24. Hati yang sudah mati

3.8K 659 364
                                    

"Sudah cukup, Jeno kira tadinya bisa bertahan layaknya orang biasa tanpa kesedihan, tapi ternyata hati Jeno sudah mati."

Komen di part ini nembus 200 bisa hayuk, Amin🙏🏻Happy Reading✨

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Komen di part ini nembus 200 bisa hayuk, Amin🙏🏻
Happy Reading✨

-√-

-

Jaevir tengah berjalan di sepanjang rumahnya sambil terus memikirkan kondisi Jeno. Rasanya ia ingin sekali kabur dari rumahnya bersama Jeno dan hidup bahagia dengan orang lain ataupun hanya berdua saja. Entah kenapa setiap tetes air mata yang di keluarkan Jeno membuat Jaevir merasakan kesakitan yang mendalam, karena baginya satu tetes saja air mata yang jatuh dari mata indah adiknya itu sangatlah berharga.

Pemuda itu menghentikan langkah kakinya saat melewati kamar Jeno, kamar itu terlihat sunyi dan gelap dari luar dan ia rasa pasti adiknya sudah tidur. Hari-hari anak itu terlalu berat, biarkan dia beristirahat walau hanya sebentar.

Jaevir membuka pelan pintu kamar Jeno dan matanya bergerak untuk mengecek kamar Jeno, namun perasaannya berubah menjadi tidak enak kala ia tidak menemukan adiknya di dalam sana. Merasa kalau ia salah melihat akhirnya ia menyalakan lampu kamarnya dan benar saja Jeno tidak ada disana.

"Jeno?"

Ia berjalan cepat menuju kamar mandi namun kamar mandi itu juga kosong dan Jeno tidak ada di dalam sana. Akhirnya dengan segera ia keluar dari kamar Jeno dan mencoba untuk mengecek semua kamar yang ada di rumahnya sampai kamar terakhir adalah kamar Dirga. Ia langsung masuk ke dalam kamar itu karena melihat pintu itu terbuka dan netranya langsung menatap Jeno yang tergeletak di lantai.

"Jeno!!"

Jaevir mengangkat tubuh Jeno dan membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya, sesekali ia menepuk pelan pipi Jeno agar anak itu bangun dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Sudah cukup kejadian dimana Jeno harus keluar masuk rumah sakit berkali-kali seakan-akan rumah sakit sudah menjadi rumahnya sendiri.

"Hey? Bangun Jen, lo kenapa lagi? Jangan buat gue panik.."

Mendengar suara Jaevir yang terdengar sangat panik membuat Jeno membuka matanya secara perlahan dan remaja itu mengukir senyuman lebar pada Jaevir berusaha meyakinkan pada kakaknya bahwa ia baik-baik saja.

"Lo kenapa bisa disini Jen? Pingsan? Anemia lo kambuh?" Jeno hanya menggelengkan kepalanya.

"Ngantuk bang makanya ketiduran di lantai hehe."

"Ck gak mungkin, kalau gitu kenapa bisa ketiduran di kamar Ayah?"

"S-salah masuk kamar."

Jaevir menatap datar Jeno membuat remaja itu menundukkan kepalanya, namun dengan segera Jaevir mengangkat wajah Jeno dan mengambil salep yang ada di laci kamar Dirga, perlahan ia mengoleskan salep itu pada ujung bibir Jeno yang sobek membuat remaja itu sedikit meringis kesakitan.

Ephemeral [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin