Chapter 20. Welcome Baby Girl

41.6K 1.4K 13
                                    

Avram membanting tubuh Misha di atas ranjang, Avram sangat tidak suka dengan sifat Misha yang tidak baik kepada para karyawan di kantornya.

Meskipun Avram orang yang dingin dan irit bicara kepada semua karyawannya, tapi dia tidak pernah melakukan hal sombong seperti apa yang dilakukan Misha tadi saat di kantornya.

"Jangan sekali-kali lagi kau datang ke kantor saya, apalagi sampai menjadi buah bibir para karyawan seperti tadi!" Sentak Avram.

Misha yang biasanya akan melawan kini hanya bisa terdiam ketakutan, melihat mata Avram yang terus menatapnya tajam bak ujung tombak yang sangat mematikan.

"Dan satu lagi! Tidak usah mengadu apa-apa tentang pernikahan sialan ini pada keluarga saya! Cukup urus diri mu sendiri agar bisa tetap bertahan hidup." Ancam Avram, lalu pergi meninggalkan Misha begitu saja.

Avram mengendarai mobilnya menuju rumah Rian, dia akan memenangkan dirinya di rumah temannya itu. Avram tidak mungkin memukul atau menyiksa Misha walaupun dia sangat benci dengan wanita itu, karena Avram sadar dia pria dan tidak mungkin melakukan kekerasan kepada wanita.

Mobil Avram sudah masuk ke halaman rumah Rian, dia langsung saja masuk ke dalam rumah sahabatnya itu tanpa permisi. Avram duduk di samping Rian yang sedang bersantai sambil memainkan ponselnya.

"Eh bangsat!" Umpat Rian terperangah dengan datangnya Avram.

"Santai dong." Ujar Avram.

"Tumben sekali kau berkunjung? Pasti sedang ada masalah." Tebak Rian.

"Hanya sedikit." Ujar Avram.

"Masalah dengan istri pertama mu yang sempat jadi pelacur di tempatku, huh?"

"Jaga bicaramu Rian!" Seru Avram tidak suka.

"Tidak usah tersinggung Avram, karena itu memang kenyataannya." Ucap Rian.

Avram tidak mendengarkan kata-kata Rian selanjutnya, dia lebih memilih tidur di sebelah sahabat brengseknya itu. Entah kenapa Avram merasa tidak terima mendengar ucapan Rian yang seperti menghina Navya tadi, walaupun memang itu kenyataannya tapi Avram tetap tidak suka.

"Bagaimana rasanya mempunyai dua istri?" Tanya Rian.

"Biasa saja." Saut Avram.

"Bukankah nikmat mempunyai dua lubang yang siap dimasuki kapan saja? Andai saja aku bisa seperti mu." Ujar Rian dengan wajah menjijikkannya.

"Jika kau ingin, lakukan saja. Lagi pula kamu punya kuasa atas wanita-wanita malam yang bekerja di tempat usaha mu." Ucap Avram dengan enteng.

"Ya kau benar, aku bisa melakukan apapun dengan wanita-wanita itu bahkan lebih dari apa yang kau lakukan. Tapi sayangnya aku tidak akan pernah bisa mengkhianati Jeana istriku, meskipun aku pria brengsek Jeana masih bisa memperlakukan aku dengan sikap tulusnya. Bahkan dia memberikan aku banyak sekali rasa cinta, sampai aku tahu bagaimana arti cinta itu sendiri." Curahan hati seorang Rian brengsek.

Avram merasa tertegun mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rian, dia tidak menyangka kalau Rian memang benar-benar pria setia kalau menyangkut soal cinta.

"Sebenarnya aku salut mempunyai sahabat seperti mu, hanya saja aku gengsi mengatakannya. Bagaimana kabar Jeana saat ini?" Tanya Avram.

"Belum ada perubahan, aku harap Jeana segera sadar karena ada yang harus dia jaga selain aku. Yaitu bayi yang ada di dalam rahimnya." Ujar Rian.

"Aku yakin cepat atau lambat istri kamu akan segera sadar," ucap Avram memberi semangat untuk Rian.

Kali ini Avram bisa melihat dari mata Rian kalau pria itu benar-benar menunggu saat di mana istrinya sadar, padahal dokter sudah mengatakan kalau harapan Jeana hidup sangatlah sedikit. Dan saat itu Rian sangat kecewa dan marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Jeana dengan baik, andai saja Jeana tidak menyelamatkan Rian yang hampir tertabrak mobil waktu itu. Mungkin saat ini mereka sedang bahagia menunggu buah hati yang sebentar lagi akan lahir, tapi Tuhan berkehendak lain yang mengharuskan Jeana terkapar di rumah sakit sampai saat ini.

"Lebih baik kau pulang, sekarang waktunya aku menjenguk istri tercintaku." Usir Rian.

"Astaga padahal aku belum sempat tidur di rumahmu." Ujar Avram.

"Tidak boleh, aku takut kau mencuri barang-barang berharga milikku."

"Sialan kau Rian!" Seru Avram.

Rian hanya tertawa melihat tingkah Avram yang gampang sekali tersinggung.

Avram segera pergi dari rumah Rian, dia tahu kalau Rian hanya bergurau saja. Dia juga menanggapinya dengan gurauan, jadi tidak ada dendam diantara keduanya.

≠≠≠≠

Navya menatap haru putri kecil yang ada di dekapannya, Navya sama sekali tidak menyangka kalau saat ini dia sudah sah menjadi seorang ibu.

Sekarang Navya tahu bagaimana perjuangan seorang ibu untuk melahirkan buah hatinya, karena Navya sudah merasakannya sendiri rasa sakit yang luar biasa saat melahirkan.

"Dia sangat mirip dengan tuan Avram," ujar Maya.

"Iya, putriku sangat cantik." Ucap Navya bangga.

"Selamat atas kelahiran putri mu, apa kamu sudah menyiapkan nama untuknya?" Tanya Maya.

"Sudah."

"Siapa?!" Seru Maya sangat penasaran.

"Nabella Anelka."

"Nama yang sangat indah, aku harap dia akan tumbuh menjadi wanita yang beruntung dan berguna bagi siapa saja." Ujar Maya.

"Aku juga berharap seperti itu mbak." Ucap Navya.

"Semoga harapan kita terwujud, kalau gitu mbak tinggal pulang dulu ya. Kasihan suami dan anak mbak di rumah, nanti malam mbak ke sini lagi." Pamit Maya.

"Iya mbak, hati-hati."

Sepeninggal Maya dari ruang rawatnya, Navya kembali memperhatikan wajah putrinya yang sangat menggemaskan. Navya mengakui kalau wajah Bella sangat mirip dengan ayahnya, dan itu membuat Navya sedikit terusik karena terus terbayang pria yang sampai saat ini masih menjadi suaminya.

"Bella sayang, anak mama yang paling cantik." Ucap Navya dengan gemas sambil menciumi wajah putrinya.

Tiba-tiba saja pintu ruangan Navya terbuka dan masuklah seorang dokter yang membantunya melahirkan tadi, Navya tersenyum saat melihat dokter itu masuk dengan perawat dan membawa peralatan medis untuk Bella. Sebelumnya dokter sudah mengatakan kalau Bella akan diimunisasi kekebalan daya tahan tubuh, jadi saat ini Navya harus rela jika nantinya Bella akan menangis saat disuntik.

"Apa ASI ibu sudah keluar?" Tanya sang dokter.

"Tidak tahu dok, tapi rasanya payudara saya sangat sakit." Ujar Navya.

"Tidak apa-apa bu karena itu wajar dirasakan wanita yang baru saja melahirkan. Sekarang boleh kita imunisasi langsung anaknya?" Tanya dokter sebelum bertindak.

"Silahkan dok."

Dokter mengambil Bella dari gendongan Navya, dan perawat sudah mulai mempersiapkan jarum suntik untuk Bella. Navya tidak tega melihat anaknya yang sebentar lagi akan disuntikkan antibiotik untuk daya tahan tubuhnya, dan dengan cepat dokter menyuntikkan cairan antibiotik itu pada tubuh Bella.

Seketika tangis Bella pecah dan dokter segera memberikan Bella kembali pada Navya untuk segera diberi ASI, dan saat sudah meminum ASI Navya barulah Bella bisa tenang.

≠≠≠≠

Sorry telat.
Mau up dari tadi siang tapi salah satu ceritaku hilang, jadi panik dan tidak terkondisikan hehehe😂

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum