Chapter 15. Ngidam

40.9K 1.3K 17
                                    

Avram berlari di sepanjang koridor rumah sakit, saat dia melihat Maya yang sedang duduk dengan gelisah didepan sebuah ruangan Avram langsung mendekatinya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?!" Tanya Avram membentak Maya.

"Saya tidak tahu tuan, saat padam listrik tadi nyonya sedang istirahat di kamarnya." Cicit Maya.

"Padam listrik?" Tanya Avram.

"Iya tuan."

Jika karena padam listrik Navya menjadi seperti ini, Avram akan pecat semua orang-orang apartemen yang lalai dalam tugasnya. Bukankah Avram sudah berpesan pada petugas apartemen untuk tidak melakukan kesalahan apapun, lagi pula listrik apartemen tidak mungkin padam karena jika dari pusat padam maka apartemennya mempunyai alat untuk tetap menghidupkan listrik.

"Anda masuk saja karena dokter sudah selesai memeriksa nyonya, tuan." Ujar Maya.

"Kenapa tidak bilang dari tadi." Kesal Avram.

Avram langsung masuk ke dalam ruangan Navya, dan dia bisa melihat Navya yang sedang menangis. Avram berjalan cepat kearah Navya lalu memeluknya dengan erat, menenangkan istrinya agar berhenti menangis.

"Jangan menangis." Ujar Avram.

"Saya tidak bisa menjaga diri dengan baik hiks." Isak Navya dipelukan Avram.

"Tidak usah memikirkan itu, yang terpenting sekarang kamu dan bayi kita baik-baik saja," ucap Avram.

"Tapi karena kebodohan saya dia hampir celaka." Ujar Navya yang tidak bisa menghentikan tangisannya.

Entah dorongan dari mana Avram mencium Navya berulang-ulang, Avram sangat tidak ingin Navya bersedih dan menangis seperti ini.

Lama-kelamaan tangis Navya mulai berhenti dan dia juga mulai tenang, tapi tiba-tiba saja Navya mendorong tubuh Avram yang masih setia memeluknya.

"Untuk apa kamu ke sini?" Tanya Navya.

"Tentu saja melihat keadaanmu." Ujar Avram.

"Lebih baik kamu pulang, bukankah ini hari bahagia mu? Saya tidak ingin istri kamu bersedih di hari pernikahannya." Lirih Navya.

"Dia akan mengerti, lagi pula saya ke sini untuk menjenguk istri saya juga." Ucap Avram.

Mendengar ucapan Avram membuat Navya beranggapan bahwa suaminya itu benar-benar nyaman dengan status beristri dua, padahal sebelumnya Navya berharap kalau Avram tidak bahagia dengan pernikahannya yang sekarang. Agar Avram lebih memilihnya daripada istrinya yang sekarang, tapi rasanya itu semua sudah mustahil bagi Navya.

"Saya juga akan mengerti kalau kamu tidak datang ke sini, ini hari bahagia mu dan mengingat bahwa saya dan anak saya tidak terlalu penting bagimu." Cetus Navya.

"Tolong jangan mulai memancing emosi saya!" Tekan Avram.

"Pergilah jika tidak ingin emosi," cetus Navya.

"Baiklah, saya akan pergi dari sini!"

Avram benar-benar pergi meninggalkan Navya di ruangan itu, tapi Avram tidak pulang ke rumahnya karena dia masih menjaga Navya diluar ruangan istrinya.

"Mbak pulang saja, biar saya yang menjaga Navya." Ucap Avram pada Maya yang masih menunggu di depan ruangan Navya.

"Kalau gitu saya pamit pulang tuan, permisi." Akhirnya Maya menuruti perintah Avram untuk pulang.

Avram terduduk lesu di kursi tunggu, dia sangat tidak bisa mengontrol emosinya jika sudah berhadapan dengan Navya. Wanita itu selalu saja membuat Avram ingin marah, dan entah kenapa juga Avram selalu khawatir dengan apa yang terjadi pada wanita itu.

Sedangkan Navya yang ada di ruangannya merasa bersalah sudah mengatakan hal yang membuat Avram emosi, Navya hanya butuh perhatian saja dari Avram maka dari itu Navya mengatakan hal yang tidak pantas ia ucapkan pada suaminya.

≠≠≠≠

"Hati-hati." Ucap Avram yang sedang menggandeng Navya untuk memasuki kamarnya.

"Sudah saya bilang, saya bisa sendiri." Ujar Navya.

"Tidak usah keras kepala Navya, tinggal ikuti saja."

Navya menghembuskan napasnya pasrah membiarkan Avram membantunya, lagi pula Navya tidak memaksa Avram untuk mengantarnya pulang dari rumah sakit. Dia sendiri yang datang, dan sebenarnya hati kecil Navya bersorak senang karena masih bisa melihat Avram setelah suaminya itu menikah lagi.

Saat sudah sampai di kamarnya Navya langsung duduk bersandar di atas ranjang, tiba-tiba saja Navya menginginkan ice cream rasa strawberry dan Avram yang membelikannya.

"Avram." Panggil Navya pada Avram yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Iya?"

"Bisa tolong belikan saya sesuatu?" Tanya Navya.

"Apa?"

"Saya ingin ice cream rasa strawberry." Ujar Navya.

Mendengar permintaan istrinya, Avram langsung menatap istrinya dengan aneh. Avram tidak tahu sebelumnya kalau Navya menyukai ice cream, tapi seingat Avram Navya sama sekali tidak menyukai ice cream macam apapun.

"Tidak mau ya," ucap Navya dengan lemas saat Avram menatapnya dengan tatapan aneh.

"Bukan begitu, tapi seingat saya kamu tidak menyukai ice cream."

"Seingat mu? Yang benar saja, kau saja hanya beberapa hari dalam sebulan bersama saya. Mana mungkin kamu tahu apa yang disukai dan apa yang tidak disukai saya, jika tidak ingin membelikannya tidak usah beralibi!" Seru Navya marah.

Navya langsung membaringkan tubuhnya membelakangi Avram, Navya sedih saat Avram tidak memenuhi keinginannya. Padahal Navya yakin kalau keinginannya ini bisa disebut masih dalam masa ngidam, tapi mungkin Avram memang tidak ingin membantu Navya memenuhi keinginan bayinya.

Avram segera keluar dari kamarnya, dia bingung dengan sikap Navya yang sering sekali marah dan membuat orang emosi. Perasaan wanita itu sangat sensitif sekali, dan sulit ditebak.

"Loh mau kemana tuan?" Tanya Maya yang kebetulan berpapasan dengan Avram.

"Saya mau membeli ice cream untuk Navya."

"Wah rupanya nyonya sedang ngidam ya tuan." Ujar Maya.

"Saya permisi."

Setelah mengucapkan itu Avram segera pergi mencari ice cream untuk Navya, setelah tiba di sebuah supermarket Avram mencari ice cream di bagian yang terletak di samping kasir. Tapi ada banyak sekali macam ice cream di situ, membuat Avram bingung harus memilih yang mana untuk istrinya.

Dari pada membuatnya bingung dan takut salah membelikan apa yang Navya mau, Avram memutuskan untuk membeli semua ice cream strawberry.

"Mas Avram." Panggil seseorang yang sudah Avram kenal suaranya.

Avram melihat Misha yang sedang berdiri di depan kasir bersiap untuk membayar semua belanjaannya, Avram memandang Misha dengan malas. Sedangkan Misha malah mendekati Avram yang masih berdiri di depan tempat ice cream.

"Bukannya mas lagi di luar kota ya, kok ada di sini?" Tanya Misha.

"Tidak usah ikut campur!" Sentak Avram.

"Lebih baik mas sekarang pulang ke rumah." Ujar Misha.

"Saya masih banyak pekerjaan."

"Apa jangan-jangan kamu bohong ya sama aku soal kamu yang pergi ke luar kota. Mas pulang sekarang atau aku bilang sama mama papa kalau kamu sebenarnya bohong." Ujar Misha mengancam Avram.

"Sial!" Maki Avram.

"Tidak usah mengumpat mas, kita baru tiga hari menikah dan kamu sudah membohongiku seperti ini." Sedih Misha.

"Tidak usah banyak bicara, ini untuk mu saja!" Avram memberikan ice cream yang ia beli kepada Misha.

"Benarkah." Ujar Misha dengan mata berbinar.

Setelah selesai melakukan membayaran, akhirnya Avram pulang bersama Misha. Melupakan Navya dan niat awalnya untuk memenuhi keinginan istrinya.

≠≠≠≠

Yuhuuu ada yang rindu tak?😂
Jangan lupa komen & vote.

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Where stories live. Discover now