Kode

167 20 9
                                    

"Judes gitu. Gak ganteng lah."

"Itu namanya berkarisma bodoh"

"Apa? Artis dangdut?"

"Bukan bego, itu gubernur Surabaya."

"Yang sama om Didi kemaren ih kalian gak nonton ya?"

"Elo nonton dangdut Ce?"

"Bukan, Shopee tuh Shopee"

"Sophia Latjuba?"

"BERISIK ANJIR LO TOLOL SEMUA. DUH KENAPA GUE PUNYA TEMEN RANDOM BANGET KEK GINI SIHHHH!!!!"

Gadis berambut panjang berponi rata itu berteriak nyaring menghentikan perdebatan di kafe Orion tersebut. Gadis itu Jessie, masih mengatur nafasnya setelah berteriak lalu melengos kasar. "Itutuh doinya Lena, nape lo semua yang ribet sih hah?!"

Lena yang namanya disebut menghela nafas, menyesal juga tadi sempat curhat tentang love storynya pada geng randomnya ini.

"Ck, tau gini gue langsung ke Satya aja biar gak main main." kata Lena sekarang jadi mengerucutkan bibir.

"Hmmm, mainnya smooth pake pilih-pilihan." celetuk Jakti sudah mendrama. Sedangkan Lena hanya memutar bola matanya malas, merasa sahabat sahabat lelakinya ini lebih banyak tidak berguna daripada berguna untuk masalah percintaan walaupun nyatanya mereka semua ini buaya pro.

"Kenapa sih ribet banget elah Na. Udah lah gak usah cinta-cintaan." kali ini Cece angkat suara merasa pusing membahas incaran temannya, Lena.

"Bilang aja elo nggak laku selain sama Devan kan?" Joshua atau biasa dipanggil Jojo ini menyeletuk, tapi akhirnya langsung lari kebelakang Jessie karena sudah tahu kalau Cece akan menghajarnya. "Mah lindungi anakmu mah! Lindungi Jojo mah, lindungi aku.!!!"

Jessie melengos kasar, menarik Jojo agar maju kedepan. "Cowok kan lo? Maju Ce, Jojo dah siap nih buat tarung."

Jojo langsung melotot, ingin memrotes tapi sudah telat karena Cece menarik kaos putih nya kasar kemudian satu tangannya berganti pada rambut hitam pemuda itu. Mengoyaknya kemudian melepasnya dan berganti memukul dan menendang.

Suasana kafe yang tadi bising karena ramai sekarang bertambah bising karena pertarungan Jojo melawan Cece.

Lena yang sudah malu hanya duduk sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, tidak mau melerai karena sudah sangat sangat malu dengan para temannya ini. Jarinya mengetik cepat lalu mengirim pesan tersebut kepada seseorang supaya cepat datang ke tempat itu.

"WOI WOI KALEM CE KALEM INI ORION NJIRR MALU WOI MALU"

"JESS ANAK LO NIH TARIK KASIAN RAMBUTNYA WOI BOTAK NANTI"

"INI SI DEPAN ASU MANA SIHH!!"

"ANJIR MALU WOI"

Jessie akhirnya turun tangan, menarik Jojo dari amukan Cece, kemudian berdiri diantara Jojo dan Cece. "Udah, kasian anak gue. Nanti aja kalau mau lanjut di lapangan sebelah."

Jojo yang mendengarnya hanya mendelik tidak percaya kalau Jessie yang sudah dianggap Mamah dan Kakaknya itu begitu jahatnya pada dirinya. Jojo mengelus dada seakan sangat tersakiti, padahal sudah biasa dijadikan bahan gebuk seperti ini.

"Udah kanjeng ratu Chelsea Iskandar duduk yang manis aja sini, Aa beliin jus mangga kesukaan kanjeng ratu" kata Jakti mencairkan suasana tidak ingin gadis cantik satu ini kembali mengamuk.

Karena sebenarnya kalau para macan betina ini mengamuk, para buaya tidak berani menghentikannya karena takut takut malah mereka yang kena sasaran. Jadinya seakan bossnya disini adalah para macan betina bukan buaya golongan Arsen dkk. Apalagi Cece dan Jessie, mereka ini kalau mengamuk bukan cuma mulut toak saja, kaki tangan ikut bergerak menendang menjambak memukul. Tapi itu wajar mengingat Cece ini latihan karate bertahun-tahun.

"Iya Ce, udah sini duduk aja. Nanti janji deh pulang gue beliin buku Matematika kesukaan lo." celetuk Bagas tapi segera tersadar karena memancing macan yang baru mengamuk ini.

"Ck, Bagas goblok" desis Jessie kemudian menarik Bagas kebelakang tubuhnya, bersiap menjadi tameng jika Cece ingin bertarung kembali. "Udah udah Ce, duduk, gak usah dengerin anak dajjal ngomong."

Cece melengos kasar, mendudukkan dirinya sampai kursi kafe itu mendecit. Dirinya benar benar terpancing jika mereka membahas tentang Devan. Cih, emang buaya. Disaat dirinya membutuhkan lelaki tersebut, dia malah hilang entah kemana. Tapi tak lama setelah itu dirinya menunduk dan akhirnya mengeluarkan isak tertahan yang membuat semua temannya menatapnya horor.

Lena yang ada disampingnya segera mendekat merangkul Cece yang sedang menangis terisak. "Ihhh lo kenapa sih? Ck, lihat nih nangis kan temen gue."

"Eh lo kenapa he? Kok nangis? He bercanda ya lo?" panik Jessie mendekat lalu berjongkok dihadapan gadis itu.

"Jo, lo tadi gak mukul Cece kan?" tanya Jakti menghakimi.

Jojo yang ditanya langsung menggelengkan kepalanya cepat, lalu berjongkok di samping Jessie. "He kok nangis sih. Gue nggak mukul anjir. Gak usah horor ih Ce."

Yoga yang dari tadi diam dan mengompori menghela nafas. Kemudian menoleh pada Lena. "Udah?"

Lena mengangguk. Kemudian semakin mengeratkan pekukannya. Dalam hati dia merutuki keadaan yang ada dalam persahabatannya ini. Selama ini dia diam seakan tak tahu apapun padahal dari awal ini dimulai dia sudah was-was sendiri. Mengingat sifat Devan yang suka gonta ganti pacar dan Cece yang gengsinya terlalu tinggi. Mulutnya bungkam tak mau membagi kecemasannya pada siapapun. Tapi untuk sejenis Satya sedikit paham tentang keadaan ini. Cinta pada sahabat sendiri.

Yuta yang baru datang dari arah parkiran langsung berlari merasa cemas melihat Cece menangis. "Kenapa? Dia sakit? Panggil Devan aja dia lagi di sekolah."

Semua yang ada disana langsung melotot pada pemuda Jepang yang baru datang itu. Sedangkan yang dipelototin hanya menganga tak paham.

"Lo diem aja deh, pesenin ni bocah jus alpukat gak pakek susu, polosan." kata Jakti memerintah.

Yuta yang sedang mencerna keadaan kemudian mengangguk menuruti perintah Jakti. Berjalan ke meja orderan sambil masih berfikir tentang keadaan Cece, tapi kemudian tersentak karena seakaan mendapat benang merah dari permasalahan ini.

Lena mendecak, kenapa yang dibutuhkan tidak segera datang. Dia bingung harus berbuat apa. Dia menoleh pada Yoga memberi kode yang membuat Yoga mengangguk kemudian beranjak keluar kafe. Jessie yang menyadari itu menoleh pada Lena tapi Lena hanya mengangguk. Melihat teman-temannya saling memberi kode membuat Jojo pusing sendiri. Pertama dia yang jadi samsak tapi Cece yang menangis. Kedua, yang biasanya Lena menengahi kali ini diam saja malah main kode kodean. Ketiga, kenapa kali ini otaknya lemot sedangkan Yoga yang malah jadi pintar. Apa gara gara tadi dia tukeran bangku dengan Yoga mengakibatkan otaknya ikut tertukar juga?

Bagas sekarang malah duduk disamping Lena,  "Apaan Na? Kasih tahu dong" bisik Bagas pada Lena. Seakan mendapat bisikan setan Lena langsung memekik kecil.

"Astaga anjir lo ngagetin, gue kira ada setan bisikin gue." ucap Lena menoleh pada Bagas disampingnya.

"Anjir mulut lo pedes juga kayak doi lo ya Na." kata Bagas mendramatis keadaan.

Jessie berdiri, tangannya berkacak pinggang. "Udah pulang aja, kasian Cece." ucapnya kemudian beralih menatap Jojo. "Lo anter Cece pulang, biar gue sama Jakti."

Jojo yang diperintah melongo, "Gue? Lo gak tau gue dipukulin sama dia tadi? Gimana nanti kalau dijalan gue dijadiin samsak lagi ha?"

Jessie melotot pada Jojo. Ni orang bego ya nyeplos kayak gitu pikirnya.

"Tunggu Yoga aja Jes, dia bentar lagi balik kok." ucap Lena menatap Jessie seakan memberi kode lagi.

"Apasih ini kode kodean, bukan lagi pramuka anjir." protes Jakti sudah kesal sendiri kemudian berdiri menghampiri Yuta yang tadi ditugaskan order jus mangga untuk Cece.

District 9 : HighschoolWhere stories live. Discover now