Dia Menyadari

67 35 6
                                    

Ada senyum yang mengembang dan sedikit tersembunyi saat aku melihat wajah itu.

🌬🌬🌬🌬🌬

Entah apa yang dibicarakan, aku merasa sangat bahagia. Aku pun terbangun dari tidur ku setelah merasakan bahwa bus tak lagi berjalan.

“Ini udah sampai pak? Cepat sekali perjalanan kita kali ini.” ucap guru yang duduk tak jauh dari depanku. Jadi sekarang ini kita udah nyampe daerah Yogyakarta. Tapi, ini belum Malioboro ya.

‘Ya ampun cuma mimpi. Tapi kenapa aku seneng banget dan seolah semuanya nyata di hadapanku.’ gumam ku dalam hati.

“Ini udah nyampe?” tanya Berlian yang baru saja bangun dari tidurnya.

“Iya Ber, sekarang baru jam 2 malem tapi.” ucapku untuk membuatnya tertidur lagi.

“Aku gak mau tidur lagi ah, kita nyari kamar mandi aja yo!” pintanya yang membuatku kaget. Gila aja jam 2 malem ngajak mandi.

“Ayo ah! Ayo Nandini!” ajak Berlian yang kekeh ingin mandi saat itu juga.

Aku pun menyetujui karena mereka berdua memang ingin mandi daripada harus mengantri.

Saat turun dari bus, aku melihat-lihat bus yang ada nomor dua. Yap, aku menemukannya. Tapi, aku tidak melihat orang yang sedang ku cari.

Aku dkk. pun mencari kamar mandi yang tidak mengantri. Bayangkan saja pukul 02.00 WIB kamar mandi telah banyak orang-orang yang mengantri kira-kira sampai dua meter.

Akhirnya aku dkk. mencari kamar mandi lainnya yang masih ada di sekitar tempat tersebut.

“Satu kamar mandi bertiga lagi?” tanyaku memastikan.

“Iya udah ayo masuk.” ajak Dini yang membuatku membuang nafas pasrah daripada harus mengantri lagi.

Jangan tanya bagaimana sempitnya kamar mandi yang mungkin hanya berukuran 1 x 1 meter itu, belum lagi untuk bak air. Ah sudahlah kita hanya meratapi nasib dalam kamar mandi itu. Untung saja badan kita kecil-kecil.

Selesai mandi, kita pun kembali ke bus dan untuk mencari peralatan lain yang harus kita gunakan.

“Kalian mending duduk aja deh diluar nyari tempat yang gak kotor kaya bus dua.” ucap guru pembimbing ku yang membuatku semangat dan langsung mengajak Nandini dan Berlian ketempat tersebut.

Namun karena Nandini harus mengantri melaksanakan sholat subuh, aku dan Berlian yang sedang berhalangan pun langsung mencari tempat duduk tepat di depan pintu belakang bus dua.

“Lagi nyari?” tanya Berlian saat melihatku sedang menengok dalam dan depan bus 2.

“Ko aku ga liat dia ya Ber? Masa iya masih tidur.” ucapku dengan wajah datar.

“Yaudah biarin, mungkin dia lagi sholat.” ucap Berlian meyakinkan dan menenangkan ku. Aku pun tersenyum dengan ucapannya. Mungkin saja memang begitu.

Tak lama, aku pun melihat sosok lelaki tegap dengan kaos putih dan celana sampai lutut. Aku pun terus memperhatikannya sesekali menunduk saat ia mulai menyadari jika ada yang memperhatikannya.

“Noh kan ada.” ucap Berlian yang hanya aku beri isyarat agar tidak berisik.

Setelah laki-laki itu masuk kedalam bus, aku tak lagi dapat menutupi senyum bahagia itu. Sampai sampai, mataku tak bisa lepas dari laki-laki itu sebelum ia benar-benar menghilang.

“Ngeliatin siapa tuh.” goda Nandini yang baru saja selesai melaksanakan sholatnya.

“Biasa Din, itu tuh yang anak bus dua ini.” kata Berlian mengejek.

“Apaan dah.” ucapku malu-malu.

“Noh ada lagi Lin.” ucap Nandini saat melihat laki-laki itu telah mengubah warna pakaiannya menjadi hitam dengan celana jeans panjangnya.

Mataku sontak seolah terkena magnet. Aku terus memperhatikannya hingga aku harus mengangkat wajahku untuk melihatnya yang tinggi. Hingga magnet tersebut lepas setelah Nandini memanggilku.

°
°
°
°
°

Huft-,- Nandini perusak suasana nih!!! Ayoo keluar kamu Nandini!! Ga baik gangguin orang lagi ngebucin.

Next yuk! 😍

Aku, Cinta & Gengsi (SELESAI)Where stories live. Discover now