The Proposal

8.2K 215 13
                                    

Rachel POV

"Hey Rachel. Happy birthday." seru Anin saat aku berpapasan di lobby kantor. Walaupun agak sedikit terheran dengan ucapan nya tapi aku tetap menanggapi cipika cipiki darinya.

"Birthday?" tanya ku balik pada teman Anin yang bekerja di bagian keuangan
"Ah sok lupa deh sangkin sibuknya. Itu liat aja ke meja mu sana. Sekalian beli tuh parfum ku yang aku titip disana"
"Apaan sih Nin?"
"Udah sana lihat aja. Tapi jangan lupa beli parfum aku."
"Baiklah" jawabku sambil melemparkan senyum dan segera berburu ke lantai 15 ke ruangan tempat kerjaku berada.

Sesempatnya dia mengucapkan kata selamat dan wejangan untuk membeli parfum yang dia jual. Sudah ku kira sebelumnya dia tidak cocok di keuangan, mungkin seharusnya dia berada di divisi penjualan. Ugh.

Ketika aku keluar dari lift, aku berpapasan dengan Pam seorang teman kerja ku yang agak kewanitaan.

"Uh Rachel romantis banget." ujar nya.
"Apa yang romantis Pam?"
"Itu pacar kamu. Unyu-unyu banget. Bikin aku iri. Huhuhu..
"Apaan sih Pam?"
"Ih cepet liat sendiri sana! Hufh." jawabnya sambil merapikan poni yang sudah dibubuhkan cream pomade.

Kali ini aku benar-benar penasaran.
Aku sedikit berlari kecil untuk menuju area meja ku yang tidak jauh dari ruangan Dave.

Dan...

Betapa terkejutnya aku ketika melihat flower bouquet yang mengelilingi area meja ku.
Namun hanya satu jenis yaitu bunga lili putih yang menjadi favorit ku.
Wanita mana yang tidak akan meleleh hati nya di kejutkan pagi hari seperti ini. Padahal aku tidak merayakan ulang tahun atau apapun.

Aku pun segera mencari tahu siapa pengirimnya. Aku coba mengecek sebuah kartu atau kertas berupa pesan yang mungkin tersangkut di salah satu ikatan bunga tetapi tak kutemukan jua. Pam turut membantuku dengan menanyakan ke OB dan satpam tetapi mereka juga tidak tahu.
Terbesit dipikiran ku bahwa sang pemberi kejutan adalah Dave. Sudah seminggu ini dia cuti ke Amerika untuk bertemu keluarganya. Mungkin ini mengungkapkan rasa rindu nya padaku.

Sampai pada siang ini aku masih dibuat penasaran oleh sang pengirim. Walau dugaanku Dave, tetapi aku masih tanda tanya besar akan alasan nya mengirimkan bunga sebanyak ini padaku.
Ingin rasanya aku mengucapkan terimakasih dengan mengirimkan pesan singkat padanya tapi aku takut salah jikalau saja mungkin itu bukan dia. Aku coba memastikan lagi dengan mencari setidaknya nama toko bunga yang mengirimkan ini.

"Yes, lucky me!" Seru ku dalam hati sangkin senang nya menemukan nomor telephone toko bunga yang dipesan oleh si misterius ini.
Ku coba menghubungi untuk mengetahui si pemesan bunga ini, namun nama sang pengirim adalah nama asing yang tidak ku kenal sama sekali.

- Ms.Joana dari Hotel Samabe -

Hanya itu clue nya.

Rasa penasaran itu seakan menghantui ku. Entah mengapa aku tidak bisa membiarkan pribadi ku yang cuek seperti biasa nya untuk hal yang sudah membuat hati ku bahagia.
Dengan sengaja aku menghubungi Hotel Samabe dan mencoba disambungakan dengan wanita bernama Joana.
"Hello Joana speaking. May assist you?"
"Hi Ms Joana. Saya Rachel. Pagi tadi ada sepaket bunga di ruangan kantor saya. Saya coba kontak ke toko bunga Javana dan info dari mereka yang memberikan adalah anda. Apa itu benar Miss?"
"Ya memang benar saya yang pesan atas permintaan seorang tamu kami"
"Hmm. Boleh saya tau tamu anda itu?"
"Confidential Ms.Rachel. Dia tidak ingin anda tahu."
"Ok. Saya mengerti." jawab ku kesal sambil menutup telephone

---
Aku tak kehabisan akal. Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku segera pergi ke Nusa Dua dimana hotel itu berada.
Aku segera menemui Ms. Joana dan sialnya dia tak mau menemui ku.
Memang terlihat bodoh tapi aku tetap memilih untuk menunggu.

Sedihnya 2 jam berlalu Ms. Joana seperti tidak ingin membantu ku.
Aku berdoa dalam hati dan berharap si misterius berpapasan dengan ku.

"Ibu Rachel mari kemari akan saya hantarkan anda ke suatu tempat untuk menemui seorang yang anda tunggu." seru seorang porter yang melegakan penantian ku.

"Oke." jawab ku sambil mengikuti arahan darinya.
"Bapak tau siapa yang akan ku temui ini?"

Porter itu hanya diam dan tersenyum.

"Silahkan kemari Bu."

Aku ditunjukkan di suatu balkon outdoor yang secara tiba-tiba suara kembang api berhentak kan mengangetkan ku. Ada empat tangkai api yang menyala dan di tengah nya ada semburan api yang menampakkan diri seperti menyusun satu kalimat yang membuatku makin terpana.

M A R R Y M E ?

M A R R Y  M E ?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh my God. Oh my God."
Aku sungguh tak menyangka akan kejutan ini hingga jemari ku menyatu menutup bibir ku dengan wajah keheranan.

"Mari ke arah sini Bu. Ada yang menanti anda." ujar sang porter itu kembali.

Kali ini aku berada di pantai hotel dengan pemandangan gua yang dihiasi pernak-pernik cantik.
Namun mata ku fokus pada pria yang duduk dengan gitar nya.

Pria itu memetik gitarnya dan melantunkan suatu baris lagu yang tak asing di telinga ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria itu memetik gitarnya dan melantunkan suatu baris lagu yang tak asing di telinga ku.

It's a beautiful night ,
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I want to marry you
Is it the look in your eyes?
Or is it these dancing juice?
Who cares baby
I think I wanna marry you

(Marry You - Bruno Mas)

Aku lekas menuju ke arah pria yang mengenakan kemeja putih tersebut.
Aku tak mampu menahan air mata seketika aku melihat pria itu.

Pria asing yang ku kenal setahun lalu.
Pria asing yang menggubah hati ini menjadi cinta.
Pria yang ku nantikan selama ini.
Pria yang ku harap siang dan malam nya untuk ku.
Dan pria itu adalah...
Carlos!

Aku berlari ke arah nya dan membiarkan pelukan ini membalas kerinduan.
"I love you Kal."
"I love you too my Rachel"
"Aku benci kamu hilang. Kamu gak tau gimana aku nunggu kamu disini?"
"Aku hanya hilang sebentar tapi yang penting aku kembali kan?" Ujarnya sambil mengusap air mataku dan mendekap ku dalam pangkuan nya.

"Dan seperti yang kamu lihat Rachel, aku datang untuk menikahi mu."

Kata-kata itu melelehkan hati ku sekejap.
Kata-kata yang terlihat sederhana tetapi yang di harapkan banyak wanita.
Kata-kata yang akan seakan memenuhi janji sebuah ikatan.

"So will you marry me?"
"Yes. I'll do"

Aku segera mencium bibirnya dengan menggebu-gebu.
Begitu dia sebaliknya pada ku.

Aku medaratkan bibir ini ke leher nya, sambil jemari ini meraba ke arah kancing kemejanya dan mencoba untuk melepaskan satu-satu.

to be continue

THE LUSTWhere stories live. Discover now