2. Akhir masa lalu

8.9K 1.2K 244
                                    

"Masa lalu dapat berakhir? Andai saja semudah itu untuk berakhir dan dapat dilupakan."

-√-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-√-

-

Ruang UGD terasa begitu mencekam bagi Dirga sekarang karena putra bungsu kesayangannya sedang berjuang didalam sana. Berjuang untuk tetap hidup.

Ia tak henti-hentinya berjalan kesana-kemari di depan ruangan itu, bahkan beberapa bodyguard yang melihatnya juga ikutan pusing.

"Edric dimana?" tanya Dirga pada salah satu bodyguardnya.

"Edric ada diruang rawat tuan muda Jaevir, tuan."

Dirga menghela nafasnya kasar, ia sampai lupa kalau Jaevir juga sedang dirawat disini.

"Tuan? Tuan gak capek mondar mandir dari tadi? Duduk aja dulu."

Ia menatap bodyguardnya yang tak lain adalah bodyguard barunya, ia baru bekerja beberapa bulan yang lalu.

Dirga tersenyum kearah bodyguard itu, "Nama kamu siapa, saya lupa."

"W-Wira tuan."

"Wira, kamu juga yang tadi bilang kalau saya pingsan bakalan repot kan?"

Wira tersenyum sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan, "Hehe damai tuan, s-saya cuma bercanda."

Melihat kelakuan Wira, Dirga hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Ada-ada aja kamu ini."

"Tuan mau kopi? Saya bisa belikan."

Dirga mengangguk, "Ya boleh, jangan lupa tambahin gula biar manis."

"Kalo tambahin gula emang jadi manis tuan, kalo tambahin garam baru asin."

"Kamu!"

"A-ampun tuan, iya-iya saya belikan sekarang."

Dirga menghela nafasnya, "Belikan 2."

"Apanya tuan?"

"Sandal."

Wira menggaruk kepalanya bingung, "Sandal? Tadi tuan nitipnya kan kopi, kok jadi sandal?"

"YAUDAH ITU TAU, SAYA MINTA KAMU BELIKAN 2 KOPI, WIRA!"

Pemuda itu terlonjak kaget ketika mendengar majikannya berteriak.

"Untung majikan gue, kalo kagak udah gue kurung dikandang dah," batin Wira

"Yaudah kamu nunggu apalagi Wira?"

"Uangnya, pakai uang saya tuan?"

Dirga benar-benar geram melihat bodyguard satu itu, ia segera merogoh sakunya dan mengambil dua lembar uang berwarna merah.

"Cukup? Sisanya kamu ambil aja."

"Wah, serius tuan?"

"Ck iya, udah cepetan sana."

Ephemeral [TERBIT]Where stories live. Discover now