The another woman

12.4K 253 1
                                    

*Rachel POV*

Aku memang bodoh melemparkan badan ini dengan seseorang yang baru kenal dan membiarkan perasaan ini larut dalam permainan hatinya. Aku tahu bahwa aku tidak punya ikatan khusus dengan Kal dan aku tak punya hak untuk menuntut. Tetapi aku harus mencari jawaban dari rasa resah yang menghantuiku ini. Siang ini aku harus memberanikan diri menemui Dave di ruang kerjanya. Dia adalah kunci yang mengertahui kebenaran ini semua.

"Sekretarisku bilang kamu ingin bertemu dengan ku. Ada apa?" tanya Dave lebih dulu sebelum aku sempat mengucapkan sapa sambil menatap fokus ke laptop yang terletak diatas meja kebesarannya

"Ada yang ingin aku tanyakan ."

"Silahkan. Singkat saja. Waktu ku gak banyak, 10 menit lagi aku harus ke Seminyak." Sahut Dave yang seakan tidak menghiraukan ku dan masih tetap mengarahkan matanya di depan monitor.

"Maaf kalau aku ganggu. Aku hanya ingin tahu apakah waktu itu Kal yang bertunangan, bukan dirimu Mr.Heinecke?"

"It's not your business!"

"Ok." Cukup kata itu yang perlu menutupi percakapan yang sudah dapat ku pahami jawaban nya.

Aku membalikkan badan dan mengarahkan langkah ku menuju ruangan yang terasa panas untukku. Panas karena hatiku seperti hancur dan air mataku tak dapat ku tahan.

"Tunggu sebentar, Rachel."

Dia memanggilku tetapi tidak mampu aku menolehnya kembali. Dave mungkin akan tertawa melihatku menangisi orang yang seharusnya tidak aku tangisi. Aku akan terlihat bodoh di depannya.

"Lihat aku! Kamu tidak sopan." Serunya padaku tanpa menyadari bahwa sedari aku masuk dia juga tidak menatap lawan bicaranya. Aku hanya terdiam dan berusaha untuk tegar menghadapinya lagi sambil menyapu air mata dengan jemariku.

"Kamu menagis?"

Dia berdiri meninggalkan meja dan mendekati ku. Dia melihat mataku dengan jarak yang begitu dekat. Aku tidak dapat menahan emosi yang bercampur aduk dengan rasa marah dan sedih.

"Kamu gak perlu bohong Mr.Heinecke. Aku memang bukan orang penting buat Kal, tapi aku juga punya perasaan dan aku bukan pelacur!"

Setelah perasaanku terlontar demikian, Dave mendekap ku dengan kedua tangannya. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menaggapi perkataanku. Aku merasakan pelukannya yang begitu hangat dan tidak terasa air mataku semakin deras mengalir hingga membasahi jasnya.

Drrtttt

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Drrtttt...drrt......drrtttttt....

Bunyi panggilan masuk di handphone Dave menyadarkan ku untuk melepaskan ikatan tangannya yang melingkari tubuhku. Sepertinya seseorang mengingatkan meeting yang harus dia laksanakan sore ini. Tetapi terdengar jawaban Dave yang membatalkan dan setelah itu tiba-tiba saja dia menarik tanganku.

"Ikut aku."

---

Tingkah Dave sungguh mengherankan bagiku karena dia terlihat baik dan memahami kondisi ku. Aku masih belum tahu tujuannya membatalkan kegiatannya dan membawa ku ke tepi pantai saat ini.

THE LUSTWhere stories live. Discover now