"Pak masa saya gak di kasih Surat Keterangan Lulus nya pak?"
"Hutang kamu kan banyak disini jadi gak akan bisa kamu dapet SKL, kecuali kamu lunasin semua di TU sekarang baru saya kasih." Kata seorang pria paruh baya yang tengah menatap ke depan komputer nya.
"Bener - bener harus lunas semua pak? Bayaran saya kan banyak pak kurang nya!, mana bisa sekarang saya lunasin itu semua!" Ujar Raia dengan mata hitam kecokelatan nya memandang wakil kepala sekolah.
"Itu udah ketentuan nya dari pihak sekolah, dan kamu ya!, udah tau kamu orang susah tapi kamu selama sekolah disini kerjaannya selalu bikin masalah"
Tersenyum sinis tanpa memandang Raia yang terdiam karena kata - kata seorang lulusan magister sastra Inggris itu.
"Tapi kan saya tidak tawuran pak" mencoba mencairkan suasana tetapi gagal.
"Emang kata kamu tawuran doang yang di anggap masalah? Nih ketidak hadiran kamu di tahun ini saja ada 20 hari, dan aneh nya kamu sakit bisa sampai 17 hari, Kamu sakit apa cuti hari raya?" Dengan nada yang mulai meninggi.
"Tampang nyeremin tapi ngelawak? Jadi aneh dong" Batin Raia
"Saya sakit pak beneran! Ada suratnya juga kok"
"Ya sudah pokoknya kamu tidak bisa menerima SKL sebelum kamu melunasi nya"
"Itu kan cuma SKL pak bukan ijazah kenapa selembar kertas itu juga ikut di tahan? Di sekolah - sekolah lain yang saya tau, ijazah doang yang di tahan bukan SKL juga pak! Lagi pula jika saya tidak dapat SKL nya gimana saya mau kerja buat melunasi hutang saya pak?" Jawab Raia tegas dengan nada yang tinggi dan wajah yang sudah memerah
Lelaki paruh baya itu mulai berdiri dengan wajah yang juga mulai memerah.
"Kamu ngerti gak sih di awal saya ngomong? Ini udah peraturan sekolah! para alumni di atas kamu juga mengalami hal yang sama, jadi kamu jangan banyak omong lagi saya masih ada keperluan lain dari pada ngurusin kamu" jawab kasar dan kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya.
"Dasar PKI!" Umpat Raia kesal dengan nada rendah agar lelaki itu tidak mendengar nya.
Raia keluar dari Ruang Wakil Kepsek, masih menahan emosi nya yang sudah hampir meledak. Dia berjalan ke arah parkir motor untuk mengambil motor nya dan pergi ke Base Camp nya yang berada di belakang sekolah nya, Base Camp itu sudah ada sejak angkatan pertama sekolah nya dan jadi tongkrongan para siswa dari angkatan ke angkatan.
Saat Raia tengah berjalan menuju parkiran tiba - tiba tangan yang lembut menggenggam tangannya dan menarik paksa membawa nya ke sudut parkiran.
Raia baru sadar bahwa yang membawa nya itu adalah seorang wanita. ya wanita itu bernama Silva Putri Andini dia adalah Mantan Ketua OSIS di sekolah itu karena memang masa jabatan nya telah berakhir, dia adalah satu - satu nya Siswi yang bisa menjadi ketua OSIS semenjak Sekolah tersebut berdiri.
Dia adalah salah satu wanita yang paling cantik dan populer di angkatan yang sama dengan Raia, bahkan di sekolah. dirinya di dambakan oleh siswa - siswa yang tampan dan juga kaya bahkan para adik kelas nya yang baru bersekolah di sana selalu berusaha mendekati Silva hanya untuk sekedar berbicara pada nya.
"Lah elu! Ngapain narik - narik gua sih?"
Ucap Raia kaget sambil berusaha mengingat - ingat nama nya.
"Woy lu kok gak ada sopan - sopan nya yak ngomong sama Pak Andi tadi di kantor nya" bentak Silva yang kesal dengan kelakuan Raia di ruang Wakil Kepsek.
Raia mengkerut kan dahi nya mendengar perkataan Silva dan langsung mengerti maksud dari nya.
"Lah lu nguping yak tadi? Wah wah wah gak patut di contoh nih kelakuan siswi yang paling populer dan di segani di sekolah ini! Nanti gimana kalo fans" nya pada tau yak? langsung jelek dah nama lu sebelum resmi lulus dari sekolah ini"
Jawab Raia dengan nada mengejek.
Silva terkejut dan terdiam sejenak karena mendengar perkataan Raia.
"Ehh bukan maksud gua nguping pembicaraan lu sama Pak Andi ya, gua tadi mau ketemu dia tapi pas gua mau masuk ada lu yang lagi ngegas banget"
Ucap Silva mengelak
"Alasan murahan! Kebaca banget sama gua, hahahaha." Balas Raia yang sedikit terkekeh
"Lah gua serius ngapain gua bohong kan cuma masalah kecil kaya gini doang!" balas Silva dengan nada agak tinggi.
"Kalo cuma masalah kecil ngapain lu sampe narik - narik gua terus nasehatin gua kayak emak gua?" Tanya Raia.
"Kan pak Andi tuh om gua ya jelas gua marah lah, lu seenaknya aja ngomong kaya gitu sama dia, kaya berasa lagi ngomong sama orang sebaya aja " ucap Silva yang terus memandangi mata nya Raia dengan rasa kesal yang sedari tadi menguasainya
"Oops!"
Raia kaget dan terdiam, dia merasa tak enak dengan Silva karena memang Raia orang nya tidak kepo soal hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya ataupun orang terdekatnya jadi jelas dia tidak tau faktanya.
"Duh sorry gua gak tau kalo itu om lu, aturan lu ngomong nya dari tadi biar gua gak salah paham sama lu, kan jadi nya gua su'udzon sama lu " memasang wajah melas agar Silva memaafkan dirinya karena Raia tidak suka mempunyai masalah dengan orang lain, dia saja sudah pusing dengan masalah tunggakan bayaran sekolah.
Silva masih marah dan menghela nafas nya mendengar kan omongan nya Raia tanpa melepaskan penglihatan nya yang selalu memandang Lelaki yang tampan dan tinggi ini, dan dia sadar bahwa tampang melas dengan bibir yang agak manyun nya itu membuat Silva menenggak kuat Saliva nya .
"Akhhh lucu banget sih nih cowok tampang nya kalo lagi melas gitu elah" Batin Silva tanpa mengalihkan pandangannya. Lalu terlintas di pikiran Silva untuk memanfaatkan keadaan yang seperti ini, walaupun dia masih marah sama kelakuannya Raia.
"No, kecuali lu harus traktir gua makan baru gua maafin lu" Ucap Silva Tegas dengan tersenyum sedikit.
Raia terdiam mendengar pernyataan tersebut.
"Duh duit gua cuma cukup beli rokok doang ini," batin Raia mengeluh.Belum sempat Raia berbicara langsung di sela Silva
Melihat Raia yang seperti sedang kebingungan dia langsung paham bahwa Raia seperti nya tidak punya uang untuk mentraktir makan Silva karena Silva tadi mendengar semua perbincangan Raia dan Pak Andi soal bayaran sekolah.
"Tenang aja gua denger semua nya tadi di kantor Pak Andi, jadi makan biar gua yang bayar okay?" Ucap Silva santai sambil tersenyum lembut memandang Raia.
"Lah lah kalo gitu nama nya bukan gua yang traktir lu itu mah gimana sih anda" balas Raia bingung sambil mengerenyitkan dahi,
"Iya sebagai gantinya lu harus nganterin gua pulang karena hari ini gua gak di jemput" jawab Silva alibi, padahal dia akan di jemput dengan mobil sedan dan akan sampai sebentar lagi tapi dia berencana untuk meminta supir nya untuk kembali kerumahnya karena dia akan pergi bersama Raia.
Fakta nya bahwa Silva sudah sedari dulu menyukai Raia dalam diam tapi dia tidak pernah satu kelas dengan Raia dan juga Silva terlalu takut untuk memulai pendekatan karena jelas dia adalah orang yang sangat mementingkan reputasi dia dan anggapan orang terhadap nya, Dia yang mempunyai pemahaman bahwa seorang wanita itu tidak pantas untuk mengejar seorang lelaki.
Jangan lupa vote dan Comment kawan.
Kritik dan saran sangat di butuhkan bagi kami! Tengkyu.
YOU ARE READING
Why Should It Be Me?
Teen FictionBercerita tentang seorang lelaki tampan yang percaya diri dan berani, ia bernama Raia Ilham Wijaya. Dia hidup di keluarga yang tidak utuh yang hanya tersisah ibu nya yang bernama Maya Wijaya dan di tambah ekonomi nya yang menengah kebawah dan cob...
