11. "Jeno rindu ayah yang dulu"

5K 805 153
                                    

"Sosok ayah yang didambakan seorang anak adalah sosok yang bisa memberi kekuatan kala anaknya sedang berada di titik terlemah dalam hidupnya."

Part ini gak sedih kok, gak perlu siapin tisu✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part ini gak sedih kok, gak perlu siapin tisu✨

-√-

-

Matahari telah menyelesaikan tugasnya di dunia, kini giliran bulan yang bertugas menjaga malam bersama jutaan bintang di angkasa.

Bulan sedang memberi penerangan terhadap remaja yang berjalan gontai di jalanan yang sepi.

Setelah semua kejadian yang menimpanya tadi pagi, ia memilih pergi dari rumah sementara dan berniat untuk menenangkan dirinya.

Langkah kakinya membawanya menuju sungai, ia akhirnya menghentikan langkahnya di pinggir sungai itu dan duduk di sana sendirian.

"Katanya dunia gak kejam, tapi dunia itu keras. Dunia selalu memberi permasalahan setiap hari, tapi dunia lupa memberi tau bagaimana cara mengatasinya," monolog Jeno.

Jeno membaringkan tubuhnya di tanah dan tersenyum kecil sambil melihat ke langit yang penuh dengan bulan dan bintang, tanpa sadar sedari tadi ada yang menatapnya dari jauh dengan tatapan iba.

"Jeno, kenapa kamu masih bisa senyum sih.. padahal dalam hatimu pasti sakit banget.."

"Wir, lo gak mau angkut dia balik rumah aja? Udah malem mana cuaca dingin kalau dia hipotermia kan gak lucu."

"Gue mau Dric, tapi dia lagi nenangin diri. Ya kali gue tiba-tiba dateng terus angkut dia balik, kalo jantungan gimana?"

"Jantungan gimana sih?"

"Kan bisa kaget."

"Bingung gue tiap ngomong sama lo Wir, asli deh."

Wira hanya berdecak kesal dan kembali mengamati Jeno dari jauh.

"Dric, gue baru pertama kali lihat orang kayak Jeno, dia kuat banget gak sih? Tadinya emang dia nangis, tapi bisa-bisanya sekarang dia senyum seakan-akan kayak gak terjadi apa-apa."

Edric terdiam sebentar lalu tersenyum kecil sambil melihat Jeno, "Dia bukan tipe anak manja, Wir. Percaya deh, semua senyumnya itu palsu, dia cuma bersikap seolah semuanya baik-baik aja didepan banyak orang, tanpa mereka tau isi hatinya sesedih apa."

"Gue gak paham juga kenapa si Dirga eek tuh bisa berubah, dulu padahal sayang banget sama Jeno."

Edric menjitak kepala Wira, "Omongan lu saring dulu Wir, demen banget ngatain tuan sendiri."

"Ck terus mau gimana dong? Kalo tadi gue sampe lihat si Dirga tuh nendang Jeno atau ngapain Jeno, gue gebukin asli."

Edric tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Ephemeral [TERBIT]Where stories live. Discover now