28. Lupa yang membawa luka

3.4K 620 292
                                    

"Aku kembali terlupakan, kembali akan dikucilkan, setelahnya aku akan pergi dengan kesepian."

Hai semua jangan pada jadi sider ya, terima kasih😔✊🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai semua jangan pada jadi sider ya, terima kasih😔✊🏻

-√-

-

Hari kembali pagi dan kini matahari kembali masuk ke dalam kamar remaja laki-laki lewat jendela kamarnya. Remaja itu membuka matanya perlahan bersamaan dengan rasa sakit yang teramat di bagian dadanya. Saat ia merabanya, ia baru sadar kalau di dadanya dipenuhi dengan luka goresan akibat kejadian tadi malam.

Ia bangun perlahan dari tempat tidurnya dan dapat ia lihat dengan jelas bercak darah yang memenuhi kaos putih yang ia kenakan juga kasurnya telah dinodai oleh darah itu. Remaja itu berdecak sebal, andai jika tadi malam ia sempat untuk mengganti bajunya dan mengobati lukanya, pasti darah itu tidak sampai mengotori kasur miliknya.

Tok..tok..tok

"Jeno, Bibi masuk ya? Bibi bawain sarapan."

Jeno panik kala mendengar suara Bi Ima yang sudah ada di depan kamarnya, mau tidak mau akhirnya ia mempersilahkan Bi Ima masuk kedalam dan ia menutupi tubuhnya dengan selimut agar Bi Ima tidak melihat bercak darah yang ada di baju putihnya itu.

"M-masuk aja Bi, gak Jeno kunci."

Bi Ima masuk ke kamar Jeno lengkap dengan bubur, air putih serta obat penambah darah yang harus rutin di konsumsi oleh anak itu karena anemia yang di deritanya cukup parah. Bi Ima meletakkan obat dan air putih di meja yang ada di samping kasur Jeno, setelahnya ia mulai menyuapi bubur itu pada Jeno.

"Jen, ini badannya kok ditutup selimut gitu? Kamu kedinginan?"

Jeno menatap Bi Ima sambil memaksakan senyuman di wajahnya, "I-iya Bi, hari ini dingin banget, Jeno jadi kedinginan."

"Yasudah kalau gitu Bibi bukain jendela dulu ya biar kamu gak kedinginan lagi." Jeno mengangguk.

Kala Bi Ima berdiri membelakanginya, Jeno mulai mengernyitkan dahinya saat merasa bahwa sakit itu kembali muncul. Ia kembali meraba dadanya dan darah yang keluar disana belum juga berhenti maksimal.

"Kamu kenapa Jen? Ada yang sakit? Sampe dahinya berkerut semua tuh."

Sial, Bi Ima melihatnya saat sedang meringis kesakitan, dengan segera ia merubah raut wajah dan hanya tersenyum ke arah Bi Ima.

"Enggak Bi, Jeno dingin banget makanya sampe ngerutin dahi hehe."

Bi Ima hanya mengangguk lalu tersenyum, wanita itu kembali duduk dekat dengannya lalu menyuapi Jeno hingga tak terasa bubur itu sudah habis. Setelahnya sebelum Bi Ima memberikannya obat untuk diminum, tiba-tiba saja Bi Ima menarik selimutnya saat Jeno tidak siap, dan berakhirlah Bi Ima membekap mulutnya karena kaget melihat semua darah yang ada di baju juga kasur milik Jeno.

Ephemeral [TERBIT]Where stories live. Discover now