Chapter 25. Semprotan Jeana

39K 1.3K 10
                                    

Jangan lupa follow😚
Maaf banyak typo, tapi yang jelas HAPPY READING😍

Misha hanya bisa memandang Avram yang tidak peduli padanya, suaminya itu tidak pernah menanyakan keadaan Misha sama sekali. Bahkan Avram tidak bertanya keadaan bayinya, baik-baik sajakah atau tidak.

Jika Avram yang menjaga Misha, pasti kerjaan pria itu hanya berkutat dengan ponsel dan laptopnya. Semakin lama Misha tidak terima dengan sikap Avram yang selalu mengabaikannya seperti ini, Misha hanya ingin diperhatikan seperti istri-istri lain yang diperhatikan oleh suaminya.

"Mas Avram." Panggil Misha.

"Hmm."

"Bisa tolong antar aku ke toilet sebentar?" Ujar Misha.

"Tunggu." Ucap Avram lalu keluar dari ruangan Misha untuk mencari perawat.

Tidak berapa lama Avram kembali ke ruangan Misha bersama perawat yang dia bawa, Misha memandang Avram bingung. Untuk apa Avram membawa perawat, padahal Misha hanya ingin Avram membantunya ke toilet saja.

"Mari bu saya antar ke toilet." Ujar perawat tersebut.

Misha dibantu oleh perawat untuk pergi ke toilet, setelah selesai Misha kembali ke brankar-nya masih dibantu oleh perawat.

"Terimakasih sus." Ucap Misha.

"Iya bu, kalau gitu saya permisi." Ujar sang perawat, lalu pergi meninggalkan ruangan Misha.

Misha melihat kearah Avram yang sedang bermain ponsel, apa salahnya dia membantu Misha ke toilet sebentar. Bukannya malah mencari perawat dan menyuruhnya mengantar Misha, toh mengantar ke toilet tidak sampai menghabiskan waktu berjam-jam.

Segitu tidak maunya kah Avram dekat dengan Misha? Misha tidak mengerti bagaimana pemikiran Avram, yang jelas sekarang Misha sudah benar-benar lelah dengan Avram.

Baru saja Misha ingin memejamkan matanya untuk beristirahat, dia mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu tertutup. Saat melihat sofa yang tadi ditempati Avram ternyata kosong, Misha sudah bisa menebaknya kalau Avram pergi dan tidak ingin menjaganya.

Sedangkan di sisi lain, Avram sedang mengendarai mobilnya menuju tempat Rian. Sudah lama rasanya Avram tidak mengunjungi temannya itu, dan sudah lama juga Avram tidak bercerita banyak dengan Rian.

Saat tiba di halaman rumah Rian, Avram segera mengetuk pintu yang tidak biasanya tertutup itu. Dan tidak berapa lama, Rian muncul dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.

"Wah ku kira bukan kau yang datang, silahkan masuk tuan Avram yang terhormat." Ujar Rian saat melihat Avram yang bertamu di rumahnya.

"Thanks." Singkat Avram, lalu masuk begitu saja mendahului sang empunya rumah.

Avram segera mendudukkan dirinya di sofa yang biasa dia dan Rian tempati, diikuti oleh Rian yang duduk di samping Avram. Rian terus memperhatikan Avram yang sepertinya datang hanya untuk menumpang duduk saja, Rian heran dengan Avram yang selalu datang dengan banyaknya masalah. Padahal kehidupan Avram sudah sangat tenang, dan menyenangkan.

"Kenapa lagi?" Tanya Rian.

"Aku bingung, aku sudah melepaskan Navya dan membiarkannya pergi dari hidupku. Tapi rasanya sekarang aku benar-benar merindukannya, dan ingin dia kembali padaku." Ujar Avram.

"Kau terlalu sombong dan egois Avram, sikapmu itu tidak pernah hilang dari kita masih sama-sama duduk di bangku SMA. Kamu sering melukai hati wanita termasuk Navya, istrimu sendiri." Ucap Rian.

"Tapi aku tidak merasa menyakitinya." Ujar Avram tidak terima dengan ucapan Rian.

"Kau memang tidak merasakannya, tapi hati seorang wanita pasti sangat tersiksa. Belum juga sembuh luka hati yang disebabkan oleh ucapan mu, dia semakin merasa terluka lagi saat kau mengatakan ingin menikah dengan wanita lain. Di mana otak mu Avram!" Seru seorang wanita hamil yang baru saja turun dari lantai dua rumah Rian.

Avram langsung memandang wanita itu, dan Avram begitu terkejut saat melihat istri Rian yang sudah sadar dari koma nya. Sedangkan Rian segera menghampiri istrinya untuk duduk bersama dirinya, dan juga Avram.

"Jeana." Ujar Avram.

"Apa kabar?" Tanya Jeana pada Avram.

"Baik." Singkat Avram.

"Benar apa kata Rian, sikap sombong dan egois mu harus kau buang jauh-jauh. Kita sudah saling mengenal sejak lama bukan? Kenapa kamu masih belum bisa memahami isi hatimu sendiri Avram." Ujar Jeana.

"Aku tidak tahu harus bagaimana." Lirih Avram.

"Ini semua salah dirimu sendiri, siapa suruh mempunyai istri dua." Cetus Rian.

"Sayang jaga bicaramu." Bisik Jeana sambil nonjok perut suaminya itu.

"Aku sudah berniat menceraikan Misha, tapi dia malah hamil. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan diluar sana anakku bersama Navya sudah lahir. Tapi bahkan aku tidak tahu seperti apa wajah anakku, apa aku pria bajingan?"

Jeana yang mendengar cerita rumah tangga Avram itu menjadi terharu, bukan dengan keadaan Avram saat ini. Tapi dengan istri yang melahirkan dan membesarkan anaknya sendirian di luaran sana, sungguh Avram bajingan brengsek!!

"Kau tega menelantarkan anak dan istrimu di luaran sana, kau benar-benar bajingan Avram!" Seru Jeana marah.

"Uust kau harus tenang sayang." Ucap Rian menenangkan istrinya.

"Kau bodoh Avram! Kau tidak sadar bahwa kamu sudah mencintai istrimu! Pergi dari sini sialan!" Usir Jeana.

Rian langsung membawa Jeana kembali ke kamarnya, dan setelah menengah istrinya dia kembali turun untuk menemui Avram.

"Lebih baik kau pulang, maafkan ucapan istriku. Wanita hamil memang suka terbawa perasaan." Ucap Rian.

"Aku pulang." Ujar Avram, dan langsung pergi meninggalkan kediaman Rian.

Avram kembali pulang ke apartemennya, dan sepanjang perjalanan Avram selalu memikirkan ucapan Jeana tadi. Rasanya tidak mungkin kalau dirinya mencintai wanita seperti Navya, tidak ada yang spesial di dalam diri wanita itu. Tapi entah kenapa Avram sudah tidak sanggup lagi berjauhan dengan Navya, Avram ingin mencari wanita itu dan membawanya pulang.

Sesampainya dikamar apartemen, Avram segera membanting tubuhnya di atas ranjang. Bukan untuk tidur, tapi untuk merenungi ucapan Jeana dan Rian.

Jika memang sifat sombong dan egois Avram yang membuatnya tidak peka, maka Avram akan membuang jauh-jauh kedua sifat itu dari dirinya. Karena jauh di dalam hatinya Avram juga ingin merasakan cinta yang sesungguhnya, bukan cinta karena memandang apa yang Avram punya saat ini.

Avram ingin segera bertemu Navya dan juga anaknya, Avram tidak peduli lagi dengan status pernikahannya dengan Navya yang harus terbongkar. Karena sepintar-pintarnya orang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga baunya.

Setelah banyak berpikir akhirnya Avram sadar, kalau saat ini bukan waktunya untuk bersantai. Avram harus ikut mencari Navya, dan tidak boleh terus mengandalkan orang suruhannya saja.

"Aku janji akan segera menemukan kamu Navya, tolong tunggu aku sebentar lagi."

Sebelum memulai pencariannya, Avram terlebih dahulu membereskan dan membersihkan apartemennya. Dia tidak mau apartemen ini kotor saat Navya kembali padanya, Avram ingin tempat tinggal yang baik untuk istri dan anaknya.

≠≠≠≠

Yeay😍
Bisa update kayak biasanya lagi guys😚
Jangan lupa komen & vote🖤

Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz