"Yaudah berarti kita belanja bareng-bareng ya ini? Asyikk... udah lama kan kita gak belanja rame-rame gini. Bang, siapin mobilnya gih." Kata ayah mencoba kembali mencairkan suasana.

"Eh kok abang?"

"Ya siapa? Masak ayah?"

"Biar Azka aja yah."

"Eh gue aja... loe temenin syila."

"Syila gak akan kenapa-kenapa bang." Kataku berusaha meyakinkan Syila dan keluarganya. Sebisa mungkin aku harus berusaha agar Syila tidak selalu bergantung dengan keberadaanku, apalagi saat bersama keluarganya. Aku mesti meyakinkan Syila bahwa dia aman bersama keluarganya meskipun tak bersamaku.

"Iya adek baik-baik aja kok bang." Kata Syila yang aku tau sedang meyakinkan dirinya sendiri.

Aku tersenyum sambil mengusap pelan hijab yang dipakai Syila sebelum pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil milik ayah Ihsan. Aku melihat Bang Dhia' berlari menghampiriku. Ada apa? Apa ada hal yang buruk? Tapi rasanya tidak mungkin, aku belum ada lima menit meninggalkan Syila, dan aku rasa istriku baik-baik saja bersama orang-orang yang menyayanginya, bahkan jauh sebelum aku mengenalnya.

"Kenapa bang?" Tanyaku heran.

"Enggak... gue cuma mau ngomong sama loe."

"Oh silahkan bang."

"Makasih ya..."

"Makasih untuk apa bang?"

"Semuanya. Terutama Syila. Sedari kecil dia selalu dekat denganku dan ayah, ya meskipun memang kita lebih sering berantem sih. Dan kalau Syila udah makin kesel sama gue dia pasti larinya ke Ahwas. Jauh dari Syila bukan hal yang mudah buat gue, Ahwas bahkan ayah." Kata Bang Dhia' yang masih belum aku tau kemana arah pembicaraan ini.

"Gue tau sedikit tentang loe dari Ahwas. Dari Ahwas gue tau loe bukan tipe orang yang malas untuk menuntut ilmu. Loe termasuk mahasiswa abi yang pintar, jadi rasanya gak mungkin loe gak punya ide untuk hanya sekedar menulis skripsi. Ini semua hanya alasan loe kan?" Aku memutuskan mengambil cuti memang bukan semata-mata hanya karena aku belum ada ide untuk skripsiku. Aku bahkan sudah mulai menyusun beberapa judul sebelum ini. Tapi kesembuhan Syila menjadi fokusku saat ini.

"Batalin cuti loe." Kata Bang Dhia' membuatku terkejut. Kenapa?

"Kenapa bang?"

"Gue cuma gak mau menikah dengan Syila membuat loe terhambat. Syila akan baik-baik aja. Ada gue, ayah sama bunda yang bakal jagain Syila. Loe bisa pulang seminggu sekali buat tau ketemu Syila."

"Saya gak bisa bang... Syila tanggungjawab saya saat ini dan seterusnya. Kalaupun saya melanjutkan kuliah saya, saya akan semakin tidak fokus."

"Saya membatalkan pengajuan cuti kamu Azka." Kata dr. Asyraf mengejutkan kami. Dari kapan dosen sekaligus Kaprodiku juga om dari Syila ada disini?

"Dokter Asyraf..." gumamku

"Abi?"

"Kamu harus tetap melanjutkan kuliah kamu. Hanya tinggal skripsi kan? Kamu bisa bolak balik Surabaya Malang saat konsul dengan pembimbing saja selebihnya kamu bisa disini menemani Syila. Kamu juga bisa minta bantuan saya, Ahwas atau bahkan mertuamu meskipun mereka bukan seorang dokter. Tapi mereka mumpuni untuk masalah kedokteran apalagi tentang judul yang akan kamu ajukan."

"Saya tau... sebenarnya dari beberapa bulan yang lalu kamu sudah punya pandangan mau mengangkat masalah apa untuk skripsi kamu. Lusa kamu masuk untuk awal perkuliahan sekaligus mengetahui pembagian pembimbing. Syila pasti akan jauh lebih senang kalau suaminya tetap melanjutkan perkuliahannya."

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Where stories live. Discover now