Kim Seok Jin

3.9K 299 37
                                    

WARNING
Buku ini dihiasi oleh intrik dewasa.
Menawarkan banyak luka.
Dan belenggu fenomena sosial. 

BAGI YANG BELUM 18 TAHUN, MOHON BIJAKSANA UNTUK TIDAK MELANJUTKAN MEMBACA WORK INI.


Terima kasih!





Chapter pengenalan tokoh: Kim Seok Jin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Chapter pengenalan tokoh: Kim Seok Jin

.
.
.

Sinar mentari pagi yang masuk lewat celah jendela nampaknya tak sanggup mengganggu dua sejoli yang masih terlelap mesra di atas ranjang. Sebenarnya selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang mereka sudah cukup hangat. Namun hal itu tidak mengucilkan rasa rindu sang laki-laki untuk semalaman mendekap tubuh sang kekasih.

Kim Seok Jin mengerjabkan matanya perlahan. Pandangan masih kabur tatkala mendapati sosok wanita tertidur pulas dipelukannya. Bibirnya merekah bahagia mengenali wajah cantik sang wanita. Wanita itu adalah Bae Joo Hyun, candunya.

Seok Jin tak dapat melepaskan netranya dari wajah sang pujaan hati. Bae Joo Hyun terlihat cantik natural dengan rambut hitam legamnya yang terurai. Bulu matanya tipis namun lentik. Hidung mancung mungilnya yang menggemaskan. Bibir tipis yang ranum dan membuatnya ketagihan. Cantik tanpa cela. Miliknya.

Laki-laki itu mengerjab lagi untuk meyakinkan diri bahwa ini bukan khayalan. Sungguh, dapat mengagumi wajah sang kekasih disetiap pagi adalah impiannya. Hal sederhana yang begitu ia damba. Mungkinkah ini mimpi semata? Terlalu indah untuk menjadi nyata.

Seok Jin mengeratkan pelukannya, mendekatkan sang pujaan kepada dada bidangnya yang tak terlidung oleh sehelai benang apapun. Berharap kekasihnya tahu bahwa detak jantungnya tak pernah letih bergumam rindu.

"Seok Jin-ah. " Seok Jin terkesiap ketika merasakan hembusan nafas hangat sang kekasih didadanya. Wanita yang baru saja tersadar dari tidurnya itu mendorong Seok Jin lembut untuk memberi jarak pada tubuh mereka. "Pulanglah"

"Sebentar saja, Joo" tawar Seok Jin pada sang kekasih dan kembali memeluknya posesif.

"Seok Jin-ah" gumam Joo Hyun. Kali ini suaranya terdengar begitu putus asa dan sedikit bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan setitik kesedihan yang terbendung diujung matanya. "Kumohon, kau harus pulang."

Seok Jin melepaskan dekapannya perlahan. Ditatapnya dalam binar mata hazel Joo Hyun.

"Kau harus kembali. Disini bukan tempat mu" Wanita cantik itu tersenyum manis mencoba untuk terlihat tegar.

Joo Hyun begitu kuat membangun benteng pertahanan diri untuk menutupi gundahnya. Namun sekokoh apapun benteng pertahanan itu, Seok Jin selalu bisa menerobosnya.

Seok Jin tahu wanitanya itu juga merindukannya.

"Aku sudah pulang. Kau adalah rumahku, Joo" ujar Seok Jin begitu manis. "Rumah yang paling nyaman"

Joo Hyun merasa terhibur mendengar pernyataan tulus Seok Jin. Dinding pertahanannya bergemeretak mulai runtuh. Joo Hyun ingin sekali saja egois. Egois untuk menahan Seok Jin bersamanya lebih lama.

Joo Hyun tersenyum tipis tatkala tangannya meraih pipi pemuda tampan itu. Cukup lama mereka saling mangadu lewat tatapan sendu hingga akhirnya kalimat itu terucap dari bibir mungil Joo Hyun "Aku merindukanmu, Seok Jin-ah"

Seok Jin menghela nafas mendengarnya.

"Seharusnya aku yang pertama kali mengucapkannya" Ia merasa dirinya pengecut. Kata rindu dan cinta adalah ungkapan yang sepantasnya ia ucapkan terlebih dulu. Ia tahu betapa tercabiknya perasaan Joo Hyun saat menyuruhnya untuk pulang. Joo Hyun telah mengorbankan banyak hal untuk seorang Kim Seok Jin. Terlampau sering wanita itu harus selalu mengalah. Terlampau sering pula Seok Jin tidak bisa berbuat apa-apa untuk kekasihnya.

"Jin-ah, bagaimana jika kita berhenti?" Tatapan itu lagi. Sorot mata yang terbelenggu oleh rasa cemas dan takut.

Seok Jin tidak terlihat panik kala mendengarnya. Ia paham apa yang akan Joo Hyun katakan selanjutnya.

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita"

Kata 'mengakhiri' yang keluar dari bibir manis Joo Hyun seakan menjadi mantra penyulut ego Seok Jin. Mendengar mantra itu Seok Jin merasa tersentil. Ia harus mempertahankan Joo Hyun disampingnya.

Sebenarnya bukan sekali duakali Joo Hyun berniat untuk meninggalkan Seok Jin, namun semua usaha itu tak pernah berhasil. Semesta selalu punya cara untuk mempertemukan mereka. Mungkin ini adalah ikatan takdir bahwa mereka tidak bisa meninggalkan atau ditinggalkan.

"Kau tak akan bisa lepas dariku Bae Joo Hyun. Pada akhirnya kau akan selalu kembali padaku." Seok Jin meraih tangan Joo Hyun yang bertengger dipipinya. Dikecupnya dengan sayang setiap jemari lentik Joo Hyun. Laki-laki itu memang selalu punya cara untuk membuat Joo Hyun jatuh hati.

Seok Jin menarik Joo Hyun mendekat. Bibirnya meraih leher jenjang sang kekasih dan melumatnya lembut. Joo Hyun mengerang tatkala ia merasakan tangan Seok Jin menyingkap selimut dan mulai bergerilya ditubuhnya yang masih telanjang akibat aktivitas panas mereka semalam.

"Aku menginginkanmu" bisik Seok Jin kemudian meraih wajah kekasihnya. Dikecupnya singkat bibir manis Joo Hyun sebelum akhirnya memperdalam ciumannya. Joohyun dengan senang hati membalasnya. Begitu mesra dan intim.

Desahan menjadi senandung gairah yang memenuhi ruangan. Bahkan ranjang berderik lemah ikut memeriahkan aktifitas panas dua sejoli yang tidak terikat restu pernikahan itu.

Tiba-tiba handphone Seok Jin bergetar kuat diatas meja.

"Jin-ah!" Joo Hyun berseru menahan gejolak nafsu. Ia berusaha menyadarkan Seok Jin. Handphone Seok Jin bergetar berulang kali dan Joo Hyun nampak gusar karenanya. Ia tahu siapa gerangan yang mencari Seok Jin dengan tidak sabaran di pagi hari. "Kau harus mengangkat telfonnya. Engh ---"

Seok Jin benar-benar telah hilang akal dan tak peduli. Pemuda tampan itu begitu mabuk dengan kenikmatan yang membungkus hangat dirinya. Mulutnya tiada henti memuja keindahan tubuh Joo Hyun. Wanita itu nampak cantik ketika merintih memanggil namanya.

"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Bae Joo Hyun" gumam nya berulang kali kemudian mengecup mesra bibir Joo Hyun disela gesekan penyatuan intim mereka.

Joo Hyun tersenyum atas perlakuan manis Seok Jin. Ia menyeka peluh yang mengembun diwajah tampan laki-laki itu. Betapa perkasa seorang Kim Seok Jin yang sedang berusaha mengklaim bahwa Bae Joo Hyun adalah wanitanya. Rasa cemas pun kini menguar bersama dengan aroma tubuh Seok Jin yang memenjarakan logikanya. Bagaimana bisa ia melakukan dosa besar ini dan menikmatinya?

"Jin-ah!"

Joo Hyun mengerang kewalahan karena tempo yang semakin cepat dan kasar. Tubuhnya bergelinjang hebat dalam kungkungan Seok Jin yang tak kunjung lelah menggempurnya. Seok Jin bersumpah akan membuat Joo Hyun sulit untuk berjalan setelah ini. Anggap saja hukuman bagi sang kekasih agar tidak pernah lagi berpikir untuk pergi meninggalkannya.

Dua insan itu nampaknya enggan beranjak dari neraka meskipun suara getaran handphone Seok Jin tak berhenti menggema.

My Wife is Calling........

TBC

RemedyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora