Chapter 06. Sikap Avram

48.2K 1.6K 19
                                    

Pagi ini Navya terbangun dengan tubuh polosnya yang tertutupi oleh selimut tebal, sedangkan di sampingnya ada Avram yang masih setia mendengkur dengan halus. Melihat Avram yang masih tertidur Navya langsung bangkit menuju kamar mandi, dan membersikan dirinya.

"Selamat pagi nyonya," sapa Maya yang sedang membersihkan ruang tamu.

"Pagi mbak."

Navya menuju dapur dan Navya melihat belum ada sarapan di meja makan, karena dia kemarin berpesan kepada Maya untuk tidak memasakkan sarapan. Karena pagi ini Navya akan menyiapkan sarapannya sendiri, dan ingin uji coba bagaimana rasa masakan pertama yang Navya masak pagi ini.

Pertama-tama yang Navya lakukan adalah menyiapkan bahan-bahannya, setelah siap Navya langsung menyiapkan peralatan masaknya juga. Navya harus mengingatkan ucapan Maya tempo hari yang mengajarinya memasak, supaya rasa masakannya bisa seenak masakan Maya yang biasa Navya makan.

Setelah selesai memotong dan mengolah bahannya, Navya langsung memulai acara masaknya. Untuk percobaan pertama Navya memilih memasak nasi goreng, karena membuat nasi goreng mudah dan praktis.

"Api nya jangan terlalu besar nyonya," ujar Maya yang baru saja datang.

"Oh iya, saya lupa mbak hehe."

"Biar saya yang melanjutkannya nyonya, saya takut kalau tuan Avram bangun," ucap Maya.

"Tidak apa-apa mbak, lagi pula suami saya tidak mungkin melarang saya untuk memasak." Ujar Navya.

"Tapi ini sudah menjadi tugas saya nyonya."

"Biarkan mbak Maya yang melakukannya, kamu ikut saya ke kamar." Ujar Avram yang tiba-tiba saja muncul dari belakang.

Mau tidak mau Navya menuruti perintah Avram dan langsung masuk ke kamarnya kembali bersama Avram, Navya haru berpikir jernih mungkin Avram membutuhkannya untuk membantu sesuatu.

"Tolong pakaian dasi ini," Avram memberikan dasi berwarna hitam dengan dua garis putih itu kepada Navya.

Navya pun memakaikan dasi itu ke leher Avram dengan sedikit mendongak, karena Avram sedikit tinggi darinya.

"Sudah." Ucap Navya.

Baru saja Navya ingin keluar dari kamarnya, Avram sudah mendudukkan Navya di pangkuannya. Tampa basa-basi lagi Avram mengecup bagian leher Navya yang menurutnya sangat harum menggoda, Avram memberikan banyak tanda-tanda merah di leher Navya. Sedangkan Navya tidak mampu menolak sentuhan dari Avram, karena tubuhnya juga menginginkan lebih jika sudah seperti ini.

"Avram kau harus berangkat ke kantor," lirih Navya dengan desahannya.

Mendengar ucapan Navya membuat Avram berhenti dari kegiatannya, andai saja pagi ini Avram tidak ada meeting penting pasti Navya sudah habis mendesah di bawahnya.

"Saya pergi." Pamit Avram.

"Avram tunggu, malam ini kamu pulang atau tidak?" Tanya Navya.

"Sudah saya katakan tidak usah menanyakan hal itu! Nanti saya akan kabari."

Setelah itu Avram menghilang dari pandangan Navya karena laki-laki itu sudah keluar dari kamarnya, Navya menghembuskan napasnya lelah. Jika rumah tangganya dengan Avram selalu seperti ini bagaimana nanti ke dapan nya, Navya berharap agar Avram cepat-cepat menemukan wanita yang di cintainya agar pernikahan ini cepat berakhir.

Navya memutuskan untuk kembali keluar, saat dia keluar rupanya Maya sudah selesai membuat sarapannya. Karena sudah sangat lapar Navya langsung memakan sarapan itu, dan rasanya sungguh sangat enak.

"Eh nyonya, kirain saya nyonya masih di dalam kamar." Ucap Maya yang baru melihat Navya sedang sarapan.

"Suami saya sudah berangkat kerja mbak, jadi saya langsung sarapan aja deh oh iya ini nasi gorengnya enak banget loh mbak." Ujar Navya.

"Syukurlah kalau masakan saya enak, silahkan di lanjutkan nyonya. Saya pamit karena masih banyak pekerjaan yang belum di selesaikan." Pamit Maya.

"Iya mbak, makasih ya nasi gorengnya."

"Iya nyonya."

Navya melanjutkan sarapannya, setelah selesai Navya kembali ke kamarnya. Karena Navya tidak punya tempat untuk bersantai, selain kamar dan dapur.

≠≠≠≠

Setelah mengadakan meeting penting dengan kliennya, Avram langsung pergi meninggalkan kantor. Tadi sebelum Avram masuk ke dalam ruangan meeting, ibunya menghubungi Avram untuk segera pulang karena ada yang harus di bicarakan. Sebenarnya Avram tidak ingin pulang, tapi jika sudah ayahnya yang berbicara Avram tidak bisa menolaknya.

"Arya, tolong urus kantor hari ini."

"Baik pak Avram."

Avram mengendarai mobilnya sendiri menuju rumah orang tuanya, dalam beberapa menit Avram sudah sampai di tempat tujuannya. Sudah Avram duga kalau ibunya sangat berniat menikahkannya dengan wanita bernama Misha itu, buktinya saat Avram masuk ke dalam rumahnya ada Misha dan keluarganya yang sedang berbincang dengan kedua orang tuanya.

"Sini duduk sayang," ujar Zoya saat melihat anak laki-laki pulang ke rumah.

Avram duduk di samping ayahnya yang bernama Zidan, dengan wajah datarnya Avram menatap Misha yang sedang menatapnya juga. Sungguh Avram sangat tidak habis pikir dengan pemikiran orang tuanya, dirinya sudah dewasa jadi Avram berhak memilih pilihannya sendiri.

"Dua bulan lagi akan di adakan acara pernikahan untuk Misha dan Avram, tidak ada acara lamaran dan tidak ada juga acara pertunangan." Ujar Zidan, ayah Avram.

"Maksud papa apa? Saya sudah dewasa dan saya berhak memilih calon istri sendiri, saya tidak suka dengan wanita itu." Ucap Avram begitu tajam.

"Ini sudah menjadi keputusan papa Avram, mau tidak mau kamu harus mematuhinya." Ujar Zidan.

"Terserah! Jangan salahkan saya kalau wanita itu akan tersakiti!" Avram pergi meninggalkan mereka, dia lebih memilih masuk ke dalam kamarnya.

Di kamarnya Avram tidak diam saja, dia membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Avram tidak memikirkan tentang ucapan ayahnya, kerena menikah dengan Misha ataupun tidak Avram tidak peduli. Tinggal Avram lihat saja, siapa yang paling bisa memuaskannya antara Navya dan Misha.

Membicarakan soal Navya, Avram jadi teringat dengan wanita yang menjadi istri simpanannya itu. Avram sebenarnya tidak berniat kasar dan datar kepada Navya, hanya saja Avram tidak mau terjebak dalam rasa yang tidak di inginkan nya.

≠≠≠≠

"Mau kemana kamu Avram?!"

"Keluar sebentar pa."

"Selama dua bulan ke depan papa akan meminta bodyguard untuk mengawasi kamu, jadi kamu jangan macam-macam!" Ujar Zidan.

"Apa-apaan ini pa? Saya tidak suka dengan peraturan seperti ini!" Seru Avram tidak terima.

Avram pergi begitu saja kesal dengan ayahnya yang bertindak sesuka hatinya, ingin rasanya Avram menghantam wajah ayahnya yang menjengkelkan. Untung saja Avram masih takut dengan dosa, kalau tidak, ayahnya sudah habis di tangannya.

"Untuk apa kalian mengikuti saya?!" Seru Avram pada bodyguard ayahnya.

"Saya harus mengawasi anda den Avram," ucap salah satu dari enam bodyguard tersebut.

"Ck, tidak usah!"

Avram langsung mengemudikan kendaraannya keluar dari halaman rumah orang tuanya, emosi Avram kembali muncul saat melihat para bodyguard ayahnya tetap mengikutinya.

≠≠≠≠

Lapak sepi amat ya🤨
Jangan lupa komen & vote sayang😄

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Where stories live. Discover now