Baru saja memasuki halaman rumahnya, Galen sudah disajikan pemandangan sang adik yang sedang bermain boneka di teras ditemani suster gadis kecil itu. Bibir Galen tersenyum tipis lalu dia menyetandarkan motornya dan melepas helm full face-nya.

"Kak Galen!"

Mendengar teriakan itu Galen tersenyum. Dia melangkah naik ke teras rumahnya. Galen melebarkan senyumnya saat adiknya memeluk kakinya dengan rasa teramat senang. Dia dengan segera menggendong adiknya lalu mengacak rambut gadis kecil itu.

"Ihhh .... KAK GALEENNN!!!"

Galen terkekeh mendengar teriakan lucu itu. "Apa?" tanyanya menggoda kemudian.

"MAMA KAK GALEN NAKAL!!!" teriak adiknya membuat Galen tertawa terbahak-bahak. Merasa lucu dengan ekspresi marah sang adik.

Melihat sang kakak yang malah tertawa, Icha memukul tubuh kakaknya dengan sekuat tenaganya. Wajahnya sudah memerah marah. Dia benci kakaknya terkadang.

"Lasain!"

"Lasain! Kak Galen ngeselin!!!"

Bukannya kesakitan, Galen malah semakin tertawa. Membuat gadis kecil itu semakin gemas memukulkan tangan kecilnya kepada sang kakak.

"Kenapa ribut-ribut Icha?" Annisa keluar dari dalam rumahnya dan sudah menemukan Icha yang memukuli kakaknya gemas. "Icha kenapa? Kok, kakaknya dipukulin?" tanyanya lembut kepada gadis kecilnya yang masih dalam mode marah sepertinya.

Melihat Ibunya, Icha langsung meminta turun dari gendongan Galen, dia memeluk kaki ibunya. Menenggelamkan wajahnya di antara kedua kaki Annisa. Kemudian kepalanya mendongak menatap mata sang ibu.

"Kak Galen nakal, Ma. Rambut Icha diberantakin." adunya lucu.

Annis langsung menatap tajam putranya yang masih tertawa ringan. Pemuda itu sudah tahu kalau adiknya sangat menyayangi rambutnya, tapi, tetap saja suka menggoda dengan mengacak-acak rambut adiknya yang berakhir membuat anak perempuannya mengadu kepadanya.

"Galen, mama, kan sudah sering bilang, jangan gangguin adikmu terus." peringkatnya serius.

"Orang Galen nggak gangguin, Icha aja yang cengeng."

"Icha nggak cengeng!" teriak adiknya langsung, tak terima. Matanya melotot memandang kakaknya garang.

"Iya ... iya, Icha nggak cengeng. Udah jangan ditanggepin kakak kamu," ujar Annisa membungkuk membawa tubuh putrinya ke gendongannya. Lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh mbak Lala--baby sister yang bertugas menjaga Icha.

"Dasar cengeng," ucap Galen pelan kepada sang adik yang bersandar di bahu Ibunya dan menatap ke arahnya.

Icha hanya memeletkan lidahnya, seolah merasa menang. Cukup melihat kakaknya dimarahi Ibunya, maka perasaan gadis kecil itu akan merasa tenang kemudian. Dia kembali mencari posisi nyaman pada dekapan sang ibu.

Galen menggeleng pelan melihat tingkah sang adik. Kemudian ikut melangkah masuk ke dalam rumah. Entah kenapa rasa lelahnya tadi mendadak hilang setelah melihat adiknya.

***

"YA AMPUN, IBU!"

Rea langsung berlari menghampiri ibunya yang terlihat tersungkur di lantai. "Kenapa bisa gini, Bu?" tanyanya mulai membantu Ibunya bangkit berdiri.

UNTOUCHABLEWhere stories live. Discover now