita mampir kesana."

"Dunia tuh sempit banget ya bun, bunda orang blitar, diboyong ayah kesini eh Syila malah nikahnya sama orang Blitar lagi." Kata Bang Dhia' ada benarnya.

"Iya juga sih. Tapi namanya juga jodoh. Mana ada yang tau bang datangnya dari mana. Siapa tau nanti abang juga dapetnya orang Blitar juga. Kan mana tau kita." Kata ayah Ihsan.

"Eh Ka, kata Dhia' kamu mau ambil cuti? Bener?" Kata Ayah Ihsan lagi.

"Iya yah, Azka gak tega ninggalin Syila dulu. Pengennya sih Syila Azka bawa ke Malang, tapi kan Syila masih takut sama bang Ahwas sama Om Asyraf. Takutnya malah memperburuk keadaan. Makanya Azka pikir pelan-pelan aja dulu biar Syila terbiasa sama Bang Dhia' habis itu dicoba buat deket sama Bang Ahwas sama Om Asyraf. Kan gitu kemarin kata Mbak Caca. Lagian Azka cuma tinggal Skripsi kok yah."

"Yaudah kalau menurut kamu itu baik, kami ikut saja. Tapi sebenernya ayah sama bunda gak mau kalau kamu mesti meninggalkan pendidikan kamu."

"Iya yah, insyaAllah semua akan baik-baik saja."

"Adek kok daritadi diem? Kenapa sayang?" Tanya bunda. Eh iya, kenapa aku juga baru sadar kalau istriku sedari tadi memang hanya diam.

"Kamu kenapa?" Kataku lembut karena dia tidak juga menjawab pertanyaan Bunda.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang