Chapter 22. Misha Hamil

40.1K 1.3K 44
                                    

"Apa maksud semua ini mas?!" Teriak Misha.

"Sudah jelas-jelas saya memintamu untuk menandatangani surat cerai itu, cepat lakukan!" Sentak Avram.

"Tidak! Aku tidak akan menandatangani surat cerai ini." Ujar Misha.

Wanita itu merobek surat cerai yang ada di tangannya, Misha tidak ingin berpisah dengan Avram. Walaupun Avram sangat membencinya Misha tidak peduli, karena yang Misha pedulikan hanyalah rasa cintanya pada Avram.

Plak!

Avram menampar Misha dengan tenaganya yang cukup kuat, sampai-sampai membuat ujung bibir Misha mengeluarkan setitik darah. Misha menangis mendapat perlakuan kasar dari orang yang dicintainya, dia pikir Avram adalah laki-laki yang tidak akan berlaku kasar pada wanita tapi ternyata pemikiran Misha salah besar.

Sedangkan Avram tidak menyangka pada dirinya sendiri yang tega menyakiti seorang wanita, baru kali ini Avram melakukannya itupun tanpa disadari olehnya.

"Misha," lirih Avram.

"Aku tahu kamu sangat membenci aku mas, tapi tolong beri aku sedikit saja harapan untuk bisa merasakan cintamu." Ujar Misha.

Avram ingin meminta maaf atas tindakannya yang menyakiti Misha, tapi Avram tidak mungkin meminta maaf pada Misha karena nantinya Misha menyangka kalau Avram memberikan harapan padanya.

"Saya akan kembali dan surat itu harus sudah ditandatangani." Ujar Avram.

Baru saja Avram ingin pergi meninggalkan Misha, tapi Avram mengurungkan niatnya karena melihat Misha jatuh pingsan di hadapannya. Avram langsung membawa Misha ke rumah sakit, dia tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu pada Misha dan dirinya yang disalahkan.

Tidak ada rasa khawatir sedikitpun dibenak Avram melihat Misha yang tidak sadarkan diri, dia hanya kasihan melihat wanita itu karena walau bagaimanapun Misha masih sah menjadi istrinya.

Niatnya Avram akan segera meninggalkan Misha setelah wanita itu sudah masuk ke dalam ruangan perawatan, hanya saja dokter memaksa Avram untuk menunggu Misha sampai wanita itu sadar. Avram merasa sangat marah dengan dokter yang memerintah seenaknya, dokter itu tidak tahu kalau Avram sedang terburu-buru untuk mencari istrinya.

"Bagaimana dok?" Tanya Avram basa-basi pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Misha.

"Tunggu sebentar pak, saya akan memeriksanya dengan dokter lain di laboratorium." Ujar sang dokter.

"Baik dok."

"Kalau gitu saya permisi pak, dan anda harus tetap menjaga istri anda sampai dia kembali sadar." Pesan dokter itu lalu pergi meninggalkan ruangan Misha meninggalkan Avram yang sudah kalang kabut ingin menonjok seseorang karena sedang emosi.

Dengan bosan Avram memainkan ponselnya sekaligus memantau orang suruhannya yang diperintahkan mencari Navya, Avram mengganti posisinya yang semula duduk menjadi terlentang di sofa yang ada di sudut ruangan Misha.

Sudah lebih dari satu jam, akhirnya Avram melihat Misha yang sudah sadarkan diri dan belum menyadari kalau Avram ada di ruangan yang sama dengannya.

"Sudah sadar?" Tanya Avram dengan dingin dan langsung mendekati Misha.

"Kamu di sini?" Tanya balik Misha yang membuat Avram bertambah emosi, bukannya menjawab pertanyaan darinya Misha malah bertanya balik pada Avram.

"Saya akan pergi kalau kamu sudah sadar."

"Tunggu!" Seru Misha mencegah Avram yang sebentar lagi sudah akan keluar dari ruangannya, dan dengan tololnya Avram mengurungkan niatnya untuk pergi meninggalkan Misha.

"Ada apa lagi?" Tanya Avram.

"Aku hanya ingin bertanya, apa kamu sudah yakin dengan keputusan kamu untuk bercerai denganku?" Tanya Misha serius.

"Ya! Kenapa tidak?"

"Aku hanya.."

"Permisi." Ucap dokter yang baru saja masuk ke dalam ruangan Misha, dan memotong pembicaraan keduanya.

"Syukur kalau ibu Misha sudah sadar, biar saya langsung jelaskan saja apa sebenarnya penyebab istri pak Avram bisa pingsan. Menurut hasil test tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan ibu Misha, justru di sini saya akan memberitahukan kabar gembira kalau sebenarnya ibu Misha positif hamil." Ujar dokter memberi penjelasan.

Misha hamil? Sial! Itu tandanya Avram tidak bisa bercerai dengan Misha, dan itu membuat Avram tidak terima dengan kehamilan wanita itu. Sedangkan Misha terkejut mendengarkan penjelasan dari dokter, dia tidak menyangka kalau dirinya akan hamil dan itu artinya tuhan memihak pada Misha untuk tidak bercerai dengan suaminya.

≠≠≠≠

Sore ini Navya sedang memandikan Bella, putrinya itu sangat senang jika bermain air dan Navya juga bisa ikut senang melihat Bella yang begitu aktif.

Saat ini Navya sudah tinggal di salah satu kontrakan yang dia tanyakan waktu itu, pemiliknya bilang kalau kontrakan yang Navya tempati saat ini adalah kontrakan satu-satunya yang baru saja kosong. Jadi Navya beruntung bila dapat tinggal di kontrakan ini, mengingat kontrakannya yang cukup besar dan harganya terjangkau.

"Selesai! Sekarang Bella pakai baju ya sayang." Ujar Navya membawa Bella ke kamar dan memakaikan baju pada bayi mungil tercintanya itu.

Setelah selesai mengganti pakaiannya dan pakaian Bella, Navya keluar membeli makanan untuk makan malamnya. Yang Navya syukuri adalah ASI nya yang lancar sehingga Navya tidak perlu lagi membeli susu formula untuk Bella, dan itu artinya Navya bisa lebih irit lagi.

"Mau kemana Navya?" Tanya tetangga kontrakannya yang bernama ibu Siti.

"Eh ini bu, saya mau cari makan."

"Oh gitu toh, tidak usah membeli makanan, biar nanti malam kamu datang ke rumah ibu ya nanti ibu sediakan makanan buat kamu. Supaya kita bisa makan malam bersama." Ujar ibu Siti yang sangat baik pada Navya semenjak dia tinggal di kontrakan itu.

"Tapi bu."

"Tidak usah menolak, lebih baik sekarang kamu masuk dan nanti malam kamu datang ya."

"Iya bu, terimakasih ya."

"Iya sama-sama."

Navya kembali ke kontrakannya, dia juga tidak boleh menolak tawaran bu Siti untuk makan malam di rumahnya. Mengingat memang Navya sedang mengirit pengeluaran sampai dia mendapatkan pekerjaan yang layak.

Navya menidurkan Bella di ranjang yang sudah disediakan pemilik kontrakan, bukan hanya ranjang yang disediakan. Melainkan ada televisi, mesin cuci, lemari pendingin, peralatan dapur, dan peralatan bersih-bersih lainnya.

"Kenapa wajah kamu mirip sekali dengan papa kamu sayang, mama jadi rindu sama papa kamu." Ucap Navya memandang wajah Bella.

Navya mencium wajah Bella dengan gemas, entah kenapa Navya ingin selalu mencium pipi Bella yang chubby itu. Karena untuk saat ini yang ada di sisinya hanya Bella, tidak ada suami yang selalu Navya tunggu kepulangannya lagi. Dan Navya yakin kalau saat ini Avram sudah bahagia bersama istrinya yang bernama Misha itu, mau tidak mau Navya harus merelakan pria yang selama ini menjadi menopang hidupnya dan Bella semasa anaknya masih di dalam kandungan.

Sekali lagi Navya memandang wajah Bella, dan kali ini Navya menangis melihat wajah anaknya yang terlihat sangat polos.

"Andai aku wanita baik-baik dan pantas untuk mu, aku tidak akan meninggalkan Pria yang aku cintai, Avram." Lirih Navya.

≠≠≠≠

Buat yang minta ditemenin malam minggunya mana niiiiih😂

Bang-satnight✌️😚

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Место, где живут истории. Откройте их для себя