TOM & JERRY BERDAMAI

Começar do início
                                    

"Kamu kayak anak kecil tau gak. Ujan-ujanan gini." Kata laki-laki itu saat aku melepas pelukannya.

"Lah kan aku emang masih kecil bang. lupa kalau adikmu ini masih 18 tahun. Gak kayak abang yang udah 23 tahun. Tapi suka juga hujan-hujanan." Kata ku pada bang Dhia'. Yah lelaki yang ku peluk tadi adalah Dhiaurrahman Zahid Hamiza. Kakak yang selalu ribut denganku.

"Heh... lupa kalau yang bikin abang ujan-ujanan gini kamu? Main peluk-peluk aja." Kata Dhia' sambil mencubit hidungku. Kebiasaan jika sedang gemas denganku.

"Hehe... habisnya aku seneng banget bisa ketemu sama abang disini. Kayak mimpi aja."

"Mimpi? Ada-ada aja kamu ini dek. Lagian kamu ngapain sih hujan-hujanan? Nanti kalau kamu sakit gimana?" tanya Dhia' dibalas cengengesan olehku. Inilah abangku, sekesal apapun dia padaku, dia selalu mengutamakan keselamatanku.

"Pengen." Kata ku santai.

"Astagfirullah Arsyila... Kalau kamu sakit gimana? udah ayo sekarang kita neduh." Kata Bang Dhia' sembari menarik tangan ku. Aku hanya menggeleng.

"Kenapa? Ayo... nanti kamu sakit dek." Kata Bang Dhia' lagi. aku menggeleng kembali.

"Abang inget gak dulu abang yang ajarin Syila hujan-hujanan kayak gini? Sampek-sampek bunda marahin kita berdua yang pulang dengan keadaan basah kuyub. Setelah itu kita berdua sama-sama sakit. Semenjak itu bunda selalu melarang kita buat main hujan tapi saking bandelnya kita, kita ngumpet-ngumpet hujan-hujanannya. Abang inget kan?" tanya ku diangguki oleh Bang Dhia'. Aku tau Laki-laki ini tak mungkin lupa kenangan indah kami.

"Aku kangen bang... aku kangen abang, kangen sikap usil abang, kangen nyebelinnya abang, kangen perhatian abang, kangen semuanya bang." Kata ku mulai berkaca-kaca.

Bang Dhia' kembali membawa ku dalam dekapannya. Tak peduli berapa banyak pasang mata yang melihat kami. Mungkin orang menganggap kami berdua sepasang kekasih yang tengah melakukan hal romantis yang sukses membuat yang melihatnya baper. Biarlah.

"Abang juga kangen dek. Kangen banget. Kangen njahilin kamu, kangen cerewetnya kamu, kangen ngambeknya kamu, kangen semuanya. Itulah kenapa abang disini nemuin kamu." Kata bang Dhia' pada ku

"Jadi abang kesini buat ketemu aku?" tanya ku tak percaya.

"Hmm enggak juga sih, abang ada urusan bisnis. Terus sekalian njengukin adek yang udah lupa buat pulang." Kata Bang Dhia' sukses merubah ekspresi ku yang tersenyum senang menjadi cemberut.

"Bercanda sayang. abang sengaja nemuin adek abang satu-satunya ini. Udah satu semester gak pernah pulang, katanya sih sibuk sama kuliahnya." Kata Bang Dhia' sambil menarik tangan ku untuk berteduh. Menghampiri Zia yang sedari tadi cemas melihat sahabatnya bersama seorang laki-laki yang masih belum berhasil ia ketahui.

"Ealah... jadi tadi itu bang Dhia' ta. Kirain siapa berani meluk-meluk Syila." komentar Zia saat Bang Dhia' dan aku mendekat.

"Kamu pikir aku mau gitu dipeluk bukan mahramku?" Komentar ku sewot.

"Makanya itu Syil... aku kaget tadi. Sempet mikir bang Dhia' atau mas Ahwas sih tapi gak yakin. Beda sih." Kata Zia tak mau kalah. Bang Dhia' hanya terkekeh melihat ku dan Zia masih saja berdebat.

"Mau sampek kapan kalian disini? Abang ini katanya mau jemput Syila malah ngajakin hujan-hujanan. Jadi aku nih yang diomelin umi sama Caca. Takutnya abang gak ketemu sama Syila Zia." Omel Mas Ahwas tiba-tiba. Zia, Bang Dhia' dan aku saling bertatap tak mengerti.

"Mbak Caca ngomelin mas Ahwas? Wow... pengantin baru habis di omelin istri nih ceritanya?" goda Bang Dhia' disambut kekehan ku dan Zia. Mas Ahwas memang baru menikah sebulan yang lalu.

"Iya... dan itu semua gara-gara kalian nih." Sungut Mas Ahwas kesal. Bang Dhia' malah menyambut kekesalan adik sepupunya dengan tertawa lebih keras.

"Terusin aja bang ketawanya. Ntar kalau udah nyampek rumah pasti kalian yang di omelin sama umi. Ceramah 24 jam nonstop kayak biasanya." Kata Mas Ahwas berhasil membuat Aku dan Bang Dhia' kesusahan menelan saliva.

"Yah... mas Ahwas  kok nakut-nakutin Syila sih? Syila kan cuma kepengen ujan-ujanan udah lama gak ujan-ujanan" kata ku sebelum bersin-bersin. Mas Ahwas dan Zia hanya menggeleng. Dasar bandel

"Udah ayok pulang. Bandel banget jadi adik. Dianterin gak mau, dijemput gak mau, main ujan. Sekarang sakit kan jadinya." Omelan mas Ahwas masih berlanjut meski sembari memakaikan jaket untukku.

Bang Dhia' hanya menunduk diam melihat ku masih belum berhenti bersin. kami berempat berjalan menuju mobil Bang Dhia' dan mas Ahwas. Aku memilih ikut mobil bang Dhia' karena malas kena omelan mas Ahwas lagi. Selalu cerewet.

"Kenapa? Abang mau ngomelin adek juga?" Tanya ku sewot. Bang Dhia' menggeleng sambil mengacak-acak kerudung ku gemas. Aku hanya berdecak kesal

"Nanti nyampek rumah langsung mandi air hangat terus minum teh hangat biar alergi kamu hilang. Udah tau punya alergi dingin masih aja ujan-ujanan."

"Tuh kan ngomel. Katanya enggak." kata ku kesal.

"Iya-iya maaf ya dek... habisnya kamu tuh bandel jadi adek. Seneng banget bikin abang sama Ahwas khawatir."

"Iya-iya maaf... kan adek cuma kangen bang."

"Iya sayang. abang faham kok." kata bang Dhia' sambil merangkul bahu ku dengan tangan kiri sedang tangan kanannya digunakan untuk menyetir.

"Berapa hari abang disini?"

"Hmm... seminggu paling. Ada urusan kerjaan juga. jadi sekalian aja."

"Kerjaan mulu bang yang diurusin. Kapan mikirin nikah bang. gak iri sama mas Ahwas?'

"Enggak... abang masih muda ini. Nanti kalau udah waktunya ya ketemu dek." Kata bang Dhia' santai.

"Muda... sadar umur kali bang."

"Yee... sekarang udah berani ngejek abang ya?"

"Kan belajar dari abang." Kata ku sambil terkekeh. Bang Dhia' ikut terkekeh.

"Adek sayang sama abang." kataku tiba-tiba

"Abang jauh lebih sayang sama adek." Kata bang Dhia' sambil mengeratkan rangkulannya. Suasana ini sangat aku rindukan. Berdua bersama bang Dhia' satu-satunya adalah hal terpenting bagiku. Bagiku, bang Dhia' laki-laki terhebat setelah ayah yang ada didunia ini. meskipun terkadang nyebelin, ngeselin, njengkelin, bikin naik darah, tapi aku percaya cara inilah yang selalu membuatku kangen berduaan seperti ini bersama abang. Tbc


















Jangan lupa vote koment nya😊

The Calyx - Story Of Azka & Arsyila (Telah Terbit)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora