29. Dia sudah bahagia

3.6K 603 332
                                    

"Lama bergelut dengan diri sendiri akhirnya aku mulai menemukan arti bahagia walau aku tidak bisa menjamin selama apa bahagia ini berlangsung tapi aku bersyukur."

Part ini aman dari air mata dan banyak kebahagiaannya🙌🏻

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Part ini aman dari air mata dan banyak kebahagiaannya🙌🏻

-√-

-

Johnny, Satya, dan Marven berlari di sekitar koridor saat baru saja dihubungi oleh Wira kalau Jeno kembali di rawat di rumah sakit karena Dirga, yang membuat mereka kaget saat Wira mengatakan bahwa tidak hanya karena Dirga,tapi juga karena Jaevir.

BRAKK

Pintu ruang rawat Jeno di dobrak begitu saja oleh Satya dan dapat ia lihat adiknya yang terbaring lemah di ranjang pesakit itu dengan masker oksigen serta perban yang melilit di kepalanya.

"Kenapa dia bisa begini?!"

Melihat kondisi Jeno seperti ini membuat Johnny naik pitam, ia benar-benar akan membuat perhitungan dengan Dirga.

"Tuan, Jaevir sudah sadar, tapi dia sepertinya hilang ingatan. Dan Dirga tiba-tiba datang lalu memberitahu Jaevir kalau Jeno bukan adiknya dan dia juga bilang kalau Jeno membunuh Bundanya dengan cara di tabrak."

Satya terdiam dengan tatapan matanya yang tajam, "Wira, dimana Dirga sekarang?"

"Ada di ruang rawat Jaevir yang kemarin."

Dengan cepat Satya keluar dari ruang rawat Jeno mengabaikan teriakan Johnny yang memintanya untuk tenang terlebih dahulu. Namun sayangnya Satya sudah benar-benar tidak tahan melihat semua ini.

Sedangkan Johnny tidak bisa hanya diam saja, ia segera mengejar Satya untuk memastikan anak itu tidak melakukan hal yang berlebihan dan membahayakan dirinya sendiri.

Sementara Marven memilih untuk duduk di sebelah Jeno lalu mengusap lembut surai adiknya itu.

"Kapan hidup lo bisa bahagia Jen? Lo harus bahagia biar Papa sama Bang Satya juga bahagia, karena gue udah pasti gak bisa bahagiain mereka lagi. Bahkan gue gak tau kapan gue pergi."

Marven menggenggam tangan Jeno yang terbebas dari infus, tangan itu nampak kurus entah karena adiknya jarang makan atau memang bentukannya sudah seperti itu.

"Habis ini lo jangan tinggal sama mereka lagi ya, gue gak mau lo kayak gini lagi Jen. Lo harus bahagia."

Pemuda itu sedikit tersentak kala tangannya di genggam balik oleh Jeno dan ia tahu bahwa anak itu pasti sudah sadar. Marven melihat Jeno yang perlahan membuka matanya. Pertama kali dalam hidup Jeno ia sadar ditemani oleh orang yang ia sayangi, padahal selama ini ia selalu sadar dalam kesepian.

"Lo udah sadar? Gue panggilin dokter ya?"

Baru saja Marven ingin bangun dari duduknya namun Jeno menahan tangannya dan seketika mata Marven melebar kala Jeno melepas paksa masker oksigen tersebut juga infus yang ada di tangannya.

Ephemeral [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora