BIDADARI MASAK GITU

Start from the beginning
                                    

"Gak maksud buat ngaret sih bang. Tapi ya situasi dan kondisi gak mendukung ya mau gimana lagi."

"Alasan aja kamu tuh Zard." Kata Zia masih kesal. Mungkin kalau gak ada umi dan abinya, gadis itu pasti sudah berceramah panjang lebar.

"Emang kamu ada acara apa sih Zard? Kok bisa sampek telat gitu? Dateng-dateng keringetan lagi." Kata Umi Qori pada Izard.

"Itu mi... tadi sebelum kesini Izard mesti ke kampus dulu ada laporan yg harus di kumpulin pagi ini. Terus nungguin angkot gak dapet-dapet tadi."

"Mas Rayyan sama Bang Dhia' percaya?" Tanya Zia. Dua laki-laki didepannya menggeleng kompak.

"Motor kamu kemana Zard?" Tanya Ali.

"Dirumah Blitar bi. Kemarin waktu mau pulang kesini motornya ngambek. Tak tinggal dirumah deh. Terus kesini naik kereta. Mampir malang dulu nemuin dua bidadariku." Kata Izard menjelaskan.

"Dua bidadarimu? Siapa? Ah jangan bilang Zia sama Syila?" Tanya Mas Rayyan tak percaya.

"Iya lah mas. Emang siapa lagi? Mereka kan bidadari-bidadariku. Iya gak Syil... Zi...?"

"Bukan." Kata Zia membantah. Sedangkan aku hanya menggeleng pelan.

"Haha. Kasian banget kamu Zard ditolak mereka mentah-mentah."Komentar Bang Dhia' disambut gelak tawa semua orang.

"Kok kalian gak mau dianggap bidadari sih?"

"Bukan gak mau Izard. Tapi kan kenyataannya kita bukan bidadari." Kataku memberi alasan.

"Lagian kita juga gak mau jadi bidadarimu. Kita tuh maunya jadi bidadari surga suami kita nanti. Iya gak Syil." Kata Zia

"Iya kalau yang ngomong gitu Syila sih aku setuju aja tapi kalau yang ngomong gitu kamu aku kok jadi ragu ya.." kata Izard yang langsung mendapat tatapan tajam dari Zia. Lagi-lagi mereka bertengkar karena hal kecil.

"Maksudnya?" Tanya Zia emosi.

"Hmm... harus gitu dijelasin?" Tanya Izard tak mau kalah. Ok mulai lagi perdebatan mereka. Umi Qori dan Abi Ali hanya mampu geleng-geleng kepala melihat anak-anak mereka yang memang tak pernah akur. Bagitupun dengan aku, Mas Rayyan dan Bang Dhia'.

"Ah... kelamaan nunggu kalian berantem yang ada aku gak jadi berangkat. Aku pamit deh. Kalian lanjutin berantemnya nanti kalau aku udah masuk." Kata Mas Rayyan menengahi. Mas Rayyan menghampiri umi dan abinya. Menyalami dan berpamitan kepada mereka.

"Mas pamit ya umi, abi. Umi dijaga kesehatannya. Jangan terlalu capek. Jangan banyak begadang nemenin abi lembur. Kalau waktunya tidur ya tidur abi ditinggal aja. Untuk abi juga, inget umur bi. Jangan terlalu memforsir pekerjaan." Kata Mas Rayyan setelah memeluk mereka bergantian. Umi Qori hanya mengangguk dan terkekeh pelan.

"Kamu makin cerewet Ray. Heran. Kalau gak mau abi kecapekan ya harusnya kamu tinggal disini. Bukan malah pergi ke Jerman lagi." Kata Abi Ali protes.

"Ya kan anak abi bukan cuma aku. Tuh manfaatin anak abi yang ada dideket sini." Kata Mas Rayyan sambil melirik Izard yang masih saja beradu mulut dengan Zia.

"Kan anak sulung abi kamu Mas. Izard kan juga masih kuliah." Kini Umi Qori mulai angkat bicara. Aku yakin Umi Qori dan Ali agak berat melepas anak mereka lagi. Mas Rayyan anak sulung mereka. Harapan pertama bagi mereka agar Mas Rayyan mau menggantikan Abi Ali di perusahaan. Tapi Mas Rayyan justru memilih mengambil S2 di kampusnya dulu.

"Kita sudah membahasnya kan kemarin umi, abi. Ray janji deh nanti kalau Ray udah selesai langsung pulang dan siap jadi penggantinya Abi." Kata Mas Rayyan meyakinkan. Umi Qori dan Abi Ali mengangguk.

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Where stories live. Discover now