"Abang? Abang habis hujan-hujanan lagi? Hoby banget sih hujan-hujanan." Kataku saat melihat seseorang yang basah kuyub masuk kedalam rumah. Heran deh kenapa hobi banget main hujan. Gak pas kecil udah segede ini juga masih suka hujan-hujanan. Emang dasar Bang Dhia'. Untung Bunda gak ada, kalau ada pasti kena omel habis-habisan deh.

"Ini bukan hoby dek. Udah ah abang mau mandi dulu. udah hipotermi ini." kata Dhia' sambil berjalan menuju kamar yang biasanya ia tempati jika sedang menginap dirumah Umi Azizah.

"Ada-ada aja deh si abang." Kata ku sebelum bergabung dimeja makan.

"Zia kenapa nak? Ada yang sedang Zia fikirkan?" Tanya umi Azi sambil menunggu Bang Dhia' selesai mandi dan ikut bergabung bersama kami untuk makan malam.

"Enggak ada kok umi. Zia cuma lagi sibuk sama tugas kuliah aja." Kata Zia tidak bohong. Zia memang sedang banyak tugas. Aku tau karena beberapa hari ini Zia memang lembur mengerjakan tugasnya. Dan masalah hati memang tidak perlu ada orang yang tahu dulu.

"Ah iya Zi... kata Syila kamu mau ke Bromo? Kapan? Pasti seru deh. Udah lama banget mas gak kesana." Kata Ahwas mengalihkan pembicaraan.

"Iya mas besok sore berangkatnya. Tapi ya gitu. Kita gak boleh ke puncaknya. Kan statusnya masih siaga sekarang. Jadi kami besok disana cuma ngambil objek kegiatan penduduk ditengger aja. Udah ijin juga sih. Kan memang temanya besok itu sosial photografi gitu. Bulan depan Insyaallah mau ke Semeru mas. Kalau sama umi abi diijinin aku mau ikut." Kata Zia menjelaskan dengan bersemangat.

"Tapi apa gakpapa Zi... kamu kan cewek?" tanya Caca khawatir.

"Zia mana ada cewek-ceweknya? Badannya aja yang cewek jiwanya mah cowok tuh." Kata Dhia' tiba-tiba.

"Enak aja. Gini-gini aku cewek tulen ya." Kata Zia tak terima.

"Hadeh... mulai deh. Udah ah makan. Laper nih kelamaan nungguin abang mandi." Kata Ahwas mencegah bendera perang diantara Zia dan Dhia'. Aku yang memang sudah terbiasa dengan hal ini tak mau ambil pusing. laper juga.

"Dek..." panggil Bang Dhia' setelah kami selesai makan dan sholat Isya' berjamaah. aku memilih membaca buku tentang ilmu anatomi yang memang sulit untuk dihafalkan .

"Apa bang?" tanya ku yang masih fokus pada buku yang sedang aku baca.

"Abang besok berangkat ke Singapura dalam waktu yang agak lama lho dek."

"Ya terus?" tanya ku cuek.

"Ya kamu gak bakal kangen apa sama abang? Mumpung abang disini nih." Kata Bang Dhia' mulai kesal. Aku menutup bukuku dan mulai memandang abang dengan menahan tawaku.

"Abang berangkatnya kapan?" tanya ku

"Besok siang."

"Pulangnya kapan?"

"Bulan depan."

"Abang terakhir ketemu adek sebelum ini kapan?"

"Dua hari yang lalu saat kamu pulang."

"Terus menurut abang kira-kira adek kangen apa bosen kalau sering-sering liat wajah nyebelinnya abang?"

"Bosen."

"Nah udah tau kan?"

"Jadi Adek gak bakal kangen sama abang? Abang sebulan lho disana?"

"Kangen. Tapi gak sekarang."

"Tap... Hatchu..." Sebelum Bang Dhia' menyelesaikan kalimatnya dia bersin-bersin tanpa henti. Mulai deh, gini nih kalau hobi hujan-hujanan. Udah tau tiap kena air hujan pasti flu, masih aja main hujan.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Where stories live. Discover now