16. Jurang yang dalam

4.3K 706 181
                                    

"Semesta sedang tertawa atas kesengsaraan nya, namun akan ada saatnya dimana semesta akan diam atas kekuatannya."

Siapin apapun yang kalian punya soalnya gak tau part ini sedih atau tidak, tapi part ini ada 3000+ words semoga betah!✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapin apapun yang kalian punya soalnya gak tau part ini sedih atau tidak, tapi part ini ada 3000+ words semoga betah!✨

🎶Ruth B-Lost Boy🎶

-

Dua hari sudah berlalu sejak Jeno kembali masuk rumah sakit karena batuk berdarah akibat tendangan Bara yang tepat mengenai dadanya. Kini anak itu tengah merapikan pakaiannya dan memasukan baju-baju itu kedalam tasnya.

Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu namun disamping itu ia juga takut. Ia juga sedikit tertekan karena menyimpan janji dengan ayahnya, karena syarat untuk pergi camping adalah ia harus bisa mendapatkan nilai sempurna di ulangan berikutnya.

Dan naasnya ulangan selanjutnya adalah matematika.

Tapi sejenak ia mencoba untuk mengesampingkan janjinya itu dan berharap bahwa camping kali ini bisa membuatnya lepas dari masalah.

Jeno juga berharap saat nantinya ia berada di hutan, ia bisa menjauh dari teman-temannya dan pergi kehutan untuk berteriak sekencang-kencangnya demi melepas sesak yang mengikat kuat dadanya itu. Dan tentu saja Jeno ingin melakukan itu semua saat sore hari dan langit masih cerah, jika langit sudah semakin gelap, ia tidak akan pernah berani untuk menjelajahi hutan itu.

Ia sudah siap, kini dia akan turun kebawah untuk sarapan dan entah kenapa ia berharap bahwa Dirga akan memeluknya dan mengatakan "Hati-hati ya nak.'' Membayangkannya saja sudah membuat hati Jeno terasa sangat hangat, apalagi semua itu menjadi kenyataan.

Saat Jeno baru saja ingin membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja pintu itu dibuka kasar dari depan oleh oknum bernama Wira yang membuat wajah remaja itu menghantam keras pintu kamarnya dan terjungkal kebelakang.

"Astaga nabrak setan gue-YA AMPUN JENO!!"

Wira sangat kaget ketika mendapati Jeno yang terkapar di lantai setelah ia memasuki kamarnya. Ia mendekati Jeno yang tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari hidungnya. Melihat itu membuat Wira memukul kepalanya sendiri, coba aja kalau dia buka pintunya pelan-pelan.

"Jen? Kamu dengar saya kan? Jen ya ampun maaf saya gak liat kamu mau buka pintu juga."

Jeno mengerjapkan matanya perlahan dan tersenyum lebar lalu mengacungkan jempolnya sebagai tanda pada Wira bahwa ia baik-baik saja. Sedangkan Wira dengan telaten membersihkan darah yang keluar dari hidung remaja itu.

"Aduh, kenceng banget ya saya dobrak pintunya? Sampai kamu mimisan kayak gini."

Jeno tersenyum sinis, "Hehe enggak kok bang, rasanya cuma kayak ketimpa lemari baju.

"HEH, emang pernah Jen?"

"Enggak sih."

"Olahh bengek."

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang