Chapter 05. Asing

50.2K 1.6K 16
                                    

Hari ini Avram sedang sibuk di kantornya karena ada banyak projects baru yang harus ia tangani, belum lagi Avram sedang pusing dengan ibunya yang selalu saja menyuruhnya pulang ke rumah. Memang beberapa hari ini Avram tidak pulang ke rumahnya, dia lebih memilih lembur di kantor dan menginap di kantornya juga.

Jadi untuk beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan Avram akan jarang pulang ke rumah orang tuanya, bahkan semenjak dia membawa Navya pindah ke apartemennya sampai sekarang Avram belum pernah mengunjungi istrinya lagi. Di saat masa-masa sibuk seperti sekarang Avram tidak membutuhkan Navya, tapi nanti setelah ia menyelesaikan semua projects pasti yang sangat Avram butuhkan adalah Navya.

Bunyi ponsel mengganggu pendengaran Avram yang sedang sibuk membaca berkas-berkas pentingnya, saat deringan pertama berhenti beberapa detik kemudian deringan selanjutnya berbunyi lagi. Dengan kesal Avram mematikan ponselnya, dan melanjutkan pekerjaannya yang masih menggunung.

"Permisi pak," ucap seorang karyawan laki-laki yang masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa?" Tanya Avram.

"Ada seorang wanita yang mencari anda di luar."

"Suruh dia masuk," ujar Avram.

Avram sudah mulai emosi saat karyawan tadi mengatakan ada wanita yang mencarinya di luar, Avram yakin kalau yang datang mencarinya adalah Navya. Padahal Avram sudah berpesan pada wanita itu untuk tidak pergi kemana-mana, apalagi berkunjung ke kantornya.

Saat pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok wanita yang mencarinya, Avram langsung menatap wanita itu dengan tatapan tidak sukanya. Tebakan Avram kali ini salah, karena yang datang mengunjunginya bukan Navya melainkan Misha.

"Selamat siang mas Avram," ucap wanita itu dengan nada suara yang menjijikkan.

"Untuk apa kau datang kesini?!"

"Aku membawakan makan siang untukmu, kata tante Zoya kamu orangnya lupa makan kalau sedang sibuk."

"Tidak usah mencari perhatian, saya tegaskan sekali lagi padamu! Saya tidak suka apalagi tertarik dengan mu!" Ujar Avram dengan penuh penekanan.

"Kau yakin? Bagaimana kalau seperti ini?" Ucap Misha dengan menyimpan makanan yang ia bawa di meja kerja Avram, dan membuka kancing bajunya satu persatu.

"Kau pikir saya tertarik dengan tubuh jalang mu itu? Jangan samakan saya dengan laki-laki yang biasa meniduri mu dengan senang hati, karena saya tidak sudi memakai barang bekas seperti mu!"

"Tapi aku bukan pelacur atau jalang seperti yang kau ucapkan! Aku wanita baik-baik dan masih gadis!" Seru Misha tidak terima dengan perkataan Avram.

"Jalang atau bukan itu urusan mu, tapi yang jelas melihat dari tingkah laku mu sama dengan wanita murahan, dan saya tidak sudi melihatnya." Ujar Avram tajam.

Misha yang terus dipojokkan oleh Avram langsung pergi dari ruangan itu, sedangkan Avram membuang napasnya lega melihat wanita itu pergi. Avram sama sekali tidak berniat menghina atau menjelekkan Misha, hanya saja Avram benar-benar tidak suka dengan wanita itu.

≠≠≠≠

Sore ini Navya sedang tertawa bersama Maya, mereka saling menceritakan kebiasaan jelek sejak mereka masih kecil. Navya merasa nyaman berbincang dengan Maya yang sudah seperti kakaknya sendiri, dan Maya juga merasa nyaman bisa mengobrol banyak dengan Navya.

"Jadi mbak Maya sudah empat tahun menikah ya?" Tanya Navya.

"Iya nyonya, dan sekarang saya sudah di karuniai seorang anak perempuan yang baru berusia tiga tahun." Ujar Maya.

"Rasanya punya anak itu gimana sih mbak?"

"Ya begitulah, saat saya mengandung rasanya capek dan membosankan karena banyak larangan dan anjuran. Tapi saat anak saya lahir rasanya sangat bahagia, mendengar tangisannya dan semua rengekannya membuat hati saya sangat tersentuh." Ucap Maya menceritakan suka dukanya memiliki seorang anak.

"Wah ternyata menyenangkan ya mbak."

"Iya, nyonya kapan nih rencana punya momongan," ucap Maya sedikit bercanda.

Navya yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya tersenyum, usianya masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu. Lagi pula Navya tidak mungkin memiliki anak dalam waktu dekat ini, mengingat pernikahannya dengan Avram hanya sebatas perjanjian yang saling menguntungkan saja.

"Nyonya ini sudah sore, saya harus segera pulang," ujar Maya.

"Eh iya mbak silahkan, hati-hati ya." Ucap Navya.

Maya meninggalkan apartemen Navya untuk segera pulang ke rumahnya, karena mungkin suaminya sudah pulang bekerja dan anaknya sudah bangun tidur. Maya memang tidak tinggal di apartemen Navya karena rumahnya tidak jauh dari sini, jadi Maya memutuskan untuk menjadi pembantu yang berangkat pagi dan pulang sore. Itupun keinginan Avram yang tidak mau memiliki pembantu yang tinggal di kediamannya, karena menurut Avram itu sangat mengganggu.

Setelah Maya pulang, Navya masuk lagi ke dalam kamarnya untuk membereskan selimut yang masih berantakan bekas tidur siangnya tadi. Saat melihat semuanya sudah selesai, Navya mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Kali ini Navya tidak hanya mengguyur tubuhnya dengan shower saja, tapi dia juga memilih berendam sebentar untuk merilekskan tubuhnya. Lama-kelamaan Navya merasa mengantuk dan dengan cepat Navya menyudahi mandinya, karena Navya tidak mau tertidur di dalam bathtub.

Pada saat Navya baru saja selesai berpakaian, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dari luar. Navya sudah berwaspada tapi ternyata yang masuk adalah Avram, suaminya.

Avram datang masih dengan memakai pakaian kantornya, dan Navya bisa melihat kalau saat ini Avram terlihat sangat lelah.

"Siapkan air hangat," titah Avram.

Tidak menunggu perintah yang kesekian kalinya, Navya langsung menuju kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk suaminya.

"Sudah," ujar Navya.

Mendengar ucapan Navya, Avram langsung pergi masuk ke dalam kamar mandi. Navya tidak ingin bertanya apapun pada Avram, karena nanti jawaban Avram akan mampu membuat hatinya sakit. Jadi Navya lebih memilih pergi ke meja makan untuk makan malam sendirian, sama seperti malam-malam sebelumnya.

Navya makan dengan sangat santai, apalagi ditemani masakan Maya yang menurut Navya sangat lezat. Di tengah acara makannya, tiba-tiba saja Avram datang dan duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Kenapa tidak mengajak saya untuk makan malam?" Tany Avram.

"Saya kira kamu sudah makan diluar."

Avram ikut mengambil makanan yang memang di masak oleh Maya dengan lebih, baru saja Avram memulai makannya Navya sudah lebih dulu menyimpan piring nya bertanda ia sudah selesai makan.

"Mau kemana?" Tanya Avram.

"Kamar."

"Temani saya makan."

Navya kembali duduk di hadapan Avram, memandang suaminya yang sedang makan seperti orang kelaparan. Navya tidak menyangka seorang Avram yang terlihat berwibawa makannya seperti orang kelaparan.

"Kau sangat lapar?" Tanya Navya.

"Iya, sudah dua hari saya tidak memakan nasi."

Astaga! Navya tidak menyangka dengan suaminya ini, sebenarnya dia itu pengusaha atau gelandangan.

≠≠≠≠

🖤








Bukan Istri Pilihan (SELESAI)Where stories live. Discover now