Chapter 03. Kesepakatan

54.5K 1.6K 13
                                    

Sudah beberapa hari ini Navya mengurung dirinya di rumah, Navya sedang tidak ingin keluar dan bertemu dengan orang-orang di luaran sana. Yang Navya lakukan hanya diam dan menangis, sampai hidungnya memerah dan matanya membengkak.

Navya merapikan rambutnya saat mendengar pintu rumah di ketuk dari luar, dia beranjak dari kamarnya dan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya.

Saat membuka pintu rumahnya, Navya terkejut melihat pria yang tempo hari tidur bersamanya di club' terkutuk itu. Navya segera menutup kembali pintu rumahnya, tapi pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya bersama dua orang yang tiga hari lalu datang menagih hutang ayahnya.

"Apa anda sudah menyiapkan uang untuk membayar hutang-hutang ayah mu?" Tanya salah seorang penagih hutang yang datang tiga hari yang lalu.

"S-sudah, saya akan mengambil uangnya," ujar Navya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang yang dia miliki dari hasil menjadi pelacur satu malamnya.

Navya mengambil uang itu yang dia simpan di bawah bantalnya, Navya harap uang yang dia punya cukup untuk membayar semua hutang-hutang itu. Navya kembali keluar dari kamar untuk menemui orang-orang tadi, tapi saat Navya keluar tidak ada siapa-siapa kecuali laki-laki yang ia ingat bernama Avram.

"Berapa uang yang kau punya untuk membayar hutang-hutang ayah mu?" Tanya Avram.

"Apa urusannya dengan mu? Saya mempunyai hutang dengan mereka yang tadi ada di sini, bukan dengan anda," ujar Navya.

"Dan mereka adalah anak buah saya, jadi saya berhak untuk mempunyai urusan dengan mu!"

Mendengar ucapan Avram membuat Navya terkejut, jadi ini boss dari orang-orang yang menagih hutang ayahnya itu. Bagaimana mungkin Navya mampu meminta keringanan kepada Avram, sedangkan dirinya baru saja tidur dengan laki-laki itu dan di bayar mahal olehnya.

"S-saya tidak tahu kalau kamu boss dari orang-orang tadi, dan maaf saya hanya mempunyai uang segini untuk membayar hutang-hutang ayah saya. Saya janji akan melunasinya tapi tidak sekarang." Ucap Navya seraya memberikan uang itu kepada Avram.

Avram tidak menerima uang yang di berikan oleh Navya, laki-laki itu malah sibuk memperhatikan wajah dan seluruh tubuh Navya. Avram tersenyum sinis, dia mempunyai rencana untuk membantu wanita yang ada di hadapannya membayar hutang. Bukan hanya wanita itu saja yang terbantu, melainkan dirinya juga terbantu karena tidak perlu menahan hasratnya yang setiap waktu datang.

"Kau benar-benar ingin melunasi hutang ayah mu?" Tanya Avram dengan raut wajah serius.

"Iya saya sangat ingin melunasinya," ujar Navya.

"Saya punya tawaran yang menarik untuk kamu, semua hutang-hutang ayahmu akan terlunasi jika kamu mau menikah dengan saya. Bagaimana?" Tawar Avram.

Menikah? Bahkan Navya tidak pernah berpikir jauh sampai ke sana.

"T-tapi saya masih sangat muda untuk menikah," ucap Navya.

"Masih sangat muda? Lalu apa yang kau lakukan malam itu di sebuah club'? Melayani laki-laki yang saat ini ada di hadapan mu sendiri?" Sindir Avram.

Seluruh tubuh Navya mulai gemetar saat Avram mengungkit malam itu, Navya menundukkan kepalanya tidak mau memandang mata Avram yang sedang menatapnya tajam. Kaki Navya melangkah mundur saat Avram mulai mendekatinya, saat kaki Navya membentur kursi miliknya dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Avram sudah mencengkeram lengannya.

"Menikah dengan saya, atau kembali menjadi pelacur!!" Bisik Avram dengan penuh ancaman.

"Iya, s-saya mau menikah dengan anda." Ujar Navya dengan penuh keterpaksaan.

"Bagus." Avram melepaskan cengkeramannya pada lengan Navya, sebelum pergi laki-laki itu mengatakan kalau dirinya akan kembali menemui Navya untuk merencanakan pernikahan mereka.

Setelah itu Avram pergi meninggalkan kediaman Navya, sedangkan Navya masih tidak menyangka dengan jawabannya yang mau menikah dengan Avram begitu saja. Navya tidak mungkin bisa menarik kata-katanya lagi jika sudah bersangkutan dengan Avram, dan saat ini Navya terus menyalahkan dirinya sendiri atas kebodohan yang dilakukannya.

"Apa yang aku lakukan, astaga kenapa aku ceroboh sekali." Lirih Navya.

≠≠≠≠

"Dari mana saja kamu Avram? Kenapa beberapa hari ini kamu tidak pulang?" Tanya Zoya, ibu Avram.

"Sibuk ma."

"Selalu itu alasan kamu," ujar Zoya.

Avram tidak menghiraukan ibunya, dia tetap berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Avram membanting tubuhnya di atas ranjang miliknya, rasanya Avram sedikit malas jika harus pulang ke rumah ini. Karena ibunya akan selalu meneror Avram dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan, padahal Avram belum ingin menikah apalagi saat ini usianya masih tergolong muda.

Lain dengan keinginannya menjadikan Navya sebagai istrinya, Avram memang akan menikahi Navya tapi tidak untuk di publikasikan. Karena yang Avram inginkan hanya wanita yang siap melayaninya kapan saja, bukan menjadi istri yang akan Avram kenalkan pada kedua orang tuanya.

Saat ini Avram sedang memikirkan bagaimana caranya agar Navya bisa bisa tinggal dengan dirinya setelah menikah nanti, dan Avram baru mengingat kalau dia punya apartemen yang jarang di kunjungi nya.

"Kenapa tidak terpikir sejak tadi bodoh!" Seru Avram kesal.

Avram mulai menghubungi asistennya untuk mengatur semua keperluan pernikahannya dengan Navya, dia tidak mau kalau sampai keluarganya mengetahui rencana pernikahan ini. Maka dari itu Avram akan mengadakan pernikahannya jauh dari kediaman orang tuanya, dan bila perlu Avram akan memilih salah satu kota untuk di jadikan tempat pemberkatannya.

"Avram!" Seru Zoya dari lantai bawah.

Astaga baru saja Avram ingin memejamkan matanya, ibunya sudah terlebih dahulu mengganggu. Dengan malas Avram keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan pakaian kantornya, saat sampai di ruang tamu Avram bisa melihat ada seorang wanita yang terlihat seumuran dengannya. Bersama dengan orang tuanya, Avram memandang mereka dengan tatapan seolah-olah tidak peduli.

"Kenapa ma?" Tanya Avram.

"Duduk dulu sayang, kenalin namanya Misha Amelie. Dia yang akan menjadi istri kamu nantinya," ujar Zoya.

Zoya memperkenalkan Avram dengan wanita yang terlihat seumuran dengan Avram itu, dan Avram langsung memandang wanita yang bernama Misha. Menurut Avram tidak ada yang spesial dari wanita itu, lain saat dirinya memandang Navya.

"Istri? Saya sudah bilang kalau saya belum ingin menikah ma," ujar Avram di depan semua orang yang ada di ruangan itu.

"Ini sudah keputusan mama dan papa Avram, jika kamu ingin menolaknya silahkan kamu berbicara sendiri dengan papa mu yang beberapa hari lagi akan pulang." Ujar Zoya final.

Avram memandang Misha sekali lagi, lalu pergi meninggalkan mereka yang sedang berkumpul di ruang tamu rumahnya. Mereka pikir Avram adalah anak kecil yang hidupnya selalu diatur oleh orang tuanya.

Percuma jika semua sudah menjadi keputusan ayahnya, tidak akan ada yang bisa diubah.

≠≠≠≠

Hi👋
Jangan lupa komen & vote🖤

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Место, где живут истории. Откройте их для себя