26. Kebahagiaan yang semu

3.5K 612 121
                                    

"Apalagi sekarang? Tuhan, Jeno baru saja bahagia, kenapa semuanya jadi kacau lagi?"

"Apalagi sekarang? Tuhan, Jeno baru saja bahagia, kenapa semuanya jadi kacau lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wah aku update hampir tiap hari😭✨

-√-

-

Pagi yang cerah dengan matahari yang selalu bersinar di angkasa, menemani kegiatan pagi para manusia di muka bumi. Nampak seorang remaja yang dibangunkan oleh sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. Lebih tepatnya itu bukanlah kamarnya.

Jeno membuka matanya perlahan dan dapat ia lihat bahwa kamarnya itu sangat berbeda dengan kamarnya yang biasa. Ia mencoba mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi namun semakin ia mencoba mengingatnya yang ada hanyalah kepalanya terasa semakin sakit.

Ia mencoba untuk bangun sampai ia baru sadar jika tangannya terasa sangat sakit akibat infus yang terpasang disana. Matanya bergerak ke seluruh ruangan yang nampak asing itu, ia tidak tau sekarang sedang berada dimana tapi satu hal yang ada di benaknya hanyalah ia ingin pergi dari tempat ini.

"Ck, ngapain di infus segala sih bego."

Jeno melepas paksa infus yang ada di tangannya bahkan dengan tatapan datar, seakan-akan ia sudah mati rasa dengan semua rasa sakit yang ia terima.

Kaki itu menapak di lantai yang terasa sangat dingin, ia membuka pintu kamar itu perlahan dan memastikan tidak ada orang yang melihatnya keluar. Setelah ia rasa semuanya aman, ia mulai melangkah keluar dengan bantuan tembok sebagai penyeimbang tubuhnya.

Perlahan tapi pasti akhirnya ia bisa keluar dari rumah itu tanpa sepengetahuan orang rumah itu. Jeno berjalan menjauh dari rumah itu tidak tau ingin pergi kemana namun kakinya tetap membawanya pergi.

Hampir 30 menit sudah ia berjalan dan akhirnya ia melihat ada satu jalan besar di depannya dan ia rasa di sana ia bisa menanyakan jalan pada beberapa orang.

Namun baru beberapa langkah saja ia meringis karena kakinya yang merasakan panas yang begitu menyengat saat berjalan di aspal. Iya, ia tidak menggunakan alas kaki sama sekali dan hari semakin panas.

Jeno memilih untuk duduk di pinggir jalan yang sedikit teduh sambil sesekali meniup kakinya yang terasa panas. Matanya tertuju pada langit yang terlihat sangat cerah namun tak secerah kehidupannya.

Ia merasa sangat haus, tapi ia tidak punya uang sedikit pun untuk membeli minum di warung yang ada didepannya akhirnya ia mengurungkan niatnya dan kembali diam menatap langit. Perlahan matanya tertutup bersamaan dengan tubuhnya yang limbung begitu saja.

"Eh, awas!"

Jeno merasakan tubuhnya di tahan oleh seseorang. Ia berusaha membuka matanya dan melihat siapa orang itu, namun saat melihatnya Jeno tidak tau siapa orang itu. Tapi entah kenapa ia merasa bahwa ia pernah melihat orang itu sebelumnya.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang