The Last Touch

1.6K 48 1
                                    

"Maafin Aku cel. Saat ini Aku terlalu lancang untuk ketemu. Tapi aku berjanji setelah ini, aku tidak akan mengganggu mu dengan dia."

"Dave. Ini tidak mudah untuk ku, tapi aku harus memilih. Aku mencitai Kal."

"Aku tau itu. Aku akan mundur dari permainan ini."

"Maksud mu?"

"Aku tau dari awal aku salah. Ku pikir hati mu bisa berpaling ke aku. Ternyata itu hanya sekedar harapan ku saja. Aku sayang Kal juga sebagai saudara kandung ku sendiri. Aku ingin dia bahagia dan kamu juga. Jadi aku memilih untuk jauh dari kehidupan kalian. Disini aku hanya ingin meminta maaf atas semua kejadian yang sudah lewat. Aku harap kamu punya  lembaran baru tanpa ada beban dari ku sebagai masa lalu mu. Itu saja."

Rachel POV

Bagaimana bisa tak ada beban. Ayah dari bayi kandungan ku ini adalah Dave. Tangisan pertamanya, tawa nya, langkah dari kaki mungil anak ku itu semua akan menghantui pikiranku. Karl memang tau hal ini. Tapi aku harus mengunci dari Dave. Dia tak boleh mengetahui anaknya dan tak akan pernah ku izin ku itu terjadi. Jika suatu saat ia tahu, itu bukan dari aku.

"Rachel, Rachel.." sahutnya yang membuyarkan pikiranku.

"Iya."

"Aku tidak akan berlama-lama mengganggu waktu mu. Titip salam ku untuk Karl. Aku menyangi kalian."

"Akan kusampaikan. Maafkan aku juga Dave dengan semua yang pernah ada." gumamku yang berusaha menahan air mata ini. Rasa bersalahku yang teramat besar ingin rasanya memeluk dia untuk terkahir kali ini.

"Boleh aku meminta sesuatu?"

Aku menatap matanya dan mengganggukkan pertanyaannya.

"Aku ingin memelukmu!"

Dave seperti tahu suara hati ku. Aku mendekatinya dan memeluknya erat. Tak dapat ku pungkiri, air mata ku sudah membasahi kemejanya. Dia pun seakan enggan melepas eratanku.

"Aku ingin bersama mu. Jika kau izinkan malam ini untuk mu. Untuk kita. Mungkin untuk terakhir kalinya."
pintanya dengan ketir. Aku tau dibalik kepalanya yang berada di pundakku ada air mata yang tak sanggup ia jelaskan lebih panjang.

Drrttttttttttt.....
Suara handphone milik Dave yang berada di meja samping ku bergetar dan membuatku terbelak saat tau si penelopon adalah Karl.

"Iya Karl" Dave menjawabnya.

"Gue tau Rachel disitu. Sekarang gue di lobby. Gue harap lo bisa menghormati hubungan kami!" terdengar lantangan kesal dari Karl yang bisa ku terka.

Aku pun langsung mengambil tas milikku. Mengarahkan langkahku menuju pintu. Tapi lengan Dave menarik ku. Bibirnya mendaratkan ke bibirku.

"Aku mencintaimu. Bahkan sebelum Kal mencintaimu! Jika hatinya sudah habis untuk mu, akan yang mengambil alihnya. Ingat itu chel!"

Kecupan itu aku tau bukan nafsu. Pesan itu sungguh bermakna untukku. Dave adalah sosok pria baik. Pria yang terlihat bengis namun hatinya lembut. Ia memendam semua rasa takut, kecewa, kepedihan yang terpendam dengan topeng kekakuannya. Aku berharap dia mendapat wanita yang sepadan untuk nya. Aku tahu ini terdengar gila, jika logika ini ku pakai tentu harusnya aku memilih Dave. Terlebih lagi kami sudah memiliki anak kami bersama. Aku harus menyimpan dosa ini bahkan ketika anak ini sudah besar.

___

"Karl." Aku mencoba memanggilnya yang sedari tadi diam di mobil ini.

"Karl bukan aku yang ingin bertemu dia."

Karl hanya diam. Membuatku bingung harus berkata apa lagi.

"Dave hanya ingin pamit dari kehidupan kita. Tolong mengerti keadaan ini. Kamu tak perlu kesal padanya atau dengan ku." entah kenapa aku harus mengatakan ini disaat yang tak tepat untuk nya.

"Hal yang mana aku tak mengerti? Sudah sejauh apa aku tetap menerima keadaan mu? Aku bahkan tak peduli siapa ayah di kandunganmu. Yang ku pikirkan hanya hati mu. Masa depan kita bersama!"

Kata-kata bijak itu meluluhkan hatiku. Carlos benar lelaki yang lebih dewasa. Aku tau dia tak sesempurna Dave. Pria badboy, semau-maunya, bahkan ku pikir tak suka dengan ikatan. Tapi jauh lebih dewasa dalam menyikapi apapun. Dia mengesampingkan keegoisannya.

Kal menghentikan mobil dipinggir. Tepat saat kami melewati air yang mengalir dari tebing. Kemudian Ia melanjutkan kembali perkataannya.

 Kemudian Ia melanjutkan kembali perkataannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Rachel yang ku punya sekarang hanya kamu. Aku tidak tau mana sahabat baik ku, aku tidak tau siapa keluarga yang benar-benar menyayangiku tulus. Cuma kamu yang ku percaya, tapi itu juga kau mengkhianatiku. Tapi aku coba mengembalikan semuanya lagi karena aku tau dari matamu, semuanya menyiratkan hati mu untuk ku. Sudah waktunya kita move on sayang"

"I love you Kal."

Kal adalah bagian hidupku. Aku akan siap menerima apapun yang terjadi nanti. Ketidaksempurnaan kami akan menyempurnakan kami setiap hari. Aku yakin dia menjadi ayah yang bertanggung jawab untuk keluarga kami.

----

Next only 1 chapter!

Mohon maaf ya cerita ini terlalu lama di update ;)
Terimakasih buat followers.
Thor sudah fokus untuk menulis cerita berikutnya dan tidak akan selama cerita ini :)
Terimakasih buat supportnya.

Love you all.

THE LUSTWhere stories live. Discover now