Chapter 11. Kepusingan Avram

44.5K 1.4K 21
                                    

"Avram." Panggil Navya.

Avram yang memang mempunyai pendengaran tajam itu langsung terbangun saat Navya memanggilnya, Avram langsung beranjak dari sofa yang baru saja ditidurinya menuju brankar Navya.

"Kenapa?"

"Perut saya sedikit sakit, saya takut terjadi sesuatu dengan bayinya." Ujar Navya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Tahan sebentar, saya akan memanggil dokter." Ujar Avram, lalu berlari keluar dari ruangan untuk memanggil dokter.

Avram langsung menuju ruangan dokter yang menangani Navya, walaupun tidak yakin kalau dokter itu masih terjaga mengingat saat ini sudah pukul satu dini hari.

Syukurnya dokter itu masih terjaga dan sedang membuat laporan pemeriksaan para pasien, jadi Avram langsung menyuruh dokter tersebut mengecek keadaan Navya terlebih dahulu.

"Bagaimana dok?" Tanya Avram pada dokter setelah selesai memeriksa keadaan Navya.

"Tidak ada masalah dengan istri anda dan kandungannya, sakit yang di rasakan ibu Navya itu akibat terlalu sering muntah karena ketika ibu Navya muntah perutnya akan tertekan. Dan saya sudah memberikan obat pereda mual untuk istri anda, jadi sebentar lagi pasti sakitnya akan hilang." Ujar sang dokter memberi penjelasan.

"Terimakasih dok." Ucap Avram.

"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi."

"Silahkan dok."

Setelah dokter keluar, Avram mendekati Navya dan membelai perut Navya dengan sangat pelan karena takut menyakiti bayi yang ada di dalamnya. Navya merasa nyaman saat Avram membelai lembut perutnya, andai Avram selalu bersikap seperti ini pada Navya.

"Avram, kapan saya bisa keluar dari rumah sakit ini?" Tanya Navya.

"Dua hari lagi."

"Kalau begitu lebih baik kamu pulang karena saya sudah baik-baik saja, lagi pula hari pernikahan kamu sudah dekat." Ujar Navya.

"Malam ini saya akan menginap di sini, besok pagi baru saya pulang." Ucap Avram.

"Baiklah. Kalau begitu saya tidur terlebih dahulu." Navya menyingkirkan tangan Avram dari atas perutnya, lalu Navya berbalik memunggungi Avram.

Navya tidak benar-benar tidur, dia malah menangis mengingat sebentar lagi Avram tidak hanya menjadi suaminya saja. Navya tidak bisa menghentikan tangisannya, bahkan sampai tenggorokannya tercekat karena menahan isak tangisnya.

Sedangkan Avram kembali ke sofa yang ada di sudut ruangan Navya, saat mendengar ucapan Navya tadi Avram jadi ragu untuk menikah dengan Misha. Avram merasa dia tidak butuh istri lagi, dan Navya saja sudah cukup menurut Avram.

Daripada memikirkan hal yang tidak penting Avram lebih memilih tidur, karena ini sudah hampir pagi.

≠≠≠≠

Navya memandang Avram yang sedang mengelus perutnya sambil berbisik sesuatu pada bayi yang ada di dalamnya, hati Navya merasa sejuk melihat Avram yang sedang berkomunikasi dengan bayinya.

"Papa berangkat dulu ya sayang," bisik Avram pada perut istrinya, dan itu masih bisa terdengar oleh Navya.

"Saya berangkat dulu," pamit Avram.

"Hati-hati." Ujar Navya sebelum Avram keluar dari ruangannya.

Setelah Avram benar-benar sudah pergi, Navya kembali berbaring di brankar yang selama ini dia tempati. Navya sangat senang melihat sikap Avram yang akhir-akhir ini lebih perhatian pada calon anaknya, meskipun tidak dengannya.

Sedangkan di sisi lain Avram sedang mengendarai mobilnya menuju kantor, saat sudah sampai kantornya dan memasuki ruangan miliknya Avram terkejut melihat ibunya dan Misha ada di situ. Avram tidak suka melihat Misha ada di dalam ruangannya, apalagi saat ini Avram benci dengan wanita itu.

"Ada apa kalian ke sini?" Tanya Avram tidak mau berbelit-belit.

"Loh kok kamu nanya begitu sih Avram, mama dan Misha ke sini mau ngajak kamu beli cincin untuk pernikahan kalian. Pernikahan kamu sama Misha itu tinggal menghitung hari saja loh Avram, jadi kamu jangan macam-macam deh." Ujar Zoya pada anaknya.

"Tapi mama bisa membelinya bersama wanita ini, tanpa harus mengajak saya," ucap Avram menunjuk Misha dengan jari telunjuknya.

"Avram jaga sopan santun pada calon istrimu." Cetus Zoya.

"Lebih baik mama pulang karena sebentar lagi saya akan pergi meeting bersama klien saya dari luar kota," usir Avram pada Misha dan ibunya.

"Ya sudah kalau begitu, biar mama yang membeli cincin untuk pernikahan kalian." Ujar Zoya yang akhirnya mengalah.

"Kenapa tidak sejak tadi seperti itu saja." Ketus Avram.

"Iya mama akan membeli cincinnya, tapi Misha akan tetap di sini menunggu kamu bekerja sampai pulang nanti. Karena kalian harus datang ke butik untuk mencoba pakaian yang sudah mama pesan, ingat! Jangan banyak alasan Avram." Ancam Zoya pada anaknya.

Zoya pergi dari ruangan Avram, dan saat ini Avram menatap Misha dengan tatapan muak nya. Selanjutnya Avram mengambil berkas-berkas penting yang akan di bawa meeting olehnya, setelah beres Avram langsung meninggalkan Misha tanpa bicara sedikitpun.

Biar saja Misha merasa tidak enak karena perilakunya kepada wanita itu, Avram tidak peduli padanya walau dia sakit hati sekalipun.

"Selamat pagi semuanya." Sapa Avram pada rekan meeting nya kali ini.

Semua orang yang ada di ruangan itu menjawab sapaan Avram dengan baik, dan mereka memulai meeting itu dengan sangat sangat serius yang di pandu oleh Avram.

Meeting yang hampir memakan waktu satu jam itu akhirnya selesai, dan Avram segera pamit pergi dari ruang meeting itu meninggalkan semua rekan kerjanya. Avram memasuki ruang kerjanya lagi, dan dia masih melihat Misha yang sedang duduk bersantai di sofa empuk yang ada di ruangannya.

"Untuk apa kau masih ada di ruangan saya?!" Seru Avram.

"Tentu saja menunggu kamu sayang, kalau kamu tidak mau membeli cincin bersama tante Zoya dan aku. lebih baik kita pergi keluar untuk mencari udara segar, kamu juga pasti lelah selama ini terus bekerja." Ujar Misha.

"Tidak usah banyak berbicara, lebih baik kamu cepat pulang dari sini karena saya tidak sudi melihat wajah kamu!"

"Kenapa kamu selalu kasar sama aku Avram? Aku hanya ingin dekat dan kamu bisa nyaman berada di samping aku, karena aku tidak mau kamu nyaman bersama perempuan lain," ucap Misha dengan wajah kasihan.

Avram tidak menggubris perkataan Misha lagi, dia lebih memilih duduk di kursi direktur miliknya. Dan menandatangani dokumen-dokumen penting yang harus segera dia serahkan kepada kantor pusat.

"Baiklah aku akan pulang, tapi besok kamu harus mau temani aku untuk memilih gaun pengantin." Ucap Misha.

Dan Avram masih setia dalam diam, Misha yang merasa kesal dengan sikap Avram itu langsung pulang. Misha tidak akan pulang langsung ke rumahnya, karena dia ingin berkunjung ke rumah Avram terlebih dahulu untuk mengadukan sikap Avram yang tidak baik padanya.

Setelah Misha sudah benar-benar pergi, barulah Avram bisa bernapas lega karena tidak ada lagi wanita itu di dekatnya.

≠≠≠≠

Amburadul akibat ngetik malem sambil lelenggutan alias ngantuk😁

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Where stories live. Discover now